Metropolitan
Walikota Jaksel: Kali Pulo butuh dinaturalisasi
15 Januari 2019 14:28 WIB
Petugas PPSU bersama Pasukan Biru Sudin SDA Jakarta Selatan membersihkan lumpur yang menggenangi jalan pemukiman warga karena tanggul aliran Kali Pulo jebol di Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta, Senin (14/1/2019). Akibat jebolnya tanggul Kali Pulo yang terjadi pada Minggu (13/1) tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mencatat air dengan ketinggian 50-60 cm merendam wilayah RT 003 dan RT 004 di RW 006. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Jakarta (ANTARA News) - Walikota Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan Kali Pulo butuh dinaturalisasi agar masalah tanggul jebol tidak terulang kembali.
“Kali Pulo dalam jangka panjang butuh dinaturalisasi,” kata Marullah saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Walau demikian, naturalisasi Kali Pulo membutuhkan proses sosialisasi ke masyarakat yang menghuni bantaran Kali Pulo.
Pasalnya, saat ini Kali Pulo dihimpit oleh pemukiman penduduk yang menyebabkan lebar sungai semakin sempit, sehingga aliran yang ada tak mampu menampung laju air di kala debitnya tinggi.
Alhasil, saat ini Pemerintah Kota Jakarta Selatan melalui Suku Dinas Sumber Daya Air lebih memilih membangun turap di lokasi jebolnya tanggul sebagai ganti penahan sementara yang dibangun Minggu malam (13/1).
Turap — dinding penahan air dan struktur tanah, menurut Kepala SDA Jakarta Selatan Holi Susanto, mulai dibangun, Selasa pagi.
“Targetnya turap di Kali Pulo selesai dibangun dalam waktu tiga minggu,” kata Holi di Jakarta, Selasa.
Hujan, menurut Holi, menjadi hambatan utama pengerjaan turap.
Pasalnya, jika hujan turun, maka pengerjaan turap diberhentikan sementara.
Tanggul Kali Pulo jebol pada Minggu malam (13/1), merendam RT003 dan RT004 di RW006 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Untuk mengatasi masalah itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat berencana memperkuat tanggul dan memperlebar Kali Pulo, serta menaturalisasi aliran air itu dengan menata pemukiman yang terletak di bantaran.
Baca juga: Sudin SDA Jaksel berencana buat turap atasi tanggul jebol
(T. KR-GNT/
“Kali Pulo dalam jangka panjang butuh dinaturalisasi,” kata Marullah saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Walau demikian, naturalisasi Kali Pulo membutuhkan proses sosialisasi ke masyarakat yang menghuni bantaran Kali Pulo.
Pasalnya, saat ini Kali Pulo dihimpit oleh pemukiman penduduk yang menyebabkan lebar sungai semakin sempit, sehingga aliran yang ada tak mampu menampung laju air di kala debitnya tinggi.
Alhasil, saat ini Pemerintah Kota Jakarta Selatan melalui Suku Dinas Sumber Daya Air lebih memilih membangun turap di lokasi jebolnya tanggul sebagai ganti penahan sementara yang dibangun Minggu malam (13/1).
Turap — dinding penahan air dan struktur tanah, menurut Kepala SDA Jakarta Selatan Holi Susanto, mulai dibangun, Selasa pagi.
“Targetnya turap di Kali Pulo selesai dibangun dalam waktu tiga minggu,” kata Holi di Jakarta, Selasa.
Hujan, menurut Holi, menjadi hambatan utama pengerjaan turap.
Pasalnya, jika hujan turun, maka pengerjaan turap diberhentikan sementara.
Tanggul Kali Pulo jebol pada Minggu malam (13/1), merendam RT003 dan RT004 di RW006 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Untuk mengatasi masalah itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat berencana memperkuat tanggul dan memperlebar Kali Pulo, serta menaturalisasi aliran air itu dengan menata pemukiman yang terletak di bantaran.
Baca juga: Sudin SDA Jaksel berencana buat turap atasi tanggul jebol
(T. KR-GNT/
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019
Tags: