Turki desak AS hormati kemitraan di tengah ancaman Trump
14 Januari 2019 16:51 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan kepada media di Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Selasa (16/5/2017).
Istanbul (ANTARA News) - Juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin, menyampaikan harapan Turki agar Amerika Serikat (AS) menghormati kemitraan strategis mereka setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan akan menghancurkan perekonomian Turki jika mereka menyerang milisi Kurdi di Suriah.
Hubungan antara kedua sekutu NATO itu telah tegang terkait dukungan AS terhadap kelompok YPG (Yekineyen Parastina Gel) Kurdi, yang dianggap Turki sebagai cabang kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (Partiya Karkeren Kurdistane/PKK), yang telah melancarkan pemberontakan selama beberapa dekade di Turki.
"@realDonaldTrump Ini adalah kesalahan fatal dengan menyamakan Kurdi Suriah dengan PKK, yang masuk dalam daftar teroris AS, dan cabang kelompok itu di Suriah, PYD/YPG," tulis sang juru bicara, Ibrahim Kalin, di Twitter.
"Teroris tidak bisa menjadi mitra dan sekutu Anda. Turki berharap AS dapat menghormati kemitraan strategi kita dan tidak ingin kemitraan ini dibayangi oleh propaganda teroris," katanya.
Trump sebelumnya menulis di Twitter tentang kemungkinan AS memulai penarikan pasukannya dari Suriah, sembari terus menyerang gerilyawan ISIS yang masih tersisa di sana.
"Akan menyerang lagi dari pangkalan terdekat yang masih ada jika mereka bangkit. Akan menghancurkan perekonomian Turki jika mereka menyerang Kurdi. Membuat zona aman sejauh 32,1 kilometer... Demikian juga, tidak ingin Kurdi memprovokasi Turki," tulis Trump.
Kelompok YPG Kurdi telah menjadi sekutu AS dalam peperangan mereka melawan kelompok ISIS serta menguasai banyak wilayah di Suriah utara.
Erdogan berjanji akan menumpas kelompok itu setelah Trump memutuskan akan menarik pasukan AS dari wilayah tersebut.
Baca juga: Turki akan minta AS serahkan pangkalan militernya di Suriah
Sumber: Reuters
Penyunting: Katriana
Hubungan antara kedua sekutu NATO itu telah tegang terkait dukungan AS terhadap kelompok YPG (Yekineyen Parastina Gel) Kurdi, yang dianggap Turki sebagai cabang kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (Partiya Karkeren Kurdistane/PKK), yang telah melancarkan pemberontakan selama beberapa dekade di Turki.
"@realDonaldTrump Ini adalah kesalahan fatal dengan menyamakan Kurdi Suriah dengan PKK, yang masuk dalam daftar teroris AS, dan cabang kelompok itu di Suriah, PYD/YPG," tulis sang juru bicara, Ibrahim Kalin, di Twitter.
"Teroris tidak bisa menjadi mitra dan sekutu Anda. Turki berharap AS dapat menghormati kemitraan strategi kita dan tidak ingin kemitraan ini dibayangi oleh propaganda teroris," katanya.
Trump sebelumnya menulis di Twitter tentang kemungkinan AS memulai penarikan pasukannya dari Suriah, sembari terus menyerang gerilyawan ISIS yang masih tersisa di sana.
"Akan menyerang lagi dari pangkalan terdekat yang masih ada jika mereka bangkit. Akan menghancurkan perekonomian Turki jika mereka menyerang Kurdi. Membuat zona aman sejauh 32,1 kilometer... Demikian juga, tidak ingin Kurdi memprovokasi Turki," tulis Trump.
Kelompok YPG Kurdi telah menjadi sekutu AS dalam peperangan mereka melawan kelompok ISIS serta menguasai banyak wilayah di Suriah utara.
Erdogan berjanji akan menumpas kelompok itu setelah Trump memutuskan akan menarik pasukan AS dari wilayah tersebut.
Baca juga: Turki akan minta AS serahkan pangkalan militernya di Suriah
Sumber: Reuters
Penyunting: Katriana
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: