Ma'ruf Amin ingatkan pentingnya kesantunan bermedia sosial
13 Januari 2019 15:41 WIB
Cawapres RI Ma'ruf Amin (mengenakan sarung motif kotak) saat menghadiri acara Milad ke-10, Pengajian dan Silaturahmi Awal Bulan Bersama Ulama di Ponpes Madinatunnajah, Ciputat, Minggu. (Istimewa)
Jakarta (ANTARA News) - Cawapres RI Ma'ruf Amin mengingatkan pentingnya kesantunan dan keramahan serta menghindari provokasi dan prasangka buruk dalam bermedia sosial.
"Kita jangan mudah dipengaruhi perilaku dan prasangka buruk. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar," kata Ma'ruf Amin saat menghadiri acara Milad ke-10, Pengajian dan Silaturahmi Awal Bulan Bersama Ulama di Ponpes Madinatunnajah, Ciputat, Minggu.
Ma'ruf mengatakan di tengah hiruk pikuk politik yang semakin bising, umat Islam diharapkan tetap berpegang teguh dengan meneladani Nabi Muhammad Saw, yang santun, penuh kasih sayang dan lemah lembut dalam bermasyarakat.
Dia mengatakan jika umat Muslim melihat ada langkah yang perlu diluruskan, maka luruskanlah dengan cara yang halus, bukan dengan mencaci-maki.
Dia mencontohkan sikap para Nabi yang ditulis dalam sejarah. Dalam berdakwah dan mengajak pada kebenaran, selalu dilakukan dengan lemah lembut.
"Nabi Musa saja dalam menghadapi Firaun yang mengaku diri sebagai tuhan, diperintahkan memberi peringatan dengan santun. Apalagi kalau pemimpin kita sesama muslim, tidak baik menuduh kafir pada sesama muslim," jelasnya.
Dia juga menekankan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan kesantunan, karena kesantunan membawa rahmat.
"Islam itu menasihati, bukan memaki. Islam itu merangkul, bukan memukul. Islam itu ramah bukan marah-marah," ujarnya.
Ma'ruf meminta jamaah untuk tidak berprasangka buruk pada siapapun, termasuk pada ulama yang mengambil ijtihad tersendiri untuk terjun di dunia politik.
Dia mengatakan hal itu tercermin dalam kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa.
"Karena itu kalau ada ulama mengambil langkah, jangan dicela. Saat ini banyak orang tak menghormati ulama. Buya Muhtadi yang hafidz Qur'an, ahli fiqh dan tasawuf, yang puasa tiap hari dikafir-kafir kan," ujarnya.
Karena itu, dia menekankan jika umat Muslim tidak setuju dengan langkah ulama lebih baik diam, tidak mencela atau menyebar dusta serta fitnah.
Sebab penghormatan terhadap Ulama, kata Ma'ruf, merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT, karena sudah berkesempatan mendapat hidayah dan taufiq.
"Hidayah adalah kesempatan kita untuk memperoleh ajaran Islam, sementara taufiq adalah kemampuan menyelaraskan antara hati dan pikiran," kata dia.
Menurutnya umat Muslim harus bersyukur karena mendapatkan bimbingan Nabi Muhammad SAW melalui para ulama.
Sementara itu, pendiri Ponpes Madinatunnajah yang juga pendiri sekaligus pengasuh Ponpes DarunNajah, K.H Mahrus Amin, mengaku bersyukur atas kehadiran Ma'ruf di Ponpes yang didirikannya. Kiai Mahrus juga mendoakan Ma'ruf agar selalu mendapat lindungan Allah SWT, diberi kesehatan dan panjang usia, serta diberi kemudahan untuk memimpin bangsa ini.
"Kita jangan mudah dipengaruhi perilaku dan prasangka buruk. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar," kata Ma'ruf Amin saat menghadiri acara Milad ke-10, Pengajian dan Silaturahmi Awal Bulan Bersama Ulama di Ponpes Madinatunnajah, Ciputat, Minggu.
Ma'ruf mengatakan di tengah hiruk pikuk politik yang semakin bising, umat Islam diharapkan tetap berpegang teguh dengan meneladani Nabi Muhammad Saw, yang santun, penuh kasih sayang dan lemah lembut dalam bermasyarakat.
Dia mengatakan jika umat Muslim melihat ada langkah yang perlu diluruskan, maka luruskanlah dengan cara yang halus, bukan dengan mencaci-maki.
Dia mencontohkan sikap para Nabi yang ditulis dalam sejarah. Dalam berdakwah dan mengajak pada kebenaran, selalu dilakukan dengan lemah lembut.
"Nabi Musa saja dalam menghadapi Firaun yang mengaku diri sebagai tuhan, diperintahkan memberi peringatan dengan santun. Apalagi kalau pemimpin kita sesama muslim, tidak baik menuduh kafir pada sesama muslim," jelasnya.
Dia juga menekankan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan kesantunan, karena kesantunan membawa rahmat.
"Islam itu menasihati, bukan memaki. Islam itu merangkul, bukan memukul. Islam itu ramah bukan marah-marah," ujarnya.
Ma'ruf meminta jamaah untuk tidak berprasangka buruk pada siapapun, termasuk pada ulama yang mengambil ijtihad tersendiri untuk terjun di dunia politik.
Dia mengatakan hal itu tercermin dalam kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa.
"Karena itu kalau ada ulama mengambil langkah, jangan dicela. Saat ini banyak orang tak menghormati ulama. Buya Muhtadi yang hafidz Qur'an, ahli fiqh dan tasawuf, yang puasa tiap hari dikafir-kafir kan," ujarnya.
Karena itu, dia menekankan jika umat Muslim tidak setuju dengan langkah ulama lebih baik diam, tidak mencela atau menyebar dusta serta fitnah.
Sebab penghormatan terhadap Ulama, kata Ma'ruf, merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT, karena sudah berkesempatan mendapat hidayah dan taufiq.
"Hidayah adalah kesempatan kita untuk memperoleh ajaran Islam, sementara taufiq adalah kemampuan menyelaraskan antara hati dan pikiran," kata dia.
Menurutnya umat Muslim harus bersyukur karena mendapatkan bimbingan Nabi Muhammad SAW melalui para ulama.
Sementara itu, pendiri Ponpes Madinatunnajah yang juga pendiri sekaligus pengasuh Ponpes DarunNajah, K.H Mahrus Amin, mengaku bersyukur atas kehadiran Ma'ruf di Ponpes yang didirikannya. Kiai Mahrus juga mendoakan Ma'ruf agar selalu mendapat lindungan Allah SWT, diberi kesehatan dan panjang usia, serta diberi kemudahan untuk memimpin bangsa ini.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: