Kulon Progo (ANTARA News) - Produksi kedelai di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama 2018 mencapai 3.005,35 ton atau meningkat 113,74 persen dari target 2.642,40 ton.
"Kami sempat pesimistis atas capaian produksi kedelai pada 2018, karena kondisi ketersediaan air yang kurang, dan mundurnya masa tanam. Kami sangat bersyukur, produksi kedelai melampaui target dan hasilnya memuaskan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Bambang Tri Budi di Kulon Progo, Minggu.
Ia mengatakan pada 15 April 2018, saluran irigasi Kalibawang dimatikan, sehingga beberapa kecamatan area persawahannya tidak menanam kedelai, seperti Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang.
Bantuan benih kedalai dan saprodi dari Kementerian Pertanian dikembalikan, karena petani tidak bisa menanam kedelai. Tapi, ada tambahan luas tanam dan luas panen di Kecamatan Lendah, Pengasih, Galur, dan Panjatan, sehingga produksi kedelai tidak turun.
"Tiga tahun ke depan, pola tanam di Kulon Progo mengalami perubahan karena dimatikannya saluran irigasi Kalibawang yang dalam tahap revitalisasi, kami pastikan produksi kedelai dan tanaman pangan lainnya tidak maksimal. Namun demikian, kami akan tetap berupaya mengoptimalkan lahan tegalan supaya dapat ditanami kedelai," katanya.
Bambang mengakui produksi kedelai lokal tidak mampu mencukupi permintaan lokal, seperti pelaku UMKM tahu dan tempe. Hal ini dikarenakan pada musim tanaman ketiga yang berupaka palawija, petani diperbolehkan menanam kedelai, jagung, semangka, melon, bawang merah, dan cabai. Sehingga, produksi kedelai tidak optimal.
"Kami tidak bisa memaksa mereka menanam kedelai, karena kebanyakan petani ada yang menyewakan lahannya ditanami melon, semangka atau cabai. Yang terpenting, petani mendapat keuntungan dan tidak mengganggu pola tanam," katanya.?
Salah satu perajin tahu di Kecamatan Sentolo Supri mengatakan dirinya tidak memilih kedelai lokal karena kalau dibuat tahu tidak bisa mengembang. Harganya terkadang lebih mahal dibandingkan kedelai impor. Saat ini, harga kedelai impor berkisar antara Rp7.000 hingga Rp7.500 per kg.
"Dari sisi rasa dan kekenyalan, kedelai lokal lebih bagus. Tapi dari segi hasil olahan, kedelai impor lebih menguntungkan," katanya.
Baca juga: Kementan ungkap kendala swasembada kedelai
Baca juga: Diusulkan importir wajib tanam kedelai di dalam negeri
Produksi kedelai di Kulon Progo lampaui target
13 Januari 2019 11:29 WIB
Ilustrasi berbagai macam produk protein kedelai (Shutterstock)
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: