Eka Widodo Soegiri berkisah tentang kemenangannya melawan limfoma
12 Januari 2019 10:46 WIB
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Analisis Strategis, Akuntabilitas Politik dan Publikasi Eka Widodo Soegiri yang berhasil terbebas dari kanker kelenjar getah bening atau limfoma pada 2016. (ist)
Jakarta (ANTARA News) - Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Eka Widodo Soegiri pernah divonis menderita kanker kelenjar getah bening atau limfoma pada Februari 2016 dan langsung dinyatakan sembuh pada Desember 2016.
Mengutip kisahnya dari buku yang ditulisnya berjudul "Ketika Dia Menegurku" di Jakarta, Sabtu, Eka tidak serta merta mendapat kesembuhan dengan cara yang mudah.
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Analisis Strategis, Akuntabilitas Politik dan Publikasi itu pada awalnya merasakan rasa yang amat tidak nyaman di kerongkongannya seperti ada tulang ikan yang bersarang.
Eka memeriksakan ke dokter yang awalnya diduga sebagai radang, berubah menjadi disebut tumor setelah ada pemeriksaan lebih dalam. Hingga akhirnya Eka menjalani operasi biopsi untuk mengambil sampel tumor yang ada dan diketahui bahwa itu adalah limfoma.
Seperti kebanyakan orang lainnya, Eka mengutarakan dirinya langsung hilang kekuatan ketika mengetahui bahwa dirinya divonis kanker.
Dia mengevaluasi dirinya apa yang salah padanya lantaran selalu rajin berolahraga dan menjaga asupan makanan.
Namun dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatlah yang sangat memberikan semangat hidup untuk berjuang menjalani pengobatan.
Eka menjalani kemoterapi hingga enam kali dan merasakan berbagai efek yang ditimbulkan atas tindakan tersebut. Tapi usaha tersebut tidak sia-sia ketika kemoterapi yang keenam selesai dilakukan Eka dinyatakan terbebas dari limfoma.
Benjolan yang ada di kerongkongan Eka dinyatakan hilang dan dia bisa menelan makanan dengan nyaman serta beraktivitas seperti biasa hingga saat ini.
Hingga saat ini Eka masih tetap disiplin menjalani kontrol kesehatan terkait penyakitnya yang dulu untuk segera ditangani apabila kembali muncul.
"Setiap tahun harus kontrol PET CT Scan, dan per tiga bulan harus cek darah di laboratorium agar kalau ada sesuatu yang mencurigakan bisa dideteksi sedini mungkin agar penanganannya juga cepat dan tepat. Intinya harus disiplin," tegas Eka.
Setelah dinyatakan terbebas dari kanker kelenjar getah bening Desember 2016, Eka menjalani tes PET CT Scan setiap tahun. Pada 8 Januari 2019 Eka kembali mengontrol kesehatannya dan tetap dinyatakan bersih.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada kesempatan yang lalu menjelaskan bahwa penyakit kanker dipengaruhi oleh zat karsinogen pemicu kanker yang bisa terdapat di lingkungan.
Meskipun seseorang menjaga pola hidup sehat dengan rutin olahraga dan menjaga makanan tetap bisa terkena kanker apabila terpapar zat karsinogen secara terus menerus.
Menkes mencontohkan zat karsinogen yang ada di lingkungan seperti sampah plastik yang dibakar, dan merkuri hasil tambang yang bermuara di laut dan mencemari ikan.
Zat karsinogen juga terdapat di arang yang menempel pada makanan yang dibakar.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan mengampanyekan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Germas dengan olahraga teratur, dan banyak mengonsumsi sayur dan buah. Pada sayur dan buah-buahan terdapat zat antioksidan yang bisa menetralisir racun-racun di dalam tubuh.
Mengutip kisahnya dari buku yang ditulisnya berjudul "Ketika Dia Menegurku" di Jakarta, Sabtu, Eka tidak serta merta mendapat kesembuhan dengan cara yang mudah.
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Analisis Strategis, Akuntabilitas Politik dan Publikasi itu pada awalnya merasakan rasa yang amat tidak nyaman di kerongkongannya seperti ada tulang ikan yang bersarang.
Eka memeriksakan ke dokter yang awalnya diduga sebagai radang, berubah menjadi disebut tumor setelah ada pemeriksaan lebih dalam. Hingga akhirnya Eka menjalani operasi biopsi untuk mengambil sampel tumor yang ada dan diketahui bahwa itu adalah limfoma.
Seperti kebanyakan orang lainnya, Eka mengutarakan dirinya langsung hilang kekuatan ketika mengetahui bahwa dirinya divonis kanker.
Dia mengevaluasi dirinya apa yang salah padanya lantaran selalu rajin berolahraga dan menjaga asupan makanan.
Namun dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatlah yang sangat memberikan semangat hidup untuk berjuang menjalani pengobatan.
Eka menjalani kemoterapi hingga enam kali dan merasakan berbagai efek yang ditimbulkan atas tindakan tersebut. Tapi usaha tersebut tidak sia-sia ketika kemoterapi yang keenam selesai dilakukan Eka dinyatakan terbebas dari limfoma.
Benjolan yang ada di kerongkongan Eka dinyatakan hilang dan dia bisa menelan makanan dengan nyaman serta beraktivitas seperti biasa hingga saat ini.
Hingga saat ini Eka masih tetap disiplin menjalani kontrol kesehatan terkait penyakitnya yang dulu untuk segera ditangani apabila kembali muncul.
"Setiap tahun harus kontrol PET CT Scan, dan per tiga bulan harus cek darah di laboratorium agar kalau ada sesuatu yang mencurigakan bisa dideteksi sedini mungkin agar penanganannya juga cepat dan tepat. Intinya harus disiplin," tegas Eka.
Setelah dinyatakan terbebas dari kanker kelenjar getah bening Desember 2016, Eka menjalani tes PET CT Scan setiap tahun. Pada 8 Januari 2019 Eka kembali mengontrol kesehatannya dan tetap dinyatakan bersih.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada kesempatan yang lalu menjelaskan bahwa penyakit kanker dipengaruhi oleh zat karsinogen pemicu kanker yang bisa terdapat di lingkungan.
Meskipun seseorang menjaga pola hidup sehat dengan rutin olahraga dan menjaga makanan tetap bisa terkena kanker apabila terpapar zat karsinogen secara terus menerus.
Menkes mencontohkan zat karsinogen yang ada di lingkungan seperti sampah plastik yang dibakar, dan merkuri hasil tambang yang bermuara di laut dan mencemari ikan.
Zat karsinogen juga terdapat di arang yang menempel pada makanan yang dibakar.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan mengampanyekan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Germas dengan olahraga teratur, dan banyak mengonsumsi sayur dan buah. Pada sayur dan buah-buahan terdapat zat antioksidan yang bisa menetralisir racun-racun di dalam tubuh.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: