Metropolitan
Manajemen MRT kemungkinan akan bangun stasiun di stadion BMW
11 Januari 2019 15:19 WIB
Petugas beraktivitas di Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (29/11/2018). Progres pembangunan MRT fase I Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 97,52 persen dan ditargetkan beroperasi Maret 2019. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris PT MRT Jakarta, Muhammad Kamaluddin mengatakan pihaknya kemungkinan akan membangun stasiun di Taman Bersih Manusiawi Wibawa (BMW), Jakarta Utara.
Hal itu diungkapkan setelah PT Jakarta Propertindo selaku kontraktor Stadion Persija di kawasan Taman BMW mengaku batalnya pembangunan depo MRT karena kekurangan lahan.
"MRT, Jakpro, dan Pemprov DKI, saya cek lagi tanggalnya nanti, sudah mendiskusikan rencana pembangunan Depo di Taman BMW. Tapi berdasarkan pertimbangan luas yang kami butuhkan, dan prioritas BMW sndiri untuk stadion kelihatannya luasannya belum mencukupi," jelas Kamal di Jakarta, Jumat.
Untuk depo, lanjut Kamal, perlu diberi ruang yang cukup besar dari pintu batas depo hingga dinding yang bisa diakses publik, sedangkan di lapangan luasan yang tersedia hanya sebagai stasiun.
"Depo itu nanti ada tempat untuk berhenti kereta, pemeliharaan kereta, dan untuk pengoperasian lainnya. Stasiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Lebih besar depo dibandingkan stasiun," ujarnya.
Mengenai depo MRT yang ada di wilayah Jakarta lainnya, Kamal masih mempertimbangkan misalnya perpanjangan dari Stasiun Kota.
MRT atau Ratangga telah mencapai kesiapan hingga 98 persen dan dipastikan akan dioperasikan untuk umum namun dengan ketentuan tertentu pada akhir Maret 2019 nanti.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Dwi Wahyu Daryoto, memastikan depo MRT fase II tidak akan dibangun di kawasan Taman BMW di Sunter, Jakarta Utara.
"MRT butuh 12 Hektare buat depo, kemudian di kawasan BMW itu cuma 25 Hektare. Kalau 12 Hektare itu diambil buat depo, berarti tinggal 13 Hektare, cukup tidak untuk stadion dan kawasan lainnya? Tidak cukup," kata Dwi.
Hal itu diungkapkan setelah PT Jakarta Propertindo selaku kontraktor Stadion Persija di kawasan Taman BMW mengaku batalnya pembangunan depo MRT karena kekurangan lahan.
"MRT, Jakpro, dan Pemprov DKI, saya cek lagi tanggalnya nanti, sudah mendiskusikan rencana pembangunan Depo di Taman BMW. Tapi berdasarkan pertimbangan luas yang kami butuhkan, dan prioritas BMW sndiri untuk stadion kelihatannya luasannya belum mencukupi," jelas Kamal di Jakarta, Jumat.
Untuk depo, lanjut Kamal, perlu diberi ruang yang cukup besar dari pintu batas depo hingga dinding yang bisa diakses publik, sedangkan di lapangan luasan yang tersedia hanya sebagai stasiun.
"Depo itu nanti ada tempat untuk berhenti kereta, pemeliharaan kereta, dan untuk pengoperasian lainnya. Stasiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Lebih besar depo dibandingkan stasiun," ujarnya.
Mengenai depo MRT yang ada di wilayah Jakarta lainnya, Kamal masih mempertimbangkan misalnya perpanjangan dari Stasiun Kota.
MRT atau Ratangga telah mencapai kesiapan hingga 98 persen dan dipastikan akan dioperasikan untuk umum namun dengan ketentuan tertentu pada akhir Maret 2019 nanti.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Dwi Wahyu Daryoto, memastikan depo MRT fase II tidak akan dibangun di kawasan Taman BMW di Sunter, Jakarta Utara.
"MRT butuh 12 Hektare buat depo, kemudian di kawasan BMW itu cuma 25 Hektare. Kalau 12 Hektare itu diambil buat depo, berarti tinggal 13 Hektare, cukup tidak untuk stadion dan kawasan lainnya? Tidak cukup," kata Dwi.
Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019
Tags: