BI katakan kombinasi faktor eksternal-domestik dorong penguatan Rupiah
11 Januari 2019 15:17 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo saat memberikan keterangan pada awak media usai ibadah Shalat Jumat di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat. (ANTARA News/Citro Atmoko)
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menilai kombinasi faktor eksternal dan faktor domestik pada awal tahun ini mendorong penguatan nilai tukar Rupiah.
"Rupiah baik ya, terutama dari sisi eksternal, gambaran dari global cukup baik. Trade war sendiri diantisipasi akan menghasilkan keputusan yang positif bagi pasar," ujar Dody saat ditemui usai ibadah Shalat Jumat di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat.
Dody menuturkan, pernyataan pejabat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga cukup dovish alias masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate pada tahun ini.
"Itu akan menenangkan pasar keuangan secara keseluruhan. Kenaikan masih akan terjadi, cuma secara frekuensi jumlahnya lebih kecil dari perkiraan di awal tahun," kata Dody.
Sementara itu, dari sisi domestik, arus modal masuk (capital inflow) pada awal Januari ini telah masuk ekuivalen sekitar Rp6,8 triliun melalui semua instrumen seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Negara (SBN), saham, obligasi korporasi, dan SBN Syariah. Hal tersebut berdampak positif terhadap rupiah.
"Jadi itu gambaran positif buat rupiah sendiri yang mengalami apresiasi year to date 1,8 persen," ujar Dody.
Kendati pada awal tahun ini Rupiah menunjukkan tren positif, namun risiko ketidakpastian global masih ada. Dody menyebutkan pertumbuhan ekonomi di Eropa sendiri masih bias ke bawah dan China juga melakukan koreksi pertumbuhan ekonominya. Sementara Amerika Serikat, pertumbuhan ekonominya masih cukup solid meski diperkirakan tidak akan secepat pada tahun lalu.
"Jadi ketidakpastian masih harus kita kalkulasi meski di awal-awal tahun ini kalkulasi kita masih cukup positif dari sisi pasar keuangannya. Kita berharap saja dukungan ekonomi domestik akan memberikan sentimen positif ke pasar. Itu yang kita harapkan karena kalau kita lihat peerekomian domestik, kita lihat angka cadev terus membaik , inflasi turun, dan mudah-mudahan angka pertumbuhan ekonomi di triwulan empat juga cukup baik," kata Dody.
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp14.076 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp14.093 per dolar AS.
Baca juga: Analis: Laju penguatan rupiah dibayangi data positif ekonomi AS
"Rupiah baik ya, terutama dari sisi eksternal, gambaran dari global cukup baik. Trade war sendiri diantisipasi akan menghasilkan keputusan yang positif bagi pasar," ujar Dody saat ditemui usai ibadah Shalat Jumat di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat.
Dody menuturkan, pernyataan pejabat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga cukup dovish alias masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate pada tahun ini.
"Itu akan menenangkan pasar keuangan secara keseluruhan. Kenaikan masih akan terjadi, cuma secara frekuensi jumlahnya lebih kecil dari perkiraan di awal tahun," kata Dody.
Sementara itu, dari sisi domestik, arus modal masuk (capital inflow) pada awal Januari ini telah masuk ekuivalen sekitar Rp6,8 triliun melalui semua instrumen seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Negara (SBN), saham, obligasi korporasi, dan SBN Syariah. Hal tersebut berdampak positif terhadap rupiah.
"Jadi itu gambaran positif buat rupiah sendiri yang mengalami apresiasi year to date 1,8 persen," ujar Dody.
Kendati pada awal tahun ini Rupiah menunjukkan tren positif, namun risiko ketidakpastian global masih ada. Dody menyebutkan pertumbuhan ekonomi di Eropa sendiri masih bias ke bawah dan China juga melakukan koreksi pertumbuhan ekonominya. Sementara Amerika Serikat, pertumbuhan ekonominya masih cukup solid meski diperkirakan tidak akan secepat pada tahun lalu.
"Jadi ketidakpastian masih harus kita kalkulasi meski di awal-awal tahun ini kalkulasi kita masih cukup positif dari sisi pasar keuangannya. Kita berharap saja dukungan ekonomi domestik akan memberikan sentimen positif ke pasar. Itu yang kita harapkan karena kalau kita lihat peerekomian domestik, kita lihat angka cadev terus membaik , inflasi turun, dan mudah-mudahan angka pertumbuhan ekonomi di triwulan empat juga cukup baik," kata Dody.
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp14.076 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp14.093 per dolar AS.
Baca juga: Analis: Laju penguatan rupiah dibayangi data positif ekonomi AS
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: