Tintin rayakan 90 tahun dengan edisi kontroversi kolonial
11 Januari 2019 15:16 WIB
Seorang pelajar melihat gambar tokoh Tintin karya seniman kelahiran Brussels Georges Remi, atau yang lebih dikenal dengan nama Herge, di sebuah toko di Museum Herge di Louvain-La-Neuve, Belgia, Kamis (1/12). Warga Belgia memadati bioskop untuk menonton "The Adventures of Tintin - The Secret of the Unicorn", film baru dari sutradara AS Stephen Spielberg yang menghidupkan tokoh fiktif yang sangat terkenal di Eropa. (FOTO ANTARA/REUTERS/Yves Herma)
Jakarta (ANTARA News) - Tintin akan merayakan ulang tahun ke-90 tahun ini dengan edisi baru "Tintin in the Congo" yang kontroversial, karya seniman Belgia tahun 1930, yang saat itu menuai tuduhan rasisme.
Petualangan pewarta muda di tempat yang dulu koloni Belgia itu adalah cerita pertama Tintin yang dijadikan serial oleh seniman Herge.
Cerita itu dirilis ulang dengan versi digital remastered berwarna untuk merayakan 90 tahun sejak karakter kartun strip itu pertama kali muncul di surat kabar Brussels pada 1929.
Penerbit menolak pendapat bahwa cerita, yang menampilkan karakter orang Afrika gendut, berkulit hitam dengan bibir merah dan mengenakan cawat, itu bermasalah.
"Dialog itu paling penting dan pekerjaan dekonstruksi, dekolonisasi juga sama penting," kata Robert Vangeheberg, Kamis (10/1), seperti dikutip Reuters.
Meski demikian, seorang komikus Kongo bernama Barly Baruti, mengatakan pada Reuters bahwa penerbitan ulang karya tersebut saat kelompok nasionalis dan rasis sedang menggelora di Eropa patut dipertanyakan.
"Kita harus bertanya pada diri sendiri apakah itu momen yang tepat," katanya.
Edisi pertama buku "Tintin in the Congo" pada 1946 menampilkan Tintin dan anjing setianya Snowy bergulat dengan penyelundup berlian.
Pengadian Belgia menolak permintaan pegiat Kongo satu dekade lalu untuk melarang buku tersebut. Para hakim mengatakan komik itu mencerminkan sikap kolonial saat itu dan tak ada bukti bahwa Herge --yang meninggal pada 1983 ketika berusia 75 tahun-- punya pandangan rasis.
Petualangan pewarta muda di tempat yang dulu koloni Belgia itu adalah cerita pertama Tintin yang dijadikan serial oleh seniman Herge.
Cerita itu dirilis ulang dengan versi digital remastered berwarna untuk merayakan 90 tahun sejak karakter kartun strip itu pertama kali muncul di surat kabar Brussels pada 1929.
Penerbit menolak pendapat bahwa cerita, yang menampilkan karakter orang Afrika gendut, berkulit hitam dengan bibir merah dan mengenakan cawat, itu bermasalah.
"Dialog itu paling penting dan pekerjaan dekonstruksi, dekolonisasi juga sama penting," kata Robert Vangeheberg, Kamis (10/1), seperti dikutip Reuters.
Meski demikian, seorang komikus Kongo bernama Barly Baruti, mengatakan pada Reuters bahwa penerbitan ulang karya tersebut saat kelompok nasionalis dan rasis sedang menggelora di Eropa patut dipertanyakan.
"Kita harus bertanya pada diri sendiri apakah itu momen yang tepat," katanya.
Edisi pertama buku "Tintin in the Congo" pada 1946 menampilkan Tintin dan anjing setianya Snowy bergulat dengan penyelundup berlian.
Pengadian Belgia menolak permintaan pegiat Kongo satu dekade lalu untuk melarang buku tersebut. Para hakim mengatakan komik itu mencerminkan sikap kolonial saat itu dan tak ada bukti bahwa Herge --yang meninggal pada 1983 ketika berusia 75 tahun-- punya pandangan rasis.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: