Mantan Menkop: Koperasi di Indonesia belum maju
10 Januari 2019 23:48 WIB
Illustrasi: Presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Koperasi Nasional ke-71 menginginkan agar koperasi menjadi tempat atau wadah belajar bagi para anggotanya sehingga sistem ekonomi gotong royong bisa semakin berkembang di Tanah Air. (ANTARA News/Hanni Sofia)
Banyumas (ANTARA News) - Mantan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Subiakto Tjakrawerdaya menilai kondisi koperasi di Indonesia saat ini masih belum mengalami kemajuan.
"Ya, belum maju. Maju, tapi sepotong-sepotong," katanya saat mengunjungi Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Ia mengatakan dalam persaingan global seperti saat sekarang, koperasi menghadapi kendala karena tidak bersatu atau berjalan sendiri-sendiri.
Menurut menteri era Orde Baru tersebut, koperasi jika ingin maju harus memiliki bank koperasi, namun sampai sekarang hal itu belum terwujud.
"Mana bank koperasi sekarang? Bukopin sudah dibeli Korea (Kookmin Bank asal Korea Selatan)," katanya.
Ia juga mengatakan koperasi-koperasi di Indonesia sebenarnya mempunyai potensi untuk mendirikan bank koperasi, sebab aset yang dimiliki koperasi simpan pinjam di seluruh Indonesia mencapai Rp30 triliun.
"Mestinya itu (aset sebesar Rp30 triliun) bisa menjadi modal (untuk mendirikan) bank. Ternyata, tidak bisa karena koperasi-koperasi itu tidak bersatu dan tidak ada yang mempersatukan," kata Ketua Yayasan Damandiri itu.
Disinggung mengenai era kejayaan koperasi di Indonesia, dia enggan memberikan banyak komentar.
"Jangan tanya ke saya, kalau saya bilangnya ya zaman saya. Saya pasti subjektif," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan berdasarkan data saat dia menjabat Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil periode 1993-1998, koperasi di Indonesia jika dilihat satu persatu mungkin terlihat maju.
Akan tetapi, kata dia, kondisi tersebut masih jauh dari harapan Mohammad Hatta (Bung Hatta) yang merupakan Bapak Koperasi Indonesia.
Dalam hal ini, Bung Hatta mengharapkan koperasi menjadi "saka guru" atau pilar perekonomian Indonesia.
"Jadi, pilar itu punya bank, punya semacam trading house (rumah perdagangan) milik koperasi. Trading house itu seperti Bulog, bank semacam BRI itu milik koperasi," kata Subiakto.
Ia mengatakan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebelumnya bernama Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) sehingga ia ingin dapat dikembalikan seperti semula.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan saat Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Pusat diterima Presiden Joko Widodo pada Senin (7/1), pihaknya mengusulkan agar BRI dikembalikan menjadi bank koperasi dan Bulog dijadikan sebagai rumah perdagangan (trading house) bagi koperasi.
"Katanya setuju beliau. Mudah-mudahan, karena kami sudah perjuangkan itu," katanya.
Baca juga: Dekopin dorong koperasi kembangkan e-commerce
"Ya, belum maju. Maju, tapi sepotong-sepotong," katanya saat mengunjungi Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Ia mengatakan dalam persaingan global seperti saat sekarang, koperasi menghadapi kendala karena tidak bersatu atau berjalan sendiri-sendiri.
Menurut menteri era Orde Baru tersebut, koperasi jika ingin maju harus memiliki bank koperasi, namun sampai sekarang hal itu belum terwujud.
"Mana bank koperasi sekarang? Bukopin sudah dibeli Korea (Kookmin Bank asal Korea Selatan)," katanya.
Ia juga mengatakan koperasi-koperasi di Indonesia sebenarnya mempunyai potensi untuk mendirikan bank koperasi, sebab aset yang dimiliki koperasi simpan pinjam di seluruh Indonesia mencapai Rp30 triliun.
"Mestinya itu (aset sebesar Rp30 triliun) bisa menjadi modal (untuk mendirikan) bank. Ternyata, tidak bisa karena koperasi-koperasi itu tidak bersatu dan tidak ada yang mempersatukan," kata Ketua Yayasan Damandiri itu.
Disinggung mengenai era kejayaan koperasi di Indonesia, dia enggan memberikan banyak komentar.
"Jangan tanya ke saya, kalau saya bilangnya ya zaman saya. Saya pasti subjektif," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan berdasarkan data saat dia menjabat Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil periode 1993-1998, koperasi di Indonesia jika dilihat satu persatu mungkin terlihat maju.
Akan tetapi, kata dia, kondisi tersebut masih jauh dari harapan Mohammad Hatta (Bung Hatta) yang merupakan Bapak Koperasi Indonesia.
Dalam hal ini, Bung Hatta mengharapkan koperasi menjadi "saka guru" atau pilar perekonomian Indonesia.
"Jadi, pilar itu punya bank, punya semacam trading house (rumah perdagangan) milik koperasi. Trading house itu seperti Bulog, bank semacam BRI itu milik koperasi," kata Subiakto.
Ia mengatakan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebelumnya bernama Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) sehingga ia ingin dapat dikembalikan seperti semula.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan saat Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Pusat diterima Presiden Joko Widodo pada Senin (7/1), pihaknya mengusulkan agar BRI dikembalikan menjadi bank koperasi dan Bulog dijadikan sebagai rumah perdagangan (trading house) bagi koperasi.
"Katanya setuju beliau. Mudah-mudahan, karena kami sudah perjuangkan itu," katanya.
Baca juga: Dekopin dorong koperasi kembangkan e-commerce
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: