Masyarakat Sipil desak teror pimpinan KPK diungkap sungguh-sungguh
10 Januari 2019 17:47 WIB
Mantan pimpinan KPK Erry Riyana Hardjapamekas (tengah) saat jumpa pers soal peristiwa teror terhadap dua pimpinan KPK di gedung KPK, Jakarta, Kamis (10/1/2019). (Antara/Benardy Ferdiansyah)
Jakarta (ANTARA News) - Koalisi Masyarakat Sipil mendesak agar peristiwa teror terhadap dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat diungkap dengan sungguh-sungguh oleh negara.
"Mendesak para pimpinan negara untuk secara sungguh sungguh mencari tahu, menyelidiki, menyidik kemudian membawa ke pengadilan siapa pun pelaku-pelaku yang melakukan hal-hal yang sangat mengganggu pemberantasan korupsi terhadap dua pimpinan KPK," kata mantan pimpinan KPK Erry Riyana Hardjapamekas yang tergabung dalam koalisi itu saat jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, Erry menyatakan bahwa pihaknya sepenuhnya mendukung pimpinan KPK beserta jajarannya untuk tetap bekerja dengan baik menjalankan misinya memberantas korupsi.
"Kami telah menemui KPK dan mereka dalam keadaan yang baik, tidak ada masalah, tidak terganggu sedikit pun dengan kejadian yang dialami dua pimpinan semalam dan mereka tetap bekerja seperti biasa, demikian pula dengan para pegawainya," ucap Erry.
Di sisi lain, kata dia, peristiwa teror tersebut justru membangunkan kita semua betapa pentingnya dan betapa tidak boleh lengahnya kita untuk terus mengawal agenda pemberantasan korupsi.
"Kami mengambil hikmah dan pimpinan KPK juga sependapat ini justru membangunkan kita semua betapa pentingnya dan betapa tidak boleh lengahnya kita untuk terus mengawal agenda pemberantasan korupsi yang antara lain diwakili oleh upaya-upaya yang dilakukan oleh KPK," tuturnya.
Sementara itu dalam kesempatan sama, mantan penasihat KPK Said Zainal Abidin menyatakan bahwa peristiwa teror tersebut merupakan perbuatan yang keji.
"Tentu tindakan yang dilakukan oleh teroris yang tidak senang dengan KPK itu adalah perbuatan yang keji dan ini kami harapkan tidak akan berulang kembali, harapan kami demikian," kata Said.
Menurut dia, tindakan ancaman itu tidak akan mempan untuk mematahkan semangat KPK dalam pemberantasan korupsi.
"Kedua, tindakan itu harus hilang dari tanah air kita, tidak boleh ada gertakan-gertakan lagi. Tidak boleh ada hambatan-hambatan di dalam kegiatan KPK, meskipun KPK memang sudah bertekad tidak akan patah semangat dalam pemberantasan korupsi," ujarnya.
Sebelumnya pada Rabu (9/1), rumah Ketua KPK Agus Rahardjo menjadi sasaran teror bom oleh orang tak dikenal. Di rumah Agus yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, polisi menemukan barang bukti berupa pipa paralon, detonator, sekring, kabel warna kuning, paku ukuran 7 centimeter, serbuk putih, baterai dan tas.
Sedangkan rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, dilempar dua bom molotov oleh orang tak dikenal, salah satu bom sempat merusak teras bagian atas rumah Laode. Penemuan bom itu terjadi pada Rabu (9/1) sekitar pukul 05.30 WIB.
Baca juga: Ungkap teror bom terhadap pimpinan KPK
Baca juga: ICW minta Polri usut tuntas peristiwa teror pimpinan KPK
Baca juga: Amnesty Internasional Indonesia soroti teror bom molotov di rumah pimpinan KPK
"Mendesak para pimpinan negara untuk secara sungguh sungguh mencari tahu, menyelidiki, menyidik kemudian membawa ke pengadilan siapa pun pelaku-pelaku yang melakukan hal-hal yang sangat mengganggu pemberantasan korupsi terhadap dua pimpinan KPK," kata mantan pimpinan KPK Erry Riyana Hardjapamekas yang tergabung dalam koalisi itu saat jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, Erry menyatakan bahwa pihaknya sepenuhnya mendukung pimpinan KPK beserta jajarannya untuk tetap bekerja dengan baik menjalankan misinya memberantas korupsi.
"Kami telah menemui KPK dan mereka dalam keadaan yang baik, tidak ada masalah, tidak terganggu sedikit pun dengan kejadian yang dialami dua pimpinan semalam dan mereka tetap bekerja seperti biasa, demikian pula dengan para pegawainya," ucap Erry.
Di sisi lain, kata dia, peristiwa teror tersebut justru membangunkan kita semua betapa pentingnya dan betapa tidak boleh lengahnya kita untuk terus mengawal agenda pemberantasan korupsi.
"Kami mengambil hikmah dan pimpinan KPK juga sependapat ini justru membangunkan kita semua betapa pentingnya dan betapa tidak boleh lengahnya kita untuk terus mengawal agenda pemberantasan korupsi yang antara lain diwakili oleh upaya-upaya yang dilakukan oleh KPK," tuturnya.
Sementara itu dalam kesempatan sama, mantan penasihat KPK Said Zainal Abidin menyatakan bahwa peristiwa teror tersebut merupakan perbuatan yang keji.
"Tentu tindakan yang dilakukan oleh teroris yang tidak senang dengan KPK itu adalah perbuatan yang keji dan ini kami harapkan tidak akan berulang kembali, harapan kami demikian," kata Said.
Menurut dia, tindakan ancaman itu tidak akan mempan untuk mematahkan semangat KPK dalam pemberantasan korupsi.
"Kedua, tindakan itu harus hilang dari tanah air kita, tidak boleh ada gertakan-gertakan lagi. Tidak boleh ada hambatan-hambatan di dalam kegiatan KPK, meskipun KPK memang sudah bertekad tidak akan patah semangat dalam pemberantasan korupsi," ujarnya.
Sebelumnya pada Rabu (9/1), rumah Ketua KPK Agus Rahardjo menjadi sasaran teror bom oleh orang tak dikenal. Di rumah Agus yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, polisi menemukan barang bukti berupa pipa paralon, detonator, sekring, kabel warna kuning, paku ukuran 7 centimeter, serbuk putih, baterai dan tas.
Sedangkan rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, dilempar dua bom molotov oleh orang tak dikenal, salah satu bom sempat merusak teras bagian atas rumah Laode. Penemuan bom itu terjadi pada Rabu (9/1) sekitar pukul 05.30 WIB.
Baca juga: Ungkap teror bom terhadap pimpinan KPK
Baca juga: ICW minta Polri usut tuntas peristiwa teror pimpinan KPK
Baca juga: Amnesty Internasional Indonesia soroti teror bom molotov di rumah pimpinan KPK
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: