Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berharap konflik antara Pemerintah China dengan kelompok Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang dapat diselesaikan dengan perundingan, kata Ketua Umum Said Aqil Siradj di Jakarta, Kamis.

"Kami harapkan bisa diselesaikan dengan dialog, seperti dulu Pak JK (Jusuf Kalla) berhasil melakukan mediasi Aceh, Poso. Pak JK berpengalaman," kata Said Aqil usai menemui Wapres JK di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis.

Said mengatakan konflik yang menimpa kaum Muslim Uighur perlu diselidiki lebih lanjut dengan mendengarkan penjelasan terbaru dari pihak perwakilan Pemerintah China di Indonesia.

Oleh karena itu, Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian akan kembali mengunjungi PBNU untuk membicarakan mengenai perkembangan konflik Muslim Uighur di negeri tirai bambu tersebut.

"Dubes China akan datang ke Kantor NU, menjelaskan tentang keadaan di sana. Saya cocok dengan Pak JK, kalau isunya karena agama saya protes keras, tapi kalau separatisme politik, itu urusan dalam negeri mereka," kata Said.

Sebelumnya, PBNU telah menerima Dubes Xiao Qian pada 24 Desember 2018 lalu untuk membahas mengenai persoalan Muslim Uighur.

Dubes Qian saat itu mengatakan persoalan di Xinjiang merupakan tindakan separatisme, yakni adanya sekelompok orang ingin membuat Xinjiang berpisah dengan China dengan menggunakan cara kekerasan dan terorisme.

Untuk menghadapi kelompok separatis tersebut, China mengambil beberapa langkah kebijakan, antara lain dengan mengadakan program pendidikan vokasi, tambah Qian.

Baca juga: KAHMI temui Wamenlu Fachir bahas Muslim Uighur
Baca juga: Pemerintah Xinjiang abadikan bukti serangan 1992-2015