Artikel
Memantau perkembangan sapi melalui aplikasi
10 Januari 2019 14:13 WIB
Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih (kanan), Bupati Situbondo Dadang Wigiarto (tengah), dan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo saat peluncuran aplikasi solusi digital Satwa Nusantara di Situbondo, Jawa Timur (19/12/2018). (Antaranews/Ahmad Wijaya)
Jakarta (ANTARA News) - Wajah Roni (29) tampak tersenyum saat menerima bantuan telepon pintar dari salah satu operator telekomunikasi swasta.
Pria warga Desa Karang Tekok, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, pantas bersyukur karena di dalam telepon pintar tersebut tersedia aplikasi solusi inovatif berkonsep Farm Chain Management System (FCMS) Satwa Nusantara yang bisa memantau perkembangan, pertumbuhan hingga kesehatan sapi.
Selama ini pria yang sehari-hari merupakan peternak sapi sering dipusingkan dengan kondisi kesehatan puluhan sapi yang dimiliki, karena sulit terpantau pertumbuhannya karena tak terpantau kebutuhan pakannya.
Karena kondisi ekonominya yang memang pas-pasan, dia juga sering menggembalakan sapi-sapinya ke hamparan tanah luas yang tak jauh dari Taman Nasional Baluran. Di taman itu, sapi-sapi dilepas untuk mencari rumput yang tumbuh liar sehingga tak terjamin kualitas pakannya.
Melihat kondisi tersebut PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) melanjutkan komitmen untuk mendukung upaya pengentasan desa tertinggal dengan membangun solusi digital yang disesuaikan dengan kebutuhan warga desa yang disasar. Seperti pada solusi terbaru, XL Axiata membangun solusi inovatif berkonsep FCMS Satwa Nusantara untuk warga desa tersebut.
Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan, dipilihnya sejumlah petani memperoleh bantuan solusi digital itu karena Desa Karang Tekok ini masuk kategori tertinggal sesuai data Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Solusi Satwa Nusantara ini akan membantu para petani pemilik ternak untuk memastikan ternak-ternak mereka, terutama sapi, bisa tercukupi pakan dan kondisi kesehatannya sepanjang tahun, termasuk di musim kemarau.
Bagi masyarakat setempat, sapi adalah aset utama warga, tapi selama ini mereka harus menghadapi persoalan saat musim kemarau, di mana pakan tidak mencukupi sehingga sapi kelaparan dan bobotnya menyusut drastis.
Lalu, dari pada mati, mereka menjualnya dengan harga sangat rendah. Padahal, sapi-sapi yang diternakkan warga adalah sapi dari jenis unggul yang punya potensi besar secara ekonomi untuk dikembangkan.
Melalui solusi digital ini juga akan bisa memberikan data dan gambaran mengenai potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari ternak sapi warga desa ke depan. Sesuai dengan namanya, solusi berbasis FCMS memang ditujukan untuk memaksimalkan produktvitas komoditi pertanian dengan cara menata, memantau dan merencanakan rantai pengelolaan dari hulu ke hilir, dari mulai pemeliharaan, panen, pemasaran, bahkan hingga pengembangan produk dari ternak.
"Untuk keperluan di Desa Karang Tekok ini, Satwa Nusantara baru difokuskan untuk pemeliharaan, yaitu mengatasi masalah pakan dan kesehatan ternak," kata Wahyuningsih.
Perusahaan telekomunikasi itu berharap solusi digital yang dibangun XL Axiata bersama dengan Fakultas Peternakan Universitas Jember dan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Desa Toyomarto, Singosari Malang, Jawa Timur, itu akan mampu mengatasi salah satu simpul persoalan yang ada di desa tersebut.
Penerapan solusi ini akan mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan. Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, kini sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan.
Dengan demikian, ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas.
Solusi ini bisa dijalankan berdasarkan data atas ternak yang dikirimkan oleh masing-masing petani pemiliknya. Data-data sapi ini meliputi data mengenai umur, jenis kelamin, bobot, jenis sapi, bahan baku pakan dan stok pakan jadi.
Hasilkan data riil
Data-data tersebut kemudian akan disimpan di bank data yang dikelola oleh admin yang dijalankan oleh tim dari Fakultas Pertanian Universitas Jember di bawah supervisi dua ahli pertanian, Dr. Hidayat Teguh Wiyono dan Kahar Muzakhar PhD yang menjadi partner dalam proyek ini.
Secara berkala, sesuai dengan perkembangan kondisi ternak, para pemilik sapi akan memperbarui data-data tersebut. Dengan demikian validitas data akan selalu terjaga, sehingga analisa yang dihasilkan juga berkualitas.
Untuk peternak, pemantauan dan pembaruan data terkait kondisi sapi dan pakannya bisa dilakukan juga secara digital. Untuk itu, disediakan aplikasi sederhana yang mudah dioperasikan oleh peternak.
Pengelolaan data-data ternak ini akan bisa menghasilkan antara lain data riil dan analisa mengenai populasi sapi, jumlah pakan yang dibutuhkan, baik pakan organik maupun pakan tambahan, potensi pertambahan ternak hingga beberapa tahun ke depan, hingga potensi stok daging yang tersedia, dan tentunya nilai ekonomi yang dimiliki desa dari ternak.
Lebih lanjut, melalui solusi Satwa Nusantara ini, para peternak, warga, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk aparat pemerinta terkait juga akan bisa memperoleh gambaran mengenai seberapa besar potensi dari ternak sapi ini yang bisa diolah dan dikembangkan skalanya.
Dari situ aktivitas ekonomi baru bisa dilahirkan, yang sekaligus akan memberikan nilai tambah ekonomi pada seluruh warga desa, dan pada akhirnya tujuan pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan.
Bupati Situbondo Dadang Wigiarto menilai adanya solusi ini sangat tepat di wilayah ini karena selama ini petani sering dikeluhkan dengan sulitnya memperoleh pakan terutama di musim kemarau sehingga ternaknya terlihat kurus dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Solusi digital ini akan sangat membantu daerah itu yang saat ini sedang mengembangkan dan mengupayakan wisata ternak sapi dan banteng terutama di Taman Nasional Baluran. Keberadaan aplikasi berbasis android ini tentunya akan sangat membantu masyarakat setempat yang mayoritas adalah peternak sapi.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo, mengatakan aplikasi ini juga bisa digunakan di daerah lain yang memiliki populasi ternak sapi yang besar, seperti di Sumbawa.
Aplikasi ini akan sangat membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di sejumlah daerah, khususnya yang masyarakatnya masih menggantungkan hidup dari ternak sapi.
Baca juga: Ingin sapi gemuk, XL Axiata siapkan Satwa Nusantara
Pria warga Desa Karang Tekok, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, pantas bersyukur karena di dalam telepon pintar tersebut tersedia aplikasi solusi inovatif berkonsep Farm Chain Management System (FCMS) Satwa Nusantara yang bisa memantau perkembangan, pertumbuhan hingga kesehatan sapi.
Selama ini pria yang sehari-hari merupakan peternak sapi sering dipusingkan dengan kondisi kesehatan puluhan sapi yang dimiliki, karena sulit terpantau pertumbuhannya karena tak terpantau kebutuhan pakannya.
Karena kondisi ekonominya yang memang pas-pasan, dia juga sering menggembalakan sapi-sapinya ke hamparan tanah luas yang tak jauh dari Taman Nasional Baluran. Di taman itu, sapi-sapi dilepas untuk mencari rumput yang tumbuh liar sehingga tak terjamin kualitas pakannya.
Melihat kondisi tersebut PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) melanjutkan komitmen untuk mendukung upaya pengentasan desa tertinggal dengan membangun solusi digital yang disesuaikan dengan kebutuhan warga desa yang disasar. Seperti pada solusi terbaru, XL Axiata membangun solusi inovatif berkonsep FCMS Satwa Nusantara untuk warga desa tersebut.
Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan, dipilihnya sejumlah petani memperoleh bantuan solusi digital itu karena Desa Karang Tekok ini masuk kategori tertinggal sesuai data Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Solusi Satwa Nusantara ini akan membantu para petani pemilik ternak untuk memastikan ternak-ternak mereka, terutama sapi, bisa tercukupi pakan dan kondisi kesehatannya sepanjang tahun, termasuk di musim kemarau.
Bagi masyarakat setempat, sapi adalah aset utama warga, tapi selama ini mereka harus menghadapi persoalan saat musim kemarau, di mana pakan tidak mencukupi sehingga sapi kelaparan dan bobotnya menyusut drastis.
Lalu, dari pada mati, mereka menjualnya dengan harga sangat rendah. Padahal, sapi-sapi yang diternakkan warga adalah sapi dari jenis unggul yang punya potensi besar secara ekonomi untuk dikembangkan.
Melalui solusi digital ini juga akan bisa memberikan data dan gambaran mengenai potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari ternak sapi warga desa ke depan. Sesuai dengan namanya, solusi berbasis FCMS memang ditujukan untuk memaksimalkan produktvitas komoditi pertanian dengan cara menata, memantau dan merencanakan rantai pengelolaan dari hulu ke hilir, dari mulai pemeliharaan, panen, pemasaran, bahkan hingga pengembangan produk dari ternak.
"Untuk keperluan di Desa Karang Tekok ini, Satwa Nusantara baru difokuskan untuk pemeliharaan, yaitu mengatasi masalah pakan dan kesehatan ternak," kata Wahyuningsih.
Perusahaan telekomunikasi itu berharap solusi digital yang dibangun XL Axiata bersama dengan Fakultas Peternakan Universitas Jember dan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Desa Toyomarto, Singosari Malang, Jawa Timur, itu akan mampu mengatasi salah satu simpul persoalan yang ada di desa tersebut.
Penerapan solusi ini akan mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan. Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, kini sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan.
Dengan demikian, ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas.
Solusi ini bisa dijalankan berdasarkan data atas ternak yang dikirimkan oleh masing-masing petani pemiliknya. Data-data sapi ini meliputi data mengenai umur, jenis kelamin, bobot, jenis sapi, bahan baku pakan dan stok pakan jadi.
Hasilkan data riil
Data-data tersebut kemudian akan disimpan di bank data yang dikelola oleh admin yang dijalankan oleh tim dari Fakultas Pertanian Universitas Jember di bawah supervisi dua ahli pertanian, Dr. Hidayat Teguh Wiyono dan Kahar Muzakhar PhD yang menjadi partner dalam proyek ini.
Secara berkala, sesuai dengan perkembangan kondisi ternak, para pemilik sapi akan memperbarui data-data tersebut. Dengan demikian validitas data akan selalu terjaga, sehingga analisa yang dihasilkan juga berkualitas.
Untuk peternak, pemantauan dan pembaruan data terkait kondisi sapi dan pakannya bisa dilakukan juga secara digital. Untuk itu, disediakan aplikasi sederhana yang mudah dioperasikan oleh peternak.
Pengelolaan data-data ternak ini akan bisa menghasilkan antara lain data riil dan analisa mengenai populasi sapi, jumlah pakan yang dibutuhkan, baik pakan organik maupun pakan tambahan, potensi pertambahan ternak hingga beberapa tahun ke depan, hingga potensi stok daging yang tersedia, dan tentunya nilai ekonomi yang dimiliki desa dari ternak.
Lebih lanjut, melalui solusi Satwa Nusantara ini, para peternak, warga, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk aparat pemerinta terkait juga akan bisa memperoleh gambaran mengenai seberapa besar potensi dari ternak sapi ini yang bisa diolah dan dikembangkan skalanya.
Dari situ aktivitas ekonomi baru bisa dilahirkan, yang sekaligus akan memberikan nilai tambah ekonomi pada seluruh warga desa, dan pada akhirnya tujuan pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan.
Bupati Situbondo Dadang Wigiarto menilai adanya solusi ini sangat tepat di wilayah ini karena selama ini petani sering dikeluhkan dengan sulitnya memperoleh pakan terutama di musim kemarau sehingga ternaknya terlihat kurus dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Solusi digital ini akan sangat membantu daerah itu yang saat ini sedang mengembangkan dan mengupayakan wisata ternak sapi dan banteng terutama di Taman Nasional Baluran. Keberadaan aplikasi berbasis android ini tentunya akan sangat membantu masyarakat setempat yang mayoritas adalah peternak sapi.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo, mengatakan aplikasi ini juga bisa digunakan di daerah lain yang memiliki populasi ternak sapi yang besar, seperti di Sumbawa.
Aplikasi ini akan sangat membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di sejumlah daerah, khususnya yang masyarakatnya masih menggantungkan hidup dari ternak sapi.
Baca juga: Ingin sapi gemuk, XL Axiata siapkan Satwa Nusantara
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: