BMKG: selama 2018 ada 23 kali gempa bumi yang merusak
8 Januari 2019 19:23 WIB
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono menjelaskan penyebab terjadinya gempa berkekuatan 7SR yang mengguncang Lombok pada Minggu (5/8), Kantor BMKG, Jakarta, Senin.
Jakarta, 8/1 (Antara) - Pusat gempa bumi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi sebanyak 23 kali gempa bumi yang merusak selama 2018.
"Tercatat 23 gempa bumi yang merusak dan menimbulkan korban jiwa selama 2018," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Dia mejelaskan, dari 23 kejadian gempa yang merusak tersebut, sebanyak 19 gempa dipicu aktivitas sesar aktif dan hanya empat gempa yang dipicu aktivitas subduksi lempeng.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2017 yang tercatat hanya 19 kali terjadi gempa merusak, sehingga ada peningkatan jumlah aktivitas gempa merusak di Indonesia.
Dia merincikan gempa bumi yang merusak tersebut yaitu gempa di Lebak, Banten pada 23 Januari 2018, dengan magnitudo 6,1 Skala Richter (SR), dan merusak 1.231 rumah, satu orang meninggal, dan beberapa orang luka-luka.
Gempa di Geumpang Aceh Barat pada 8 Februari 2018, magnitudo 6,3 SR, merusak 11 rumah dan 1 masjid. Gempa Sumenep, Jatim, pada 13 Juni 2018, dengan magnitudo 4,8 SR, merusak 77 rumah dan 6 orang luka-luka.
Gempa Lebak, Banten, pada 7 Juli 2018, magnitudo 4,4 SR, merusak 28 rumah. Gempa di Muara Teweh, Kalteng, pada 12 Juli 2018 magnitudo 4,4 SR, merusak beberapa rumah. Gempa Kepulauan Mentawai pada 20 Juli 2018, magnitudo 5,2 SR, merusak 12 rumah.
Gempa Padang Panjang, Sumbar, pada 21 Juli 2018, magnitudo 5,3 SR, merusak 12 rumah. Gempa Lombok, NTB pada 29 Juli 2018, magnitudo 6,4 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia.
Gempa Lombok pada 5 Agustus 2018 magnitudo 7,0 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia. Gempa Lombok pada 9 Agustus 2018 magnitudo 5,8 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal.
Gempa Manggarai, NTT pada 17 Agustus 2018, magnitudo 6,2 SR, merusak 151 rumah dan beberapa orang luka-luka. Gempa Lombok pada 19 Agustus 2018, magnitudo 6,2 SR, merusak rumah rusak dan menyebabkan orang meninggal.
Gempa Lombok magnitudo 6,9 SR pada 19 Agustus 2018 merusak dan menyebabkan orang meninggal. Total korban meninggal gempa Lombok mencapai lebih dari 555 orang dan ribuan rumah rusak.
Gempa Donggala dan Palu pada 28 September 2018 magnitudo 6,0 SR, menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia. Gempa Donggala-Palu 28 September 2018, magnitudo 7,5 SR, menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia.
Total dampak gempa Donggala dan Palu, beserta ikutannya yaitu tsunami dan likuifaksi mencapai lebih dari 2.000 orang meninggal, lebih dari 1000 orang hilang dan merusak ribuan rumah.
Gempa Sumba Timur, NTT pada 1 Oktober 2018 dengan magnitudo 6,0 SR, merusak banyak rumah dan beberapa orang luka. Gempa Sumba Timur pada 2 Oktober 2018, magnitudo 6,3 SR, merusak banyak rumah.
Gempa Sumenep pada 10 Oktober 2018 magnitudo 6,4 SR, merusak puluhan rumah dan 3 orang meninggal. Gempa Mamasa, Sulbar, pada 3 November 2018 magnitudo 4,7 SR, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.
Lalu Gempa Mamasa 3 November 2018 magnitudo 4,6 SR, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan. Gempa Mamasa 8 November 2018 magnitudo 5,1 Sr, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.
Gempa Sangihe-Talaud, Sulut, 6 November 2018 magnitudo 5,3 SR, merusak beberapa rumah. Gempa Manokwari Selatan, Papua Barat, 28 Desember 2018 magnitudo 6,0 SR, merusak beberapa rumah.
Selain itu, BMKG juga telah mengeluarkan dua kali peringatan dini tsunami selama 2018 yaitu saat terjadi gempa Lombok 5 Agustus 2018 dengan magnitudo magnitudo 7,0 SR, dengan status ancaman Waspada dengan ketinggian tsunami kurang dari 50 cm.
Lalu peringatan dini tsunami saat terjadi Gempa Donggala-Palu pada 28 Sep 2018 dengan magnitudo magnitudo 7,5 SR,dengan status ancaman Siaga dengan tinggi ancaman tsunami 0,5 hingga 3 meter.
***3***
Baca juga: BMKG:: Pusat gempa berada di Kota Donggala
Baca juga: BMKG: pusat gempa bukan di dasar laut
"Tercatat 23 gempa bumi yang merusak dan menimbulkan korban jiwa selama 2018," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Dia mejelaskan, dari 23 kejadian gempa yang merusak tersebut, sebanyak 19 gempa dipicu aktivitas sesar aktif dan hanya empat gempa yang dipicu aktivitas subduksi lempeng.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2017 yang tercatat hanya 19 kali terjadi gempa merusak, sehingga ada peningkatan jumlah aktivitas gempa merusak di Indonesia.
Dia merincikan gempa bumi yang merusak tersebut yaitu gempa di Lebak, Banten pada 23 Januari 2018, dengan magnitudo 6,1 Skala Richter (SR), dan merusak 1.231 rumah, satu orang meninggal, dan beberapa orang luka-luka.
Gempa di Geumpang Aceh Barat pada 8 Februari 2018, magnitudo 6,3 SR, merusak 11 rumah dan 1 masjid. Gempa Sumenep, Jatim, pada 13 Juni 2018, dengan magnitudo 4,8 SR, merusak 77 rumah dan 6 orang luka-luka.
Gempa Lebak, Banten, pada 7 Juli 2018, magnitudo 4,4 SR, merusak 28 rumah. Gempa di Muara Teweh, Kalteng, pada 12 Juli 2018 magnitudo 4,4 SR, merusak beberapa rumah. Gempa Kepulauan Mentawai pada 20 Juli 2018, magnitudo 5,2 SR, merusak 12 rumah.
Gempa Padang Panjang, Sumbar, pada 21 Juli 2018, magnitudo 5,3 SR, merusak 12 rumah. Gempa Lombok, NTB pada 29 Juli 2018, magnitudo 6,4 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia.
Gempa Lombok pada 5 Agustus 2018 magnitudo 7,0 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia. Gempa Lombok pada 9 Agustus 2018 magnitudo 5,8 SR, merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal.
Gempa Manggarai, NTT pada 17 Agustus 2018, magnitudo 6,2 SR, merusak 151 rumah dan beberapa orang luka-luka. Gempa Lombok pada 19 Agustus 2018, magnitudo 6,2 SR, merusak rumah rusak dan menyebabkan orang meninggal.
Gempa Lombok magnitudo 6,9 SR pada 19 Agustus 2018 merusak dan menyebabkan orang meninggal. Total korban meninggal gempa Lombok mencapai lebih dari 555 orang dan ribuan rumah rusak.
Gempa Donggala dan Palu pada 28 September 2018 magnitudo 6,0 SR, menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia. Gempa Donggala-Palu 28 September 2018, magnitudo 7,5 SR, menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia.
Total dampak gempa Donggala dan Palu, beserta ikutannya yaitu tsunami dan likuifaksi mencapai lebih dari 2.000 orang meninggal, lebih dari 1000 orang hilang dan merusak ribuan rumah.
Gempa Sumba Timur, NTT pada 1 Oktober 2018 dengan magnitudo 6,0 SR, merusak banyak rumah dan beberapa orang luka. Gempa Sumba Timur pada 2 Oktober 2018, magnitudo 6,3 SR, merusak banyak rumah.
Gempa Sumenep pada 10 Oktober 2018 magnitudo 6,4 SR, merusak puluhan rumah dan 3 orang meninggal. Gempa Mamasa, Sulbar, pada 3 November 2018 magnitudo 4,7 SR, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.
Lalu Gempa Mamasa 3 November 2018 magnitudo 4,6 SR, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan. Gempa Mamasa 8 November 2018 magnitudo 5,1 Sr, menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.
Gempa Sangihe-Talaud, Sulut, 6 November 2018 magnitudo 5,3 SR, merusak beberapa rumah. Gempa Manokwari Selatan, Papua Barat, 28 Desember 2018 magnitudo 6,0 SR, merusak beberapa rumah.
Selain itu, BMKG juga telah mengeluarkan dua kali peringatan dini tsunami selama 2018 yaitu saat terjadi gempa Lombok 5 Agustus 2018 dengan magnitudo magnitudo 7,0 SR, dengan status ancaman Waspada dengan ketinggian tsunami kurang dari 50 cm.
Lalu peringatan dini tsunami saat terjadi Gempa Donggala-Palu pada 28 Sep 2018 dengan magnitudo magnitudo 7,5 SR,dengan status ancaman Siaga dengan tinggi ancaman tsunami 0,5 hingga 3 meter.
***3***
Baca juga: BMKG:: Pusat gempa berada di Kota Donggala
Baca juga: BMKG: pusat gempa bukan di dasar laut
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: