Jakarta (ANTARA News) - Model pelatihan sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di bidang koperasi dan UKM disarankan untuk diubah menjadi lebih disesuaikan dengan konsep bisnis di era digital.

Pengamat ekonomi Suroto di Jakarta, Senin, mengatakan konsep pelatihan yang diselenggarakan pemerintah yang dijalankan selama ini sudah terlihat tidak relevan dan dampaknya terlihat masih sangat jauh dari yang diharapkan.

"Hal ini dapat dilihat dari perkembangan sektor UKM yang skalanya masih didominasi oleh usaha skala mikro," kata Suroto yang juga Ketua Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) itu.

Ia menambahkan, usaha skala mikro ini menurut statistik mendominasi hingga 97 persen dari total usaha di Indonesia. "Jadi proses 'scaling up'-nya tidak terjadi. UKM kita didominasi skala gurem dan ini membuat daya saing bisnis kita sangat lemah," katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah segera mengadopsi model pelatihan berkonsep melatih untuk meraih ("train to gain") agar dampaknya terlihat nyata.

Selain itu, ia menambahkan, konsep juga harus disesuaikan dengan konsep bisnis yang sudah mengarah ke era 4.0 saat ini.

"Selama ini proyek pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah masih kurang banyak mendapat evaluasi. Evaluasi yang diselenggarakan sangat formalistik dan tidak melibatkan pihak independen," katanya.

Ia melihat, pelatihan yang diselenggarakan di lapangan terlihat sangat konvensional dan bahkan pesertanya tidak merara.

"Sampai muncul satu anekdot pesertanya itu spesialis ikut peserta pelatihan," katanya.

Padahal ia memantau anggaran pendidikan dan pelatihan di berbagai kementerian/lembaga tergolong besar. Hingga sangat disayangkan jika tidak digunakan secara optimal.

"Selain penyesuaian model pendidikan pelatihan yang harusnya mengarah ke konsep mutakhir 'train to gain' harusnya juga diperhatikan proses inkubasinya. Usaha pemula misalnya, mereka sudah banyak yang rontok sebelum berkembang," katanya.