Ramallah, Palestina, (ANTARA News) - Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) pada Ahad (6/1) menyatakan telah memutuskan untuk menarik stafnya yang bekerja di pos penyeberangan Rafah di Jalur Gaza dengan Mesir, dengan alasan tindakan HAMAS sebagai penyebabnya.
Lembaga Urusan Sipil PNA mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa "keputusan itu diambil sehubungan dengan perkembangan belakangan ini dan tindakan brutal gerombolan de fakto" di Jalur Gaza.
PNA menuduh HAMAS "memanggil, menangkap dan melecehkan pegawai kami", sehingga PNA menyimpulkan bahwa kehadiran mereka sia-sia, kata pernyataan tersebut.
PNA, katanya, mengirim staf ke pos penyeberangan itu "untuk meringankan penderitaan akibat pengepungan Israel" atas Jalur Gaza, demikian laporan Kantor Berita Resmi Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Tapi "sejak kami mengambil-alih pos penyeberangan Rafah, HAMAS telah menghalangi pekerjaan staf kami di sana. Kami harus memikul banyak beban untuk memberi kesempatan kepada upaya Mesir guna mengakhiri perpecahan".
Menurut pernyataan tersebut, "HAMAS terus melakukan perpecahan, yang terakhir ialah memanggil, menangkap dan melecehkan pegawai kami, dan kami sampai pada kesimpulan bahwa kehadiran kami sia-sia di sana sebab HAMAS menghalangi tugas dan pekerjaan kami".
Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) menguasai Jalur Gaza pada 2007 dalam konflik yang nyaris menjadi perang saudara dengan faksi Fatah, pimpinan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Tapi Pemerintah Otonomi Palestina mengambil-alih kendali atas Rafah pada November 2017, sebagai bagian dari kesepakatan yang membuat Mesir membuka kembali satu pos penyeberangan perbatasan yang telah ditutup sepenuhnya dari Agustus tahun itu dan hampir sepanjang tahun itu ditutup.
Baca juga: PLO kutuk kunjungan pejabat AS, Israel ke Jerusalem
Baca juga: Pemimpin HAMAS nyatakan siap bertemu Presiden Palestina
Mesir telah mensaratkan pembukaan pos penyeberangan Rafah, satu-satunya tempat penyeberangan perbatasan buat warga Jalur Gaza selain pos penyeberangan dengan Israel --Erez/Beit, di bawah wewenang Pemerintah Otonomi Nasional Palestina.
Kesepakatan perujukan kembali antara Pemerintah Otonomi Nasional Palestina dan HAMAS --yang menguasai Jalur Gaza-- memberi Pemerintah Otonomi Palestin pengawasan penuh atas semua pos penyeberangan.
Pemerintah Otonomi Nasional Palestina berpusat di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, dan hanya memerintah beberapa bagian Tepi Barat --yang diduduki Israel dan terpisah dari Jalur Gaza oleh wilayah Israel, yang diakui masyarakat internasional.
Pada penghujung Desember, seorang juru bicara Fatah menuduh HAMAS melakukan penangkapan massal anggota Fatah di Jalur Gaza, tapi HAMAS membantah tuduhan itu.
Beberapa upaya untuk merujukkan Fatah dan HAMAS telah gagal dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pemerintah Otonomi Nasional Palestina, yang diakui masyarakat internasional, telah meningkatkan tekanan atas HAMAS dalam beberapa bulan belakangan ini dengan mengurangi gaji pegawai negeri sipil di Jalur Gaza, yang telah lama menghadapi cekikan blokade Israel.
Baca juga: Pemukim Yahudi serang rombongan pejabat Palestina
Pemerintah Otonomi Palestina tarik staf dari penyeberangan Rafah dengan Mesir
7 Januari 2019 14:08 WIB
Seorang wanita Palestina menunggu kerabatnya kembali ke Gaza setelah Otoritas Mesir membuka perbatasan Rafah selama satu hari, di selatan Jalur Gaza, Senin (19/2/2018). (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: