Rupiah terapresiasi seiring pernyataan 'dovish' oleh Gubernur The Fed
7 Januari 2019 10:03 WIB
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dollar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima, Jakarta, Selasa (27/11/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah 0,14 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya di perdagangan pasar spot hari ini. Namun dolar AS masih mampu ditahan di bawah Rp 14.500. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi ini menguat sebesar 167 poin menjadi Rp14.103 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.270 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Senin mengatakan dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah didorong oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang "dovish".
Dovish merupakan kebijakan Bank Sentral yang kecondongannya untuk menunda kenaikan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter longgar.
"The Fed menyatakan lebih bersabar dalam menaikan tingkat suku bunganya tahun ini dan lebih melihat arah pergerakan ekonomi Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan untuk menaikan tingkat suku bunga," paparnya.
Ia menambahkan kemungkinan akan adanya perundingan perdagangan antara Amerika Serikat-China pada 7-8 Januari di Beijing turut menjadi faktor negatif bagi dolar AS.
"Rupiah mendapatkan sentimen positif dari pelemahan dolar AS di pasar global itu," katanya.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan data ekonomi Indonesia yang terbilang positif masih menjadi salah satu faktor yang mendorong nilai tukar rupiah kembali terapresiasi.
"Pada awal tahun ini kita sudah disuguhi data inflasi yang terkendali, serta realisasi pendapatan negara dalam APBN naik dibandingkan tahun 2017," ujarnya.
Menurut dia, pendapatan APBN yang meningkat menunjukan fiskal Indonesia yang sehat. Kondisi itu akan membuat investor melirik Indonesia sebagai tempat investasi.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Senin mengatakan dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah didorong oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang "dovish".
Dovish merupakan kebijakan Bank Sentral yang kecondongannya untuk menunda kenaikan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter longgar.
"The Fed menyatakan lebih bersabar dalam menaikan tingkat suku bunganya tahun ini dan lebih melihat arah pergerakan ekonomi Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan untuk menaikan tingkat suku bunga," paparnya.
Ia menambahkan kemungkinan akan adanya perundingan perdagangan antara Amerika Serikat-China pada 7-8 Januari di Beijing turut menjadi faktor negatif bagi dolar AS.
"Rupiah mendapatkan sentimen positif dari pelemahan dolar AS di pasar global itu," katanya.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan data ekonomi Indonesia yang terbilang positif masih menjadi salah satu faktor yang mendorong nilai tukar rupiah kembali terapresiasi.
"Pada awal tahun ini kita sudah disuguhi data inflasi yang terkendali, serta realisasi pendapatan negara dalam APBN naik dibandingkan tahun 2017," ujarnya.
Menurut dia, pendapatan APBN yang meningkat menunjukan fiskal Indonesia yang sehat. Kondisi itu akan membuat investor melirik Indonesia sebagai tempat investasi.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019
Tags: