Artikel
Bukit Layang, desa terpencil calon penghasil pundi uang
6 Januari 2019 22:01 WIB
Sejumlah wisatawan lokal menikmati pemandangan bebatuan granit yang merupakan lokasi pembuatan film Laskar Pelangi di Tanjung Tinggi, Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Jumat, (23/11). Nilai Investasi perusahaan nasional dan internasional di Provinsi Bangka Belitung (Babel), pada triwulan II 2012 mencapai Rp5,3 triliun dari target Rp4 triliun yang di capai dari sektor perkebunan, kelautan, pariwisata, pertambangan, dan infrastruktur listrik. (ANTARA/Teresia May)
Desa Bukit Layang, merupakan salah satu desa di Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasinya memang tidak terlalu jauh, namun posisinya dapat dikategorikan sebagai desa terpencil.
Untuk mendapatkan desa tersebut, masyarakat perlu berkendara sekitar 30 menit dari Kota Pangkal Pinang sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menuju Sungailiat sebagai ibu kota Kabupaten Bangka.
Kemudian, masyarakat perlu berkendara lagi sekitar 30 menit dari Sungailiat. Setelah melewati rumah warga dan area yang dikelilingi hutan, baru dapat menemukan Desa Bukit Layang. Untungnya, infrastruktur jalan menuju desa tersebut cukup bagus meski ada beberapa bagian yang tergenang lumpur jika musim hujan.
Namun di balik keterpencilannya, ada sejumlah potensi yang cukup menjanjikan dan memberikan peluang Desa Bukit Layang sebagai "desa petro dolar". Ternyata di desa yang dikelilingi hutan dan sungai banyak memiliki calon pundi uang jika mampu dikembangkan dengan baik.
Di desa itu, ada pengembangan udang galah, budi daya dan pengolahan ikan gabus, budi daya dan pengolahan ikan lele, perkebunan lada, madu, perkebunan sawit, kerajinan tangan, serta dua lokasi wisata "Kolong Bongman" yang merupakan danau bekas galian timah dan wisata air terjun.
Udang galah
Menurut Andry, Kepala Desa Bukit Layang, keberadaan udang galah di desa tersebut cukup banyak, baik melalui budi daya mau pun hidup liar di sungai yangada di sekitar desa.
Karena itu, Desa Bukit Layang menjadi salah satu lokasi yang menarik bagi para pemancing atau nelayan yang ingin mendapatkan udang galah. Udang galah yang hidup di sungai Desa Bukit Layang juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hidup secara alami.
Dengan keistimewaan itu, tidak mengherankan jika banyak pemancing dari daerah lain, bahkan dari kabupaten lain di Pulau Bangka yang datang memancing udang galah di Desa Bukit Layang.
Namun sebagian penduduk Desa Bukit Layang lebih memilih untuk mengembangkan udang galah melalui budi daya karena ada ancaman keselamatan jiwa berupa serangan buaya jika memancing atau menangkap udang di sungai.
"Di sungai tersebut ada predator yang kapan saja siap menyerang nelayan atau pemancing," katanya.
Sebagai solusi, Pemerintah Desa Bukit Layang baru-baru ini mendirikan kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) untuk memokuskan program budi daya udang galah.
Kelompok tersebut didirikan karena melihat potensi udang galah yang memilii harga relatif tinggi, mudah dalam penjualan, dan teknsik budi daya yang relatif cukup mudah.
Namun kelompok tersebut masih memilki hambatan berupa kesulitan mendapatkan benih sehingga harus mencarinya dari sungai, pengetahuan tentang pembenihan masih minim, dan belum memiliki pengetahuan dalam pengadaan pakan.
Budi daya ikan
Kades Andry mengatakan, selain udang galah, masyarakat Desa Bukit Layang juga memokuskan budi daya dan pengembangan ikan gabus dan ikan lele. Setelah dipanen, ikan gabus diolah menjadi kemplang yang pembuatannya dipusatkan di Dusun 3.
Secara umum, kemplang yang diproduksi masyarakat Desa Bukit Layang memang cukup cukup diminati dan banyak dipesan karena memiliki rasa yang gurih dan khas.
Namun, masyarakat Desa Bukit Layang belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena bahannya masih didapatkan dari alam dan belum ada budi daya ikan gabus di desa tersebut.
"Kami berharap, kemplang ikan gabus ini bisa menjadi oleh-oleh khas Desa Bukit Layang. Peminatnya sangat banyak, selain gurih, ikan gabus ini juga sangat baik untuk menyembuhkan luka," ujar Andry.
Masyarakat Desa Bukit Layang juga belum dapat mengembangkan produksi abon lele karena beratnya dinilai melebih standar ikan konsumsi sehingga masih dalam skala industri rumahan.
Sedangkan kerajinan tangan yang dijalankan masyarakat Desa Bukit Layang berupa tas, tikar, dan souvenir lainya. Namun kerajinan tangan itu belum mampu menembus pasarsehingga membutuhkan dukungan pemerintah daerah.
Potensi perkebunan
Selain kebun sawit, Desa Bukit Layang juga banyak menanam lada dan menangkar madu yang sering disebut "madu kelulut".
Namun belakangan, masyarakat di Desa Bukit Layang mulai diresahkan dengan adanya serangan penyakit kuning dan daun kering yang melanda lada yang ditanam.
Sedangkan penangkaran madu kelulut cukup potensial dikembangkan karena prosesnya mudah, lokasi penangkarannya cukup banyak, dan lebah di daerah itu yang ada tidak menyengat manusia.
Namun proses yang dijalankan memberikan hasil yang maksimal karena masyarakat Desa Bukit Layang belum terlalu mengerti tentang teknis budi daya madu.
Padahal pengembangan dan budi daya madu tersebut memiliki manfaat ganda. Selain hasilnya dapat dijual, proses dan lokasi budi dayanya pun dapat menjadi objek wisata.
Wisata alam
Adapun dua potensi lain yang menjadi sumber penghasilan di Desa Bukit Layang berupa wisata alam yakni "Kolong Bongman" dan air terjun "Rembang Bulay".
Kolong Bongman merupakan danau buatan yang tercipta dari bekas galian tambang timah. Air yang ada di bekas galian tersebut memiliki warna yang biru dan hijau sehingga menarik untuk dijadikan lokasi wisata.
Namun keberadaan danau yang cukup luas tersebut belum banyak diketahui masyarakat luas meski sudah banyak warga yang datang dan dijadikan lokasi selfie atau swafoto.
Sedangkan air terjun Rembang Bulay yang berada di Dusun 2 Desa Bukit Layang juga belum banyak diketahui masyarakat meski lokasinya sangat indah dan layan dijadikan lokasi pemandian.
Bagi masyarakat Desa Bukit Layang, air terjun sangat diminati untuk dikunjungi. Apalagi jika musim hujan karena debit air yang turun semakin banyak.
Di sekitar air terjun Rembang Bulay, ada juga daerah perbukitan yang landai sehingga menjadi lokasi menarik untuk bersantai sambil menikmati alam pedesaan.
Untuk memanfaatkan dua potesni wisata alam tersebut, Pemerintah Desa Bukit Layang telah membentuk "Kelompok Sadar wisata" (Pokdarwis).
Namun karena keterbatasan anggaran dalam APBDes, Pemerintah Desa Bukit Layang belum mampu mengembangkan dua potensi wisata alam tersebut.
Ketika meresmikan Program Kampung Radio di Desa Bukit Layang pada 18 Desember 2018, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Roman Djohan mengaku kaget dengan besarnya potensi yang ada di Desa Bukit Layang.
"Ternyata, banyak sekali potensi di desa. bahkan, ada juga air terjun," katanya.
Karena itu, Gubernur akan berupaya untuk mempelajari potensi Desa Bukit Layang untuk memberikan program pemberdayaan yang dapat dilakukan.
Menurut Wakil Bupati Bangka Syahbuddin, pihaknya juga akan menyiapkan program yang tepat untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada di daerah itu, termasuk yang ada di Desa Bukit Layang.
"Kami pasti akan mendukung segala upaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Baca juga: "Kampung Radio" Desa Bukit Layang didukung Pemkab Bangka
Baca juga: Jika tempat penambangan diubah jadi tempat wisata
Untuk mendapatkan desa tersebut, masyarakat perlu berkendara sekitar 30 menit dari Kota Pangkal Pinang sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menuju Sungailiat sebagai ibu kota Kabupaten Bangka.
Kemudian, masyarakat perlu berkendara lagi sekitar 30 menit dari Sungailiat. Setelah melewati rumah warga dan area yang dikelilingi hutan, baru dapat menemukan Desa Bukit Layang. Untungnya, infrastruktur jalan menuju desa tersebut cukup bagus meski ada beberapa bagian yang tergenang lumpur jika musim hujan.
Namun di balik keterpencilannya, ada sejumlah potensi yang cukup menjanjikan dan memberikan peluang Desa Bukit Layang sebagai "desa petro dolar". Ternyata di desa yang dikelilingi hutan dan sungai banyak memiliki calon pundi uang jika mampu dikembangkan dengan baik.
Di desa itu, ada pengembangan udang galah, budi daya dan pengolahan ikan gabus, budi daya dan pengolahan ikan lele, perkebunan lada, madu, perkebunan sawit, kerajinan tangan, serta dua lokasi wisata "Kolong Bongman" yang merupakan danau bekas galian timah dan wisata air terjun.
Udang galah
Menurut Andry, Kepala Desa Bukit Layang, keberadaan udang galah di desa tersebut cukup banyak, baik melalui budi daya mau pun hidup liar di sungai yangada di sekitar desa.
Karena itu, Desa Bukit Layang menjadi salah satu lokasi yang menarik bagi para pemancing atau nelayan yang ingin mendapatkan udang galah. Udang galah yang hidup di sungai Desa Bukit Layang juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hidup secara alami.
Dengan keistimewaan itu, tidak mengherankan jika banyak pemancing dari daerah lain, bahkan dari kabupaten lain di Pulau Bangka yang datang memancing udang galah di Desa Bukit Layang.
Namun sebagian penduduk Desa Bukit Layang lebih memilih untuk mengembangkan udang galah melalui budi daya karena ada ancaman keselamatan jiwa berupa serangan buaya jika memancing atau menangkap udang di sungai.
"Di sungai tersebut ada predator yang kapan saja siap menyerang nelayan atau pemancing," katanya.
Sebagai solusi, Pemerintah Desa Bukit Layang baru-baru ini mendirikan kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) untuk memokuskan program budi daya udang galah.
Kelompok tersebut didirikan karena melihat potensi udang galah yang memilii harga relatif tinggi, mudah dalam penjualan, dan teknsik budi daya yang relatif cukup mudah.
Namun kelompok tersebut masih memilki hambatan berupa kesulitan mendapatkan benih sehingga harus mencarinya dari sungai, pengetahuan tentang pembenihan masih minim, dan belum memiliki pengetahuan dalam pengadaan pakan.
Budi daya ikan
Kades Andry mengatakan, selain udang galah, masyarakat Desa Bukit Layang juga memokuskan budi daya dan pengembangan ikan gabus dan ikan lele. Setelah dipanen, ikan gabus diolah menjadi kemplang yang pembuatannya dipusatkan di Dusun 3.
Secara umum, kemplang yang diproduksi masyarakat Desa Bukit Layang memang cukup cukup diminati dan banyak dipesan karena memiliki rasa yang gurih dan khas.
Namun, masyarakat Desa Bukit Layang belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena bahannya masih didapatkan dari alam dan belum ada budi daya ikan gabus di desa tersebut.
"Kami berharap, kemplang ikan gabus ini bisa menjadi oleh-oleh khas Desa Bukit Layang. Peminatnya sangat banyak, selain gurih, ikan gabus ini juga sangat baik untuk menyembuhkan luka," ujar Andry.
Masyarakat Desa Bukit Layang juga belum dapat mengembangkan produksi abon lele karena beratnya dinilai melebih standar ikan konsumsi sehingga masih dalam skala industri rumahan.
Sedangkan kerajinan tangan yang dijalankan masyarakat Desa Bukit Layang berupa tas, tikar, dan souvenir lainya. Namun kerajinan tangan itu belum mampu menembus pasarsehingga membutuhkan dukungan pemerintah daerah.
Potensi perkebunan
Selain kebun sawit, Desa Bukit Layang juga banyak menanam lada dan menangkar madu yang sering disebut "madu kelulut".
Namun belakangan, masyarakat di Desa Bukit Layang mulai diresahkan dengan adanya serangan penyakit kuning dan daun kering yang melanda lada yang ditanam.
Sedangkan penangkaran madu kelulut cukup potensial dikembangkan karena prosesnya mudah, lokasi penangkarannya cukup banyak, dan lebah di daerah itu yang ada tidak menyengat manusia.
Namun proses yang dijalankan memberikan hasil yang maksimal karena masyarakat Desa Bukit Layang belum terlalu mengerti tentang teknis budi daya madu.
Padahal pengembangan dan budi daya madu tersebut memiliki manfaat ganda. Selain hasilnya dapat dijual, proses dan lokasi budi dayanya pun dapat menjadi objek wisata.
Wisata alam
Adapun dua potensi lain yang menjadi sumber penghasilan di Desa Bukit Layang berupa wisata alam yakni "Kolong Bongman" dan air terjun "Rembang Bulay".
Kolong Bongman merupakan danau buatan yang tercipta dari bekas galian tambang timah. Air yang ada di bekas galian tersebut memiliki warna yang biru dan hijau sehingga menarik untuk dijadikan lokasi wisata.
Namun keberadaan danau yang cukup luas tersebut belum banyak diketahui masyarakat luas meski sudah banyak warga yang datang dan dijadikan lokasi selfie atau swafoto.
Sedangkan air terjun Rembang Bulay yang berada di Dusun 2 Desa Bukit Layang juga belum banyak diketahui masyarakat meski lokasinya sangat indah dan layan dijadikan lokasi pemandian.
Bagi masyarakat Desa Bukit Layang, air terjun sangat diminati untuk dikunjungi. Apalagi jika musim hujan karena debit air yang turun semakin banyak.
Di sekitar air terjun Rembang Bulay, ada juga daerah perbukitan yang landai sehingga menjadi lokasi menarik untuk bersantai sambil menikmati alam pedesaan.
Untuk memanfaatkan dua potesni wisata alam tersebut, Pemerintah Desa Bukit Layang telah membentuk "Kelompok Sadar wisata" (Pokdarwis).
Namun karena keterbatasan anggaran dalam APBDes, Pemerintah Desa Bukit Layang belum mampu mengembangkan dua potensi wisata alam tersebut.
Ketika meresmikan Program Kampung Radio di Desa Bukit Layang pada 18 Desember 2018, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Roman Djohan mengaku kaget dengan besarnya potensi yang ada di Desa Bukit Layang.
"Ternyata, banyak sekali potensi di desa. bahkan, ada juga air terjun," katanya.
Karena itu, Gubernur akan berupaya untuk mempelajari potensi Desa Bukit Layang untuk memberikan program pemberdayaan yang dapat dilakukan.
Menurut Wakil Bupati Bangka Syahbuddin, pihaknya juga akan menyiapkan program yang tepat untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada di daerah itu, termasuk yang ada di Desa Bukit Layang.
"Kami pasti akan mendukung segala upaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Baca juga: "Kampung Radio" Desa Bukit Layang didukung Pemkab Bangka
Baca juga: Jika tempat penambangan diubah jadi tempat wisata
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: