Hendak mengaji, kakak-beradik selamat dari longsor Cimapag
6 Januari 2019 13:42 WIB
Warga berjalan di antara rumah yang terkena dampak bencana longsor di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (05/1/2019). Pada hari ke-6 pencarian, total hasil evakuasi SAR gabungan mencatat jumlah korban meninggal dunia 31 orang dan dua orang belum ditemukan. ANTARA FOTO/Nurul Ramadhan/aww.
Sukabumi, Jabar (ANTARA News) - Bocah kakak-beradik warga Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Farel (6) dan Hengki Kurniawan (12) selamat dari terjangan longsor karena sedang dalam perjalananan hendak mengaji di mushala.
"Saat kejadian Farel dan Hengki hendak mengaji ke mushala dan pergi jajan dahulu. Namun sekitar 10 detik kedua cucu saya beranjak dan menengok ke belakang, kampungnya sudah rata dengan timbunan tanah," kata neneknya Suhen, saat ditemui di lokasi bencana di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Minggu.
Dari cerita yang dikisahkan Hengki, saat kejadian dirinya dan adiknya sempat diantar dahulu ke mushala oleh ayahnya Ahudi. Namun, tidak berselang lama tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari kampungnya yang ternyata terjadi longsor.
Ia pun baru sadar sudah berada di tengah sawah yang katanya diselamatkan oleh keluarganya.
Namun nahas, ayahnya yakni Ahudi dan Edsih ibunya serta kakaknya menjadi korban. Ayahnya ditemukan di hari pertama pencarian dan ibunya di hari keenam pencarian.
Kisah ini bertambah sedih karena Farel hingga kini belum percaya bahwa kedua orang tuanya meninggal dunia pada bencana tersebut. Bahkan, ia sering memanggil ibunya karena ingin dipeluk dan pulang ke rumahnya.
"Farel sering manggil ibunya karena sangat dekat dengan almarhum dan tidak percaya rumahnya sudah rata dengan tanah," tambahnya.
Kedua bocah ini pun rencananya diangkat anak oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil, agar masa depan keduanya terjamin. Namun, pihak keluarga masih berembug rencana adopsi itu.
Sementara, Hengki mengaku mau menjadi anak angkat Kang Emil, namun ia masih tidak percaya harus menjadi yatim piatu di usianya yang masih belia.
"Saya ingin bermain dan sekolah lagi. Tadi juga dapet boneka dari Bupati Sukabumi Marwan Hamami dan sempat bermain dengan polwan," katanya.
Baca juga: Para polisi wanita bantu anak korban longsor atasi trauma
"Saat kejadian Farel dan Hengki hendak mengaji ke mushala dan pergi jajan dahulu. Namun sekitar 10 detik kedua cucu saya beranjak dan menengok ke belakang, kampungnya sudah rata dengan timbunan tanah," kata neneknya Suhen, saat ditemui di lokasi bencana di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Minggu.
Dari cerita yang dikisahkan Hengki, saat kejadian dirinya dan adiknya sempat diantar dahulu ke mushala oleh ayahnya Ahudi. Namun, tidak berselang lama tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari kampungnya yang ternyata terjadi longsor.
Ia pun baru sadar sudah berada di tengah sawah yang katanya diselamatkan oleh keluarganya.
Namun nahas, ayahnya yakni Ahudi dan Edsih ibunya serta kakaknya menjadi korban. Ayahnya ditemukan di hari pertama pencarian dan ibunya di hari keenam pencarian.
Kisah ini bertambah sedih karena Farel hingga kini belum percaya bahwa kedua orang tuanya meninggal dunia pada bencana tersebut. Bahkan, ia sering memanggil ibunya karena ingin dipeluk dan pulang ke rumahnya.
"Farel sering manggil ibunya karena sangat dekat dengan almarhum dan tidak percaya rumahnya sudah rata dengan tanah," tambahnya.
Kedua bocah ini pun rencananya diangkat anak oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil, agar masa depan keduanya terjamin. Namun, pihak keluarga masih berembug rencana adopsi itu.
Sementara, Hengki mengaku mau menjadi anak angkat Kang Emil, namun ia masih tidak percaya harus menjadi yatim piatu di usianya yang masih belia.
"Saya ingin bermain dan sekolah lagi. Tadi juga dapet boneka dari Bupati Sukabumi Marwan Hamami dan sempat bermain dengan polwan," katanya.
Baca juga: Para polisi wanita bantu anak korban longsor atasi trauma
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: