Gunung Anak Krakatau alami 24 kegempaan letusan
5 Januari 2019 16:21 WIB
Foto arsip. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan Gunung Anak Krakatau masih berada di level III (Siaga). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Bandarlampung (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan hingga Sabtu siang, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengalami 24 kali kegempaan letusan, 4 kali kegempaan embusan dan terjadi tremor menerus.
Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Windi Cahya Untung dalam rilis yang diterima di Bandarlampung, Sabtu, menyebutkan pada periode pengamatan 5 Januari 2019, pukul 06.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami Kegempaan Letusan sebanyak 24 kali, amplitudo 18-25 mm, durasi 52-114 detik.
Selain itu, gunung yang berada di Selat Sunda ini mengalami embusan 4 kali dengan amplitudo 18-22 mm dan durasi 46-110 detik. Kemudian Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-17 mm (dominan 7 mm).
Data diambil dari Stasiun Sertung di Selat Sunda, dekat dengan Gunung Anak Krakatau dan sepanjang pengamatan menunjukkan cuaca cerah. Angin bertiup lemah ke arah barat daya-timur laut dengan suhu udara mencapai 28-31 derajat Celsius dan kelembapan udara 56-70 persen.
Visual gunung jelas hingga kabut 0-III dengan asap kawah teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Tidak terdengar suara dentuman dan ombak laut terpantau tenang.
Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level III (Siaga), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.
Sebelumnya, PVMBG juga menyampaikan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau sepanjang Jumat (4/1), hingga Sabtu dini hari mengalami 82 kali kegempaan letusan.
Sementara itu, menurut staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Deny Mardiono, pada periode pengamatan 4 Januari 2019, pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, visual gunung jelas hingga kabut 0-III.
Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 300-2.000 meter di atas puncak kawah.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau untuk kegempaan letusan tercatat 82 kali, amplitudo 10-35 mm, durasi 29-187 detik, embusan 36 kali, amplitudo 6-22 mm, durasi 35-105 detik. Vulkanik dalam satu kali, amplitudo 17 mm, S-P 1,6 detik, durasi 11 detik dengan tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 1-21 mm (dominan tujuh milimeter).
Gunung api di dalam laut itu, kini ketinggiannya menyusut dari semula 338 meter dari permukaan laut (mdpl) menjadi 110 mdpl atau telah berkurang sebagian tubuhnya longsor ke laut, sehingga diduga memicu tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12).
Baca juga: BMKG pasang pengukur tinggi air laut dekat Anak Krakatau
Baca juga: Warga Pulau Sebesi korban tsunami rindu berada di rumahnya
Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Windi Cahya Untung dalam rilis yang diterima di Bandarlampung, Sabtu, menyebutkan pada periode pengamatan 5 Januari 2019, pukul 06.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami Kegempaan Letusan sebanyak 24 kali, amplitudo 18-25 mm, durasi 52-114 detik.
Selain itu, gunung yang berada di Selat Sunda ini mengalami embusan 4 kali dengan amplitudo 18-22 mm dan durasi 46-110 detik. Kemudian Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-17 mm (dominan 7 mm).
Data diambil dari Stasiun Sertung di Selat Sunda, dekat dengan Gunung Anak Krakatau dan sepanjang pengamatan menunjukkan cuaca cerah. Angin bertiup lemah ke arah barat daya-timur laut dengan suhu udara mencapai 28-31 derajat Celsius dan kelembapan udara 56-70 persen.
Visual gunung jelas hingga kabut 0-III dengan asap kawah teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Tidak terdengar suara dentuman dan ombak laut terpantau tenang.
Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level III (Siaga), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.
Sebelumnya, PVMBG juga menyampaikan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau sepanjang Jumat (4/1), hingga Sabtu dini hari mengalami 82 kali kegempaan letusan.
Sementara itu, menurut staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Deny Mardiono, pada periode pengamatan 4 Januari 2019, pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, visual gunung jelas hingga kabut 0-III.
Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 300-2.000 meter di atas puncak kawah.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau untuk kegempaan letusan tercatat 82 kali, amplitudo 10-35 mm, durasi 29-187 detik, embusan 36 kali, amplitudo 6-22 mm, durasi 35-105 detik. Vulkanik dalam satu kali, amplitudo 17 mm, S-P 1,6 detik, durasi 11 detik dengan tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 1-21 mm (dominan tujuh milimeter).
Gunung api di dalam laut itu, kini ketinggiannya menyusut dari semula 338 meter dari permukaan laut (mdpl) menjadi 110 mdpl atau telah berkurang sebagian tubuhnya longsor ke laut, sehingga diduga memicu tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12).
Baca juga: BMKG pasang pengukur tinggi air laut dekat Anak Krakatau
Baca juga: Warga Pulau Sebesi korban tsunami rindu berada di rumahnya
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019
Tags: