Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding mengatakan cuitan politisi Demokrat Andi Arief soal temuan surat suara, menunjukkan kubu Prabowo selalu mengabaikan logika.

"Sikap Andi mencuitkan informasi hoaks dengan dalil agar ada tindaklanjut, seperti menggenapkan narasi kubu Prabowo-Sandi dan pendukungnya yang gemar mengabaikan logika dan berhati-hati memeriksa fakta," ujar Karding dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Karding mengingatkan dalam kasus sebelumnya, yakni hoaks penganiayaan yang disebarkan Ratna Sarumpaet, Prabowo dan para pendukungnya juga tergesa-gesa menyebarkan informasi itu dengan dalil HAM, membela perempuan, dan menyelamatkan demokrasi.

Tetapi nyatanya di kemudian hari pembelaan mereka keliru karena Ratna terbukti berbohong.

Soal kasus hoaks surat suara, Karding memandang Andi Arief bisa saja berkilah bahwa ia hanya menganjurkan KPU untuk mengecek kebenaran informasi soal adanya tujuh kontainer surat suara yang sudah dicoblos.

Tapi menurut Karding, sebagai seorang elite partai Andi mestinya tahu bahwa kabar itu adalah hoaks lantaran sampai sekarang KPU belum menetapkan format surat suara utk Pemilu 2019.

"Sikap Andi menunjukkan bahwa kubu Prabowo mengabaikan logika dalam mengejar kekuasaan. Hal ini juga melunturkan kredibilitas Andi sebagai seorang politikus," ujar Karding.

Dia menekankan bahwa Andi sebelumnya juga berkicau bahwa Prabowo adalah jenderal kardus karena memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres demi sejumlah uang.

Tapi belakangan, kata Karding, Andi malah terkesan enggan membuktikan ucapannya dan malah berfoto dengan Prabowo selaku orang yang dicibirnya.

Karding pun mendorong kepolisian mengusut tuntas persoalan ini. Selain meminta keterangan Andi Arief, kata dia, polisi juga perlu membongkar siapa penyebar informasi awal soal surat suara yang beredar melalui rekaman suara aplikasi whatsapp tersebut.

"Pengungkapan kasus ini menjadi penting bukan saja untuk memastikan bahwa pemilu kita akan berlangsung jujur dan adil tapi juga memastikan bahwa demokrasi yang sedang kita lakukan terbebas dari narasi kebohongan," jelasnya.