Belasan hektare lahan gambut di pesisir Riau terbakar
2 Januari 2019 16:15 WIB
Petugas TNI berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut yang terjadi di Kecamatan Kubu Babusalam, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Jumat (17/8/2018). Satgas Karhutla Riau terus melakukan upaya pemadaman dari darat dan udara agar kebakaran lahan gambut tidak semakin meluas. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru, (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyatakan kebakaran lahan gambut terjadi di daerah pesisir Provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Rokan Hilir, yang diperkirakan luasnya sudah mencapai 15 hektare.
"Ini sudah hari ketiga kebakaran itu terjadi, daerahnya masuk ke Desa Mamugo, Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir. Luasnya sekitar 15 hektare," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Edwar mengaku heran kebakaran lahan masih juga terjadi di Riau, padahal ini baru awal tahun 2019. Sebelumnya, pada akhir tahun 2018, Riau mengalami bencana banjir di sebagian daerah yang membuat Gubernur Riau terpaksa menetapkan status siaga darurat banjir dan longsor.
"Belum lagi lurus pinggang saya, tanggal 31 Desember baru selesai status siaga banjir dan longsor, sekarang sudah muncul kebakaran lagi," kata Edwar.
Ia menjelaskan lahan yang terbakar merupakan area "open access", yaitu merupakan bekas konsesi perusahaan pengusahaan hutan yang izinnya sudah habis. Hingga kini penyebab kebakaran belum bisa dipastikan, namun Edwar meminta agar aparat penegak hukum mengusut kasus kebakaran lahan di Pasir Putih itu.
"Harus ada investigasi," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini upaya pemadaman masih mengandalkan BPBD Rokan Hilir yang dibantu oleh Manggala Agni Kementeian Lingkungan hidup dan Kehutanan, serta jajaran TNI setempat.
"Kami akan lihat perkembangannya beberapa hari ke depan," kata Edwar ketika ditanyakan apa BPBD Riau akan mengirimkan personel ke sana.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kebakaran lahan di Rokan Hilir terpantau dari satelit Terra dan Aqua sejak Rabu pagi. Di daerah pesisir Riau itu terdeteksi dua titik api dengan tingkat keakuratan di atas 70 persen, sehingga dipastikan adalah kebakaran lahan.
Baca juga: 260 hektare lahan gambut Rohil terbakar
Baca juga: Lahan gambut Rokan Hilir diduga sengaja dibakar
"Ini sudah hari ketiga kebakaran itu terjadi, daerahnya masuk ke Desa Mamugo, Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir. Luasnya sekitar 15 hektare," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Edwar mengaku heran kebakaran lahan masih juga terjadi di Riau, padahal ini baru awal tahun 2019. Sebelumnya, pada akhir tahun 2018, Riau mengalami bencana banjir di sebagian daerah yang membuat Gubernur Riau terpaksa menetapkan status siaga darurat banjir dan longsor.
"Belum lagi lurus pinggang saya, tanggal 31 Desember baru selesai status siaga banjir dan longsor, sekarang sudah muncul kebakaran lagi," kata Edwar.
Ia menjelaskan lahan yang terbakar merupakan area "open access", yaitu merupakan bekas konsesi perusahaan pengusahaan hutan yang izinnya sudah habis. Hingga kini penyebab kebakaran belum bisa dipastikan, namun Edwar meminta agar aparat penegak hukum mengusut kasus kebakaran lahan di Pasir Putih itu.
"Harus ada investigasi," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini upaya pemadaman masih mengandalkan BPBD Rokan Hilir yang dibantu oleh Manggala Agni Kementeian Lingkungan hidup dan Kehutanan, serta jajaran TNI setempat.
"Kami akan lihat perkembangannya beberapa hari ke depan," kata Edwar ketika ditanyakan apa BPBD Riau akan mengirimkan personel ke sana.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kebakaran lahan di Rokan Hilir terpantau dari satelit Terra dan Aqua sejak Rabu pagi. Di daerah pesisir Riau itu terdeteksi dua titik api dengan tingkat keakuratan di atas 70 persen, sehingga dipastikan adalah kebakaran lahan.
Baca juga: 260 hektare lahan gambut Rohil terbakar
Baca juga: Lahan gambut Rokan Hilir diduga sengaja dibakar
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: