Jakarta (ANTARA News) - Momen-momen perayaan tahun baru, di era digital kini tidak lagi hanya dirasakan namun juga dibagikan kepada publik, terutama melalui platform media sosial.

Dalam beberapa kasus, banyak orang-orang yang senang membagikan boarding pass mereka di media sosial sebagai pemberitahuan secara publik atas partisipasinya dalam merayakan momentum besar tersebut.

Sementara banyak orang berpikir bahwa memposting gambar boarding pass ke jejaring sosial adalah cara yang bagus untuk unjuk diri, nyatanya hal tersebut juga bisa menjadi langkah menuju mimpi buruk -- dapat digunakan oleh seseorang dengan niat jahat.

Dikutip dari siaran pers Kaspersky Lab, Rabu, pelaku kejatahan dapat melakukan berbagai tindakan dengan data pada boarding pass Anda.

Berdasarkan nomor penerbangan, akan terlihat waktu Anda pergi dan kembali. Maka para pelaku kejahatan akan mengetahui kapan rumah Anda tidak berpenghuni dan melancarkan aksinya seperti pencurian mobil dan barang berharga lainnya.

Pengaturan tempat duduk Anda pun dapat dikontrol. Hanya dengan data yang tertera pada boarding pass, orang asing yang mengganggu bisa mengacak nomor kursi dan membuat kenyamanan Anda terusik.

Mirip halnya dengan mengubah kursi, hanya dengan menggunakan data pada boarding pass Anda, mereka dapat mengubah tanggal penerbangan yang sudah dipesan sebelumnya.

Dengan semua data Pessenger Name Record (PNR), nomor ini dapat digunakan untuk trik rekayasa sosial dan akses menuju profil Anda. Setelah pelaku kejahatan mendapat akses ke profil, mereka mungkin menghabiskan semua bonus yang Anda miliki.

PNR adalah kode reservasi, yang berfungsi sebagai pengenal unik penumpang dalam sistem reservasi komputer. Ini termasuk data rute dan semua yang bepergian bersama Anda.

PNR juga termasuk informasi tentang tarif, serta informasi pembayaran (seperti nomor kartu kredit). Dalam beberapa kasus, berikut adalah informasi aktif yang berada di dalam PNR: nomor telepon penumpang, detail akomodasi di negara tujuan, tanggal lahir, dan data paspor.

Jika PNR termasuk nomor ponsel, itu adalah kesempatan bagi para scammer menduplikasi kartu SIM, bahkan memberikan pelakunya kesempatan untuk membersihkan akun Anda dari uang dan menggunakannya untuk pembayaran online.

Oleh karena itu, Kasperksy Lab menyarankan, jika memang masih ingin membagikannya di media sosial akan lebih baik untuk menyamarkan kode barcode, nama, e-mail dan informasi penting lainnya.

Baca juga: Mungkinkah otak manusia diretas?

Baca juga: Survei: Perusahaan terima 5.000 peringatan ancaman siber tiap hari

Baca juga: Indonesia urutan 27 dalam kejahatan siber di dunia