Riyadh, Arab Saudi (ANTARA News) - Menteri luar negeri Arab Saudi yang baru diangkat pada Jumat (28/12) mengatakan kasus Jamal Khashoggi telah membawa lebih banyak perubahan ketimbang krisis ke negeri itu, demikian laporan media setempat.

Ketika berbicara kepada stasiun berita Al-Hurra, Ibrahim al-Assaf mengeluarkan komentar pertamanya mengenai masalah.

Raja Arab Saudi Salman melakukan perombakan terbatas Kabinet pada Kamis (27/12) dengan mengganti beberapa menteri. Al-Assaf diangkat sebagai menteri luar negeri, untuk menggantikan Adel Al-Jubeir --yang diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Luar Negeri.

Dekrit kerajaan tersebut juga menyerukan penataan kembali Dewan Urusan Keamanan dan Politik --di bawah kepemimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman-- dan penataan kembali Dewan bagi Urusan Ekonomi dan Pembangunan.

Putra mahkota itu mempertahankan posisinya sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, demikian laporan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.

Dekrit pada Kamis tersebut juga menyerukan pembentukan lembaga pertama pemerintah di kerajaan yang kaya akan minyak itu, yang memusatkan perhatian pada eksplorasi yang akan dipimpin oleh Sultan bin Salman.

Khashoggi, kolumnis untuk The Washington Post, hilang setelah ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Isntabul, Turki, pada 2 Oktober.

Setelah mengeluarkan bermacam penjelasan yang bertolak-belakang, Riyadh akhirnya mengakui Khashoggi dibunuh di dalam gedung misi diplomatik, dan menyatakan kegagalan menafsirkan operasi sebagai penyebabnya.

Penyunting: Chaidar Abdullah