AP I targetkan pengambilalihan bandara Kemenhub triwulan pertama 2019
29 Desember 2018 19:14 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi mencicipi kopi racikan barista dalam ajang Pameran Foto Kopi Nusantara di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Sabtu (29/12/2018).(ANTARA/Juwita Trisna Rahayu)
Semarang (ANTARA News) - PT Angkasa Pura I (Persero) menargetkan pengambilalihan operasi bandara, yang dikelola, Kementerian Perhubungan pada triwulan pertama 2019.
"Dalam periode tiga bulan ke depan sudah 'pecah telornya'," kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi saat ditemui di Semarang, Jateng, Sabtu.
Faik menyebutkan tiga bandara yang tengah dipersiapkan untuk dikerjasamakan yakni Sentani, Samarinda Baru, dan Luwuk.
"Dalam tiga bulan ini, harapannya sudah bisa," katanya.
Terkait skema kerja sama operasi, lanjut dia, terdapat dua opsi yaitu kerja sama pemanfaatan (KSP) atau penyertaan modal negara (PMN).
“Kita usulkan ada yang PMN, tapi keduanya enggak ada masalah," katanya.
Faik menyebutkan kebutuhan investasi untuk pengembangan masing-masing bandara, yakni sekitar Rp200 miliar.
"Nilai investasi tergantung masing-masing bandara. Kita multiyears, tahap awal Rp200 miliar, karena mengikuti standar fasilitas dan pelayanan AP I," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan total bandara yang akan dialihkan kepada AP I ada enam bandara.
Ia mengatakan sejumlah investor, baik BUMN, swasta nasional, maupun asing sudah banyak menyatakan minat untuk kerja sama tersebut.
Namun, lanjutnya, hal itu perlu melalui seleksi dan kajian karena kerja sama bandara berkaitan erat dengan faktor keselamatan.
"Banyak sekali (badan usaha) yang mau, tapi karena ini berkaitan dengan udara, dengan keselamatan, maka nanti kalau sudah ada exercise, kita buka beberapa," katanya.
Secara umum, dia menuturkan, bandara-bandara yang dikerjasamakan adalah aset yang memiliki potensi pergerakan yang tinggi, baik itu didukung oleh sektor pariwisata maupun industri.
"Pergerakannya yang banyak itu, yang dipilih, kasihan kalau jadi beban mereka. Mereka bisa melaksanakan untuk meningkatkan penumpang," katanya.
Baca juga: Mulai 2019, AP kelola enam bandara milik Kemenhub
Baca juga: AP I perpanjang landas pacu Bandara Semarang
"Dalam periode tiga bulan ke depan sudah 'pecah telornya'," kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi saat ditemui di Semarang, Jateng, Sabtu.
Faik menyebutkan tiga bandara yang tengah dipersiapkan untuk dikerjasamakan yakni Sentani, Samarinda Baru, dan Luwuk.
"Dalam tiga bulan ini, harapannya sudah bisa," katanya.
Terkait skema kerja sama operasi, lanjut dia, terdapat dua opsi yaitu kerja sama pemanfaatan (KSP) atau penyertaan modal negara (PMN).
“Kita usulkan ada yang PMN, tapi keduanya enggak ada masalah," katanya.
Faik menyebutkan kebutuhan investasi untuk pengembangan masing-masing bandara, yakni sekitar Rp200 miliar.
"Nilai investasi tergantung masing-masing bandara. Kita multiyears, tahap awal Rp200 miliar, karena mengikuti standar fasilitas dan pelayanan AP I," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan total bandara yang akan dialihkan kepada AP I ada enam bandara.
Ia mengatakan sejumlah investor, baik BUMN, swasta nasional, maupun asing sudah banyak menyatakan minat untuk kerja sama tersebut.
Namun, lanjutnya, hal itu perlu melalui seleksi dan kajian karena kerja sama bandara berkaitan erat dengan faktor keselamatan.
"Banyak sekali (badan usaha) yang mau, tapi karena ini berkaitan dengan udara, dengan keselamatan, maka nanti kalau sudah ada exercise, kita buka beberapa," katanya.
Secara umum, dia menuturkan, bandara-bandara yang dikerjasamakan adalah aset yang memiliki potensi pergerakan yang tinggi, baik itu didukung oleh sektor pariwisata maupun industri.
"Pergerakannya yang banyak itu, yang dipilih, kasihan kalau jadi beban mereka. Mereka bisa melaksanakan untuk meningkatkan penumpang," katanya.
Baca juga: Mulai 2019, AP kelola enam bandara milik Kemenhub
Baca juga: AP I perpanjang landas pacu Bandara Semarang
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: