Jakarta (ANTARA News) - Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza, mengatakan, mereka siap merevitalisasi tiga set buoy tsunami di Geostech BPPT untuk bisa ditempatkan di kompleks Gunung Anak Krakatau .

“BPPT siap melakukan perbaikan buoy tsunami yang saat ini ada di fasilitas Geostech BPPT dan Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur di kawasan Puspiptek,” kata Hammam melalui rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Untuk perbaikan tiga set alat deteksi tsunami ini setidaknya dibutuhkan Rp15 miliar, berikut dengan pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaannya selama setahun, ujar Hammam. Dia berharap Kementerian Keuangan dan Bappenas dapat mengalokasikan pendanaan khusus untuk merevitalisasi buoy tsunami tersebut.

“Untuk dukungan pendanaan kami harap kesediaan Bapak Presiden dan atau Kementerian dan Bappenas untuk menyetujui adanya pemberian tambahan dana tersebut. BPPT siap membangun sistem deteksi dini tsunami buoy maupun nantinya sistem kabel bawah laut atau CBT secara nasional dengan mengedepankan peningkatan TKDN dan sinergi industri nasional,” lanjutnya.

Ia mengatakan, BPPT berencana akan memasang tiga buoy tersebut di komplek Gunung Anak Krakatau, di Selat Sunda.

“Buoy yang akan diletakkan di perairan Gunung Anak Krakatau itu diharap dapat menjadi langkah tegas untuk antisipasi dan mitigasi bencana letusan susulan Gunung Anak Krakatau yang berpotensi menimbulkan tsunami di Selat Sunda,” katanya.

Infografis rencana pemasangan buoy tsunami BPPT di kompleks Gunung Anak Krakatau (BPPT)
Dengan ada buoy tsunami ini, dia berharap dapat memberikan peringatan yang lebih akurat lagi, terkait gelombang tinggi berpotensi tsunami di sana.

“Adanya tiga buoy di satu kompleks Gunung Anak Krakatau tersebut akan dapat memberi peringatan yang lebih akurat sehingga tersedia waktu evakuasi yang cukup bagi penduduk setempat menujut ke naungan terdekat. Dengan inipun diharap dapat meminimalkan dampak dari datangnya potensi tsunami,” lanjutnya.

Lebih lanjut Hammam mengatakan pihaknya juga siap jika diminta untuk memasang perangkat kabel bawah laut yang ditambahkan sensor tsunami.

"Sudah ada kabelnya di BPPT. Tinggal pasang dan perlu biaya sekitar Rp5 miliar untuk pengerahan menggunakan (kapal riset) Baruna Jaya dan peralatan elektronik serta link satelit," katanya.

Sebagai informasi, rentetan musibah tsunami yang terjadi belakangan ini telah banyak menimbulkan korban jiwa. Hal inipun salah satunya disebabkan tidak adanya buoy di wilayah perairan nusantara.

Baca juga: Saatnya membangun kembali sistem peringatan dini bencana

Baca juga: Masyarakat Diminta Jaga Buoy Tsunami