Jakarta (ANTARA News) - Badan Aksesibiitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika menyambut baik keinginan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk memanfaatkan Palapa Ring sebagai pendukung sensor tsunami di bawah laut.

"Kami mendukung sekali kalau itu bisa terjadi, bagaimana deteksi tsunami," kata Direktur Utama BAKTI, Anang Latif, saat ditemui di diskusi "Merdeka Sinyal 2020" di Jakarta, Kamis (27/12).

BPPT mencari solusi untuk peringatan dini gelobang tsunami, yaitu memasang buoy dan di beberapa titik di Indonesia. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza menyatakan buoy berfungsi mengirimkan sinyal terkini ketika terdapat gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi tsunami.

"Buoy terus menerus mengirimkan sinyal ke pusat monitoring secara aktual, jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensi-nya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik,” kata Hammam, dikutip dari laman bppt.go.id.

BPPT dan beberapa instansi terkait pernah memasang buoy di Samudera Indonesia, namun, saat ini alat tersebut tidak ada karena aksi vandalisme, seperti diberitakan laman tersebut.

Selain buoy, teknologi Cable Based Tsunameter (CBT) dapat menjadi komplementer untuk deteksi dini dini tsunami. CBT Merupakan kabel bawah laut yang dilengkapi sensor untuk mengukur perubahan tekanan dalam laut yang ekstrim, yang mengindikasikan tsunami.

Sensor akan mengirimkan data melalui satelit kepada pusat penerima data.

Program CBT ini diharapkan dapat beriringan dengan infrastruktur Palapa Ring di laut. Anang mengaku sudah membahas rencana ini dengan BPPT, namun, secara teknis terdapat kendala yang cukup rumit.

Kabel serat optik yang digelar di bawah laut harus diputuskan terlebih dulu agar dapat disambungkan dengan alat pendeteksi tsunami tersebut. Tapi, memutus kabel menimbulkan masalah berupa kualitas jaringan yang menurun.

"Sekarang sedang jajaki, apakah ada teknologi tanpa harus memutus kabel," kata Anang.

Rencana ini masih perlu pembahasan terutama menyangkut hal teknis sehingga BAKTI belum bisa menyebutkan kapan pembangunan sensor tsunami ini bisa dilakukan.