Ganjar: Kopi bisa menjadi alat diplomasi
27 Desember 2018 20:53 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mecicipi kopi racikan barista amatir dalam ajang Pameran Foto-Kopi Nusantara di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)
Semarang (ANTARA News) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai kopi bisa menjadi alat diplomasi karena sifatnya yang membawa keakraban dan mencairkan suasana.
"Perbedaan politik bikin kita pecah, mari kita ngopi, kopi sebenernya media diplomasi, media perekat," kata Ganjar dalam pembukaan Pameran Foto Kopi Nusantara di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Kamis.
Lebih lanjut, dia menambahkan kopi identik dengan penyejuk suasana atau pemecah kebuntuan.
"Sekarang itu becandaan anak-anak muda itu kalau mereka telmi (telat mikir), eh ngopi dulu. Kopi itu jadi media pertemanan, silaturahmi, lobi bisnis, lobi politik atau guyonan yang bikin orang terpingkal-pingkal," katanya.
Ia menceritakan ada seorang di Temanggung yang punya kaos bertuliskan ngopi dulu sebelum gila, "ngopi sek ben ora edan". "Kalimat-kalimat yang cukup menggelitik," katanya.
Ia mendorong produsen kopi lokal terus berinovasi agar bisa bersaing dengan merk-merk asing.
"Kampenye kopi mari kita dorong. Produk UMKM-nya putar terus agar bisa menjual. Kenapa kopinya merk-merk luar padahal ada loh kopi lokal menarik, tinggal baristanya mengolah sehingga memunculkan rasa beraneka ragam," katanya.
Ganjar menambahkan perlunga diversifikasi varian kopi juga penting untuk menyesuaikan permintaan pasar yang didominasi para milenial.
"Jangan hanya kopi tubruk,kebanggaannya kopi tubruk, lidah-lidah anak muda tidak suka. Mereka suka decafeinne," katanya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan dengan adanya pameran foto dan kopi di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, diharapkan bisa mempromosikan kopi lokal ke mancanegara serta perjalanan kopi itu sendiri yang sangat kaya tersebar di Indonesia.
"Ini pameran yang kedua, pameran yang pertama kita di event IMF, Alhamdulillah sambutannya menggembirakan, kita bisa menunjukkan keanekaragaman Indonesia, khususnya keunggulan kopi di Indonesia," katanya.
Baca juga: Dean Fujioka bilang kopi di Aceh enak
Baca juga: IPB siap mengawal pengembangan kopi Indonesia
"Perbedaan politik bikin kita pecah, mari kita ngopi, kopi sebenernya media diplomasi, media perekat," kata Ganjar dalam pembukaan Pameran Foto Kopi Nusantara di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Kamis.
Lebih lanjut, dia menambahkan kopi identik dengan penyejuk suasana atau pemecah kebuntuan.
"Sekarang itu becandaan anak-anak muda itu kalau mereka telmi (telat mikir), eh ngopi dulu. Kopi itu jadi media pertemanan, silaturahmi, lobi bisnis, lobi politik atau guyonan yang bikin orang terpingkal-pingkal," katanya.
Ia menceritakan ada seorang di Temanggung yang punya kaos bertuliskan ngopi dulu sebelum gila, "ngopi sek ben ora edan". "Kalimat-kalimat yang cukup menggelitik," katanya.
Ia mendorong produsen kopi lokal terus berinovasi agar bisa bersaing dengan merk-merk asing.
"Kampenye kopi mari kita dorong. Produk UMKM-nya putar terus agar bisa menjual. Kenapa kopinya merk-merk luar padahal ada loh kopi lokal menarik, tinggal baristanya mengolah sehingga memunculkan rasa beraneka ragam," katanya.
Ganjar menambahkan perlunga diversifikasi varian kopi juga penting untuk menyesuaikan permintaan pasar yang didominasi para milenial.
"Jangan hanya kopi tubruk,kebanggaannya kopi tubruk, lidah-lidah anak muda tidak suka. Mereka suka decafeinne," katanya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan dengan adanya pameran foto dan kopi di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, diharapkan bisa mempromosikan kopi lokal ke mancanegara serta perjalanan kopi itu sendiri yang sangat kaya tersebar di Indonesia.
"Ini pameran yang kedua, pameran yang pertama kita di event IMF, Alhamdulillah sambutannya menggembirakan, kita bisa menunjukkan keanekaragaman Indonesia, khususnya keunggulan kopi di Indonesia," katanya.
Baca juga: Dean Fujioka bilang kopi di Aceh enak
Baca juga: IPB siap mengawal pengembangan kopi Indonesia
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018
Tags: