Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerangkan kearifan lokal masyarakat tradisional di Indonesia sebenarnya bisa menjadi salah satu mitigasi dalam menghadapi bencana.

Peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Deny Hidayati di Jakarta, Kamis, menerangkan beberapa masyarakat desa di Indonesia bahkan secara mandiri bisa menghadapi bencana tanpa memerlukan bantuan dari luar.

Deny menyebutkan penelitian yang dilakukan oleh tim LIPI di Desa Seponjen dan Desa Mekarsari di Jambi mengungkap bahwa masyarakat desa sudah siap terhadap banjir yang biasa datang.

Masyarakat desa membuat rumah panggung yang terbuat dari kayu, dan ditambahkan satu ruangan lagi yang disebut "amben-amben" di bagian paling atas rumah sebagai area darurat saat terjadi banjir.

Ketika banjir besar datang, masyarakat melakukan aktivitas seperti memasak, tidur, belajar, di amben-amben. Bahkan setiap rumah telah menyiapkan alat transportasi berupa perahu bilamana terjadi banjir.

Hal tersebut dilakukan lantaran warga desa memanfaatkan masa banjir untuk mencari ikan. "Semakin lama banjirnya, semakin senang mereka karena ikan makin banyak," kata Deny.

Dia menyebutkan bahwa kearifan lokal masyarakat tradisional seperti memiliki lumbung pangan di suatu desa sebenarnya sangat bisa membantu saat terjadi bencana yang memutuskan jalur transportasi untuk mengirimkan bantuan.

Contoh kasus gempa di Palu yang menyebabkan warga terisolir dan kelaparan bisa teratasi apabila kearifan lokal seperti lumbung pangan masih ada.

Hal lainnya ialah apabila desa yang memiliki sarana dan prasarana untuk sebuah acara seperti tenda acara, alat masak, juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan darurat saat terjadi bencana.

Menurut Deny saat ini masyarakat Indonesia belum sadar betul terhadap mitigasi bencana sehingga perlu diperkuat.

Sosialisasi dan pendidikan bencana, kata dia, harus dilakukan secara berulang-ulang dan reguler agar membudaya di masyarakat.