Pertamina ubah minyak sawit menjadi sumber energi ramah lingkungan
Dua pekerja memeriksa proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG secara co-processing di kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatera Selatan, Jumat (21/12/2018). Untuk mengurangi impor minyak mentah, PT Pertamina (persero) mengolah Crude Palm Oil (CPO) / minyak sawit mentah menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi "co-processing" yang berada di kilang Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatera Selatan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Sejak awal Desember 2018, Refinery Unit (RU) III Plaju telah mampu mengolah CPO menjadi Green Gasoline (bahan bakar ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi co-processing.
Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif di salah satu hotel di Jakarta, Kamis, menjelaskan proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residual Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD (ribu barel stream per hari).
Yakni menggabungkan sumber bahan bakar alami dengan sumber bahan bakar fosil untuk diproses di dalam kilang sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.
Adapun CPO yang digunakan adalah jenis yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).
RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.
“Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan,” tambah Budi.
Hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB/Bulan atau setara 64.500 Kilo Liter/Bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11.000 ton per bulan.
“Upaya ini sangat mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan devisa, dimana Pertamina bisa menghemat import crude sebesar 7,36 ribu barel per hari atau dalam setahun menghemat hingga 160 juta dolar AS,” katanya.
Lebih lanjut Budi mengatakan pengolahan CPO secara co-processing di kilang telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara. Inovasi anak bangsa ini telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.
“Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi, karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah sehingga mengurangi defisit anggaran negara serta hasil bahan bakar ramah lingkungan,” jelas Budi.
Ke depan, langkah itu akan diikuti di kilang lainnya yakni di RU Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green diesel (bahan bakar solar) maupun green avtur. Pertamina bahkan sudah melakukan riset untuk menciptakan katalis buatan dalam negeri yang dapat digunakan untuk proses tersebut.
Baca juga: PLTD dapat gunakan CPO untuk bahan bakar
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018