Bendungan Sukamahi-Ciawi kurangi debit banjir Ciliwung
27 Desember 2018 14:35 WIB
Pekerja menggunakan alat berat menyelesaikan pembangunan Bendungan Ciawi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018). Pembangunan Bedungan Ciawi dengan volume tampung sebesar 6,45 juta meter kubik tersebut diharapkan dapat mencegah banjir kiriman ke Ibu Kota yang berasal dari Bogor dan ditargetkan selesai pada 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)
Jakarta (ANTARA News) - Bendungan kering Sukamahi dan Ciawi yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bermanfaat guna mengurangi debit banjir Kali Ciliwung sehingga juga sangat bermanfaat dalam rangka pengendalian banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Jakarta, Kamis, menyatakan, pembangunan kedua bendungan tersebut merupakan upaya Pemerintah di hulu Sungai Ciliwung untuk mengurangi kerentanan kawasan strategis nasional (KSN) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dari bencana banjir.
Dua bendungan kering yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane juga merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir Jakarta.
Ia mengemukakan bahwa dengan dibangunnya kedua waduk tersebut turut berkontribusi mengurangi debit banjir di hulu Ciliwung sekitar 30 persen.
Menteri PUPR mengatakan pengendalian banjir tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja, melainkan juga kegiatan non struktural seperti kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang zonasi dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing.
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan bahwa pada saat ini pekerjaan konstruksi kedua bendungan tersebut memasuki tahap pembuatan saluran pengelak atau conduit.
"Semua masih tahap konstruksi saluran pengelak di kedua bendungan. Nantinya kita akan menutup aliran sungai dan mengalihkannya ke saluran pengelak. Selanjutnya pembangunan pondasi tubuh bendungannya," jelas Dirjen SDA Hari Suprayogi.
Bendungan Sukamahi dan Ciawi adalah bendungan tipe kering (dry dam) sehingga pada musim kemarau akan kering dan baru akan digenangi saat musim hujan.
Kedua bendungan memiliki daya tampung 8,13 juta meter kubik dan berfungsi menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango selama kurang lebih empat jam dan mengalirkannya ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50.
Kontrak pembangunan Waduk Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dengan kontraktor PT Brantas Abipraya-Sacna KSO dengan nilai pekerjaan konstruksi sebesar Rp757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak.
Waduk ini menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,45 juta meter kubik.
Sementara penandatanganan kontrak pembangunan Waduk Sukamahi dengan daya tampung 1,68 juta meter kubik, senilai Rp436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016 dengan kontraktor PT Wijaya Karya-Basuki KSO.
Baca juga: Gubernur Anies dukung penambahan pembangunan kolam retensi di Bogor
Baca juga: Anies : prioritas pengendalian banjir dipercepat
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Jakarta, Kamis, menyatakan, pembangunan kedua bendungan tersebut merupakan upaya Pemerintah di hulu Sungai Ciliwung untuk mengurangi kerentanan kawasan strategis nasional (KSN) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dari bencana banjir.
Dua bendungan kering yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane juga merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir Jakarta.
Ia mengemukakan bahwa dengan dibangunnya kedua waduk tersebut turut berkontribusi mengurangi debit banjir di hulu Ciliwung sekitar 30 persen.
Menteri PUPR mengatakan pengendalian banjir tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja, melainkan juga kegiatan non struktural seperti kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang zonasi dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing.
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan bahwa pada saat ini pekerjaan konstruksi kedua bendungan tersebut memasuki tahap pembuatan saluran pengelak atau conduit.
"Semua masih tahap konstruksi saluran pengelak di kedua bendungan. Nantinya kita akan menutup aliran sungai dan mengalihkannya ke saluran pengelak. Selanjutnya pembangunan pondasi tubuh bendungannya," jelas Dirjen SDA Hari Suprayogi.
Bendungan Sukamahi dan Ciawi adalah bendungan tipe kering (dry dam) sehingga pada musim kemarau akan kering dan baru akan digenangi saat musim hujan.
Kedua bendungan memiliki daya tampung 8,13 juta meter kubik dan berfungsi menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango selama kurang lebih empat jam dan mengalirkannya ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50.
Kontrak pembangunan Waduk Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dengan kontraktor PT Brantas Abipraya-Sacna KSO dengan nilai pekerjaan konstruksi sebesar Rp757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak.
Waduk ini menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,45 juta meter kubik.
Sementara penandatanganan kontrak pembangunan Waduk Sukamahi dengan daya tampung 1,68 juta meter kubik, senilai Rp436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016 dengan kontraktor PT Wijaya Karya-Basuki KSO.
Baca juga: Gubernur Anies dukung penambahan pembangunan kolam retensi di Bogor
Baca juga: Anies : prioritas pengendalian banjir dipercepat
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018
Tags: