NU siap jadi mediator terkait Uighur
24 Desember 2018 21:34 WIB
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat menerima kunjungan Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (24/12/2018). Mereka membicarakan persoalan Uighur yang menghangat belakangan ini. (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan Nahdlatul Ulama (NU) siap menjadi mediator untuk menyelesaikan persoalan antara pemerintah China dengan muslim Uighur di Xinjiang.
"NU memiliki jejak rekam menjadi juru damai antara dua kelompok yang berkonflik. Mulai dari konflik Pattani-pemerintah Thailand, Sunni-Syiah di Irak, hingga Taliban-pemerintah Afghanistan. Meski yang terakhir masih terus diupayakan hingga hari ini," kata Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian di Kantor PBNU, Jakarta, Senin.
Said Aqil yang ditemani beberapa pengurus PBNU dan Dubes Qian membicarakan persoalan Muslim Uighur di Xinjiang yang menjadi pemberitaan hangat belakangan ini.
PBNU berpandangan bahwa persoalan muslim Uighur di Xinjiang menjadi persoalan domestik bila berkaitan dengan separatisme dan bersifat politis.
"Siapa pun tidak bisa ikut campur," kata Said Aqil.
Namun, lanjut dia, jika persoalannya berkaitan dengan agama Islam atau muslim Uighur itu sendiri maka itu menjadi persoalan semua umat Islam di seluruh dunia.
"NU akan ikut dan terus bersuara jika persoalan muslim Uighur-China adalah persoalan agama," kata Said Aqil.
Sementara itu, Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menuturkan, semua masyarakat China dari berbagai suku memiliki kebebasan dalam beragama, termasuk Uighur.
Menurutnya, persoalan di Xinjiang adalah persoalan separatisme. Ada sekelompok orang yang ingin membuat Xinjiang berpisah dengan China, bahkan menggunakan kekerasan dan terorisme.
Menghadapi kelompok-kelompok seperti itu, kata Dubes Qian, China mengambil beberapa langkah kebijakan, di antaranya mengadakan program pendidikan vokasi.
Dia mengklaim program tersebut sukses karena banyak orang yang masuk program pendidikan tersebut memiliki keterampilan dan memperoleh gaji.
Baca juga: ACT kirim bantuan untuk pengungsi Uighur
Baca juga: Warga Aceh gelar aksi bela muslim Uighur
Baca juga: Pelajar Indonesia di China tak terpengaruh isu Uighur
"NU memiliki jejak rekam menjadi juru damai antara dua kelompok yang berkonflik. Mulai dari konflik Pattani-pemerintah Thailand, Sunni-Syiah di Irak, hingga Taliban-pemerintah Afghanistan. Meski yang terakhir masih terus diupayakan hingga hari ini," kata Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian di Kantor PBNU, Jakarta, Senin.
Said Aqil yang ditemani beberapa pengurus PBNU dan Dubes Qian membicarakan persoalan Muslim Uighur di Xinjiang yang menjadi pemberitaan hangat belakangan ini.
PBNU berpandangan bahwa persoalan muslim Uighur di Xinjiang menjadi persoalan domestik bila berkaitan dengan separatisme dan bersifat politis.
"Siapa pun tidak bisa ikut campur," kata Said Aqil.
Namun, lanjut dia, jika persoalannya berkaitan dengan agama Islam atau muslim Uighur itu sendiri maka itu menjadi persoalan semua umat Islam di seluruh dunia.
"NU akan ikut dan terus bersuara jika persoalan muslim Uighur-China adalah persoalan agama," kata Said Aqil.
Sementara itu, Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menuturkan, semua masyarakat China dari berbagai suku memiliki kebebasan dalam beragama, termasuk Uighur.
Menurutnya, persoalan di Xinjiang adalah persoalan separatisme. Ada sekelompok orang yang ingin membuat Xinjiang berpisah dengan China, bahkan menggunakan kekerasan dan terorisme.
Menghadapi kelompok-kelompok seperti itu, kata Dubes Qian, China mengambil beberapa langkah kebijakan, di antaranya mengadakan program pendidikan vokasi.
Dia mengklaim program tersebut sukses karena banyak orang yang masuk program pendidikan tersebut memiliki keterampilan dan memperoleh gaji.
Baca juga: ACT kirim bantuan untuk pengungsi Uighur
Baca juga: Warga Aceh gelar aksi bela muslim Uighur
Baca juga: Pelajar Indonesia di China tak terpengaruh isu Uighur
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: