Mendidik buah hati pada era teknologi
24 Desember 2018 17:24 WIB
Pendiri Sejiwa, yayasan perlindungan anak di ranah daring, Diena Haryana (kedua dari kiri) bersama artis Poppy Bunga (ketiga dar kiri) mengisi sesi dalam gelaran Siberkreasi Netizen Fair 2018, Sabtu (23/11/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Purwokerto, Jateng, (ANTARA News) - Pada era milenial seperti saat ini, teknologi digital menjadi realitas zaman yang tidak dapat dihindari.
Seiring perkembangan teknologi yang kian pesat tersebut, masyarakat pun menjadi bagian dari budaya digital.
Kondisi demikian tentu saja menuntut perhatian penuh dari orang tua, mengingat perkembangan teknologi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan anak.
Ibarat pisau bermata dua, perkembangan teknologi digital bisa berdampak positif, namun juga bisa berdampak positif.
Dalam kondisi seperti itu, orang tua memegang peran penting dalam pemanfaatan teknologi digital secara positif dan konstruktif oleh anak.
Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Edi Santoso mengatakan dalam mendidik anak, orang tua harus ikut dan mampu mengarahkan pemanfaatan teknologi itu.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa pada saat ini terdapat kesenjangan antara laju teknologi dan kesiapan untuk memanfaatkannya.
"Tak hanya kesiapan teknis, namun juga kesiapan mental untuk tidak terbawa tren teknologi. Idealnya, pemanfaatan teknologi itu mengikuti kita. Kita yang mengarahkan pemanfaatannya. Inilah yang secara teoritik disebut sebagai teori kontruksi sosial teknologi, bukan kita yang diarahkan teknologi," katanya.
Karena itu, orang tua, kata dia, harus ikut dan mampu mengarahkan pemanfaatan teknologi itu bagi anak-anaknya.
"Jangan sampai anak-anak menggunakan 'gadget' dengan segala aplikasinya, tapi orang tua tidak ngerti. Misal, anak-anak dapat tugas dari sekolah yang ada kaitan dengan penggunaan teknologi digital, orang tua bisa ikut mendampingi jika orang tua juga mengerti dan mengikuti perkembangan teknologi," katanya.
Untuk itu, jangan sampai ada kesenjangan teknologi yang bisa menciptakan kesenjangan antara anak dengan orang tua.
Bahkan, kata dia, interaksi antara anak, orang tua, dan teknologi, sekaligus bisa menjadi momen untuk menumbuhkan literasi media dan momen untuk menumbuhkan pemahaman tentang realitas media secara konstruktif bagi anak-anak.
"Misal ketika anak membuat vlog, orang tua bisa menjelaskan bahwa begitulah media diciptakan. Ada peristiwa, fenomena, yang oleh jurnalis kemudian ditulis atau divideokan menjadi sebuah berita yang disebarluaskan. Jadi, akan terbangun kesadaran dalam diri anak, bahwa realitas dan berita itu dua hal yang berbeda. Anak jadinya tak mudah terprovokasi oleh isi media. Mereka akan jadi khalayak yang rasional," katanya.
Dia menambahkan, orang tua tidak perlu takut apalagi sampai anti terhadap perkembangan teknologi. Yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan daya imun pada anak, dengan mendampingi mereka dalam pemanfaatan teknologi itu.
Dia juga mengatakan Revolusi Industri 4.0 adalah era di mana internet telah merasuk ke segala aspek kehidupan, atau dikenal dengan "internet of things".
Persoalannya, memang bukan semata akses, tapi pada bagaimana akses membawa kemanfaatan buat masyarakat. Di sinilah literasi digital menjadi relevan dan orang tua berperan untuk meningkatkan literasi media pada anak.
Jadi, literasi digital itu merujuk pada partisipasi atau penggunaan piranti digital secara positif dan konstruktif
Orang Tua Kekinian
Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Parenting Indonesia (iParent) Sudibyo Alimoeso menambahkan bahwa orang tua pada era teknologi seperti saat ini dituntut menjadi orang tua milenial.
"Orang tua harus fleksibel dan kekinian, bisa ikut mengikuti perkembangan zaman dan bisa masuk dalam dunia anak-anak mereka," katanya.
Tugas orang tua di zaman milenial, kata dia, semakin berat karena dituntut untuk mahir atau piawai di segala bidang.
Seorang ibu, misalnya, dapat dikatakan pekerjaannya "multitasking", yaitu segala macam pekerjaan seolah wajib dikuasai dan dikerjakan. Mulai dari memasak, mengasuh anak, mendidik, mengelola keuangan dan sebagainya.
Perkembangan zaman mengharuskan seorang ibu untuk mampu menyesuaikan dirinya.
Anak-anak, tambah dia, memang harus dididik sesuai zamannya. Di era serba digital ini, suka atau tidak suka seorang ibu harus ikut memelajarinya agar tidak tertinggal oleh anak-anaknya.
"Ada baiknya, agar seorang ibu lebih dekat dengan anaknya, maka bisa `seolah-olah` minta pembelajaran tentang dunia digital kepada anaknya. Ini agar timbul `bonding` atau kelekatan seorang ibu dengan anak yang bisa membuat anak lebih terbuka dengan ibunya, khususnya berkaitan dengan urusan digital," katanya.
Dengan demikian selain ada komunikasi, seorang ibu secara tidak langsung bisa mengawasi dan bahkan membatasi penggunaan digital, khususnya bila anaknya masih kecil.
Di samping itu, kata dia, orang tua juga harus mampu memberikan penjelasan tentang pemakaian gadget secara bijak kepada anak-anak mereka.
Selain itu, orang tua juga dapat memberikan prakondisi dalam pemberian "gadget" yang disesuaikan dengan perkembangan umur anak.
Para orang tua juga harus selalu berusaha melakukan pemuktahiran diri, agar mampu berkomunikasi dengan baik dengan seluruh anggota keluarganya.
"Menyesuaikan diri, mudah diucapkan tetapi susah dilakukan. Tapi ini merupakan keharusan agar memudahkan orang tua, khususnya ibu menjalankan fungsinya secara optimal," katanya.
Dengan melakukan berbagai upaya, maka orang tua, siap mendapingi anak-anak mereka untuk masuk ke jejaring digital.
Pendampingan orang tua sangat penting agar anak tidak hanyut dan tidak larut dalam arus perkembangan teknologi tanpa memiliki kendali.
Baca juga: Pengaruh gawai tantangan kaum ibu mendidik anak, kata ulama
Baca juga: Program magrib mengaji mendidik anak
Baca juga: Waktu berkualitas antara orangtua-anak kurangi kecanduan gawai
Seiring perkembangan teknologi yang kian pesat tersebut, masyarakat pun menjadi bagian dari budaya digital.
Kondisi demikian tentu saja menuntut perhatian penuh dari orang tua, mengingat perkembangan teknologi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan anak.
Ibarat pisau bermata dua, perkembangan teknologi digital bisa berdampak positif, namun juga bisa berdampak positif.
Dalam kondisi seperti itu, orang tua memegang peran penting dalam pemanfaatan teknologi digital secara positif dan konstruktif oleh anak.
Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Edi Santoso mengatakan dalam mendidik anak, orang tua harus ikut dan mampu mengarahkan pemanfaatan teknologi itu.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa pada saat ini terdapat kesenjangan antara laju teknologi dan kesiapan untuk memanfaatkannya.
"Tak hanya kesiapan teknis, namun juga kesiapan mental untuk tidak terbawa tren teknologi. Idealnya, pemanfaatan teknologi itu mengikuti kita. Kita yang mengarahkan pemanfaatannya. Inilah yang secara teoritik disebut sebagai teori kontruksi sosial teknologi, bukan kita yang diarahkan teknologi," katanya.
Karena itu, orang tua, kata dia, harus ikut dan mampu mengarahkan pemanfaatan teknologi itu bagi anak-anaknya.
"Jangan sampai anak-anak menggunakan 'gadget' dengan segala aplikasinya, tapi orang tua tidak ngerti. Misal, anak-anak dapat tugas dari sekolah yang ada kaitan dengan penggunaan teknologi digital, orang tua bisa ikut mendampingi jika orang tua juga mengerti dan mengikuti perkembangan teknologi," katanya.
Untuk itu, jangan sampai ada kesenjangan teknologi yang bisa menciptakan kesenjangan antara anak dengan orang tua.
Bahkan, kata dia, interaksi antara anak, orang tua, dan teknologi, sekaligus bisa menjadi momen untuk menumbuhkan literasi media dan momen untuk menumbuhkan pemahaman tentang realitas media secara konstruktif bagi anak-anak.
"Misal ketika anak membuat vlog, orang tua bisa menjelaskan bahwa begitulah media diciptakan. Ada peristiwa, fenomena, yang oleh jurnalis kemudian ditulis atau divideokan menjadi sebuah berita yang disebarluaskan. Jadi, akan terbangun kesadaran dalam diri anak, bahwa realitas dan berita itu dua hal yang berbeda. Anak jadinya tak mudah terprovokasi oleh isi media. Mereka akan jadi khalayak yang rasional," katanya.
Dia menambahkan, orang tua tidak perlu takut apalagi sampai anti terhadap perkembangan teknologi. Yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan daya imun pada anak, dengan mendampingi mereka dalam pemanfaatan teknologi itu.
Dia juga mengatakan Revolusi Industri 4.0 adalah era di mana internet telah merasuk ke segala aspek kehidupan, atau dikenal dengan "internet of things".
Persoalannya, memang bukan semata akses, tapi pada bagaimana akses membawa kemanfaatan buat masyarakat. Di sinilah literasi digital menjadi relevan dan orang tua berperan untuk meningkatkan literasi media pada anak.
Jadi, literasi digital itu merujuk pada partisipasi atau penggunaan piranti digital secara positif dan konstruktif
Orang Tua Kekinian
Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Parenting Indonesia (iParent) Sudibyo Alimoeso menambahkan bahwa orang tua pada era teknologi seperti saat ini dituntut menjadi orang tua milenial.
"Orang tua harus fleksibel dan kekinian, bisa ikut mengikuti perkembangan zaman dan bisa masuk dalam dunia anak-anak mereka," katanya.
Tugas orang tua di zaman milenial, kata dia, semakin berat karena dituntut untuk mahir atau piawai di segala bidang.
Seorang ibu, misalnya, dapat dikatakan pekerjaannya "multitasking", yaitu segala macam pekerjaan seolah wajib dikuasai dan dikerjakan. Mulai dari memasak, mengasuh anak, mendidik, mengelola keuangan dan sebagainya.
Perkembangan zaman mengharuskan seorang ibu untuk mampu menyesuaikan dirinya.
Anak-anak, tambah dia, memang harus dididik sesuai zamannya. Di era serba digital ini, suka atau tidak suka seorang ibu harus ikut memelajarinya agar tidak tertinggal oleh anak-anaknya.
"Ada baiknya, agar seorang ibu lebih dekat dengan anaknya, maka bisa `seolah-olah` minta pembelajaran tentang dunia digital kepada anaknya. Ini agar timbul `bonding` atau kelekatan seorang ibu dengan anak yang bisa membuat anak lebih terbuka dengan ibunya, khususnya berkaitan dengan urusan digital," katanya.
Dengan demikian selain ada komunikasi, seorang ibu secara tidak langsung bisa mengawasi dan bahkan membatasi penggunaan digital, khususnya bila anaknya masih kecil.
Di samping itu, kata dia, orang tua juga harus mampu memberikan penjelasan tentang pemakaian gadget secara bijak kepada anak-anak mereka.
Selain itu, orang tua juga dapat memberikan prakondisi dalam pemberian "gadget" yang disesuaikan dengan perkembangan umur anak.
Para orang tua juga harus selalu berusaha melakukan pemuktahiran diri, agar mampu berkomunikasi dengan baik dengan seluruh anggota keluarganya.
"Menyesuaikan diri, mudah diucapkan tetapi susah dilakukan. Tapi ini merupakan keharusan agar memudahkan orang tua, khususnya ibu menjalankan fungsinya secara optimal," katanya.
Dengan melakukan berbagai upaya, maka orang tua, siap mendapingi anak-anak mereka untuk masuk ke jejaring digital.
Pendampingan orang tua sangat penting agar anak tidak hanyut dan tidak larut dalam arus perkembangan teknologi tanpa memiliki kendali.
Baca juga: Pengaruh gawai tantangan kaum ibu mendidik anak, kata ulama
Baca juga: Program magrib mengaji mendidik anak
Baca juga: Waktu berkualitas antara orangtua-anak kurangi kecanduan gawai
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018
Tags: