Siberut Selatan, Mentawai (ANTARA News) - Koordinasi di antara para pejabat Pemkab Kepulauan Mentawai, Sumbar tergolong lemah dalam penerimaan bantuan kebutuhan pokok, tenda dan selimut untuk korban gempa sehingga distribusi tidak merata dan lambannya pembongkaran bantuan oleh KRI Teluk Cirebon dari Teluk Bayur, Padang. ANTARA News dari Mentawai melaporkan, Jumat, lemahnya koordinasi Pemkab setempat, terbukti dari masih banyaknya warga belum menerima bantuan hingga hari ke sembilan pasca gempa beruntun melanda Sumbar pekan lalu. Fakta lain menunjukkan, dampak lemahnya koordinasi Pemkab adalah pihak Kecamatan Siberut Utara, berkeinginan menolak bantuan, jika biaya transportasi pendistribusian dan pembongkarannya tidak ada. Bantuan untuk warga Kecamatan Siberut Utara terpaksa dibongkar sekaligus pada Kecamatan Siberut Selatan pada Jumat dini hari diperairan daerah itu. Pembongkaran itu, mengandalkan kapal nelayan berkapasitas 100 ton, karena KRI Teluk Cirebon terpaksa harus jangkar sekitar satu mil dari pinggir pantai Seberut Selatan. Seorang petugas Satkorlak Mentawai di Siberut Selatan, Amrial mengatakan, ditemui berbagai kendala dalam penyaluran bantuan sehingga tidak bisa disalahkan pihak mana pun juga . "Kita selaku penyalur bantuan mengiringi dari Padang hingga ke Mentawai tetap berupaya agar bantuan sampai di darat," katanya dan menambahkan, pendistribusian hingga ketingkat pedesaan, tuganya pihak kecamatan. Bantuan yang dibongkar sejak Kamis malam hingga Jumat antara lain beras 15 ton, perlengkapan sekolah sembilan dus, minyak goreng 110 dus, gula pasir 175 kantong serta sejumlah sembako. Sebelumnya, bantuan beras sebanyak 35 ton, minyak goreng 91 dus, 160 kantong, tenda dan selimut serta kebutan pokok lainnya sudah dibongkar di Kecamatan Pagai Utara Selatan dan Kec. Siporan. Belum meratanya bantuan menyentuh masyarakat ikut dipengaruhi letak geografis wilayah itu, karena dari ibukota kecamtan hingga kepedesaan bisa menghabiskan waktu tujuh jam.(*)