Jakarta (ANTARA News)- Seorang korban selamat dari musibah tsunami Selat Sunda, Yanti Herawati, mengatakan para korban yang selamat kesulitan menghubungi anggota keluarganya.
"Banyak dari korban-korban yang selamat tidak memiliki alat komunikasi, oleh karenanya sangat diperlukan alat komunikasi untuk mengabarkan kondisinya," ujar Yanti saat dihubungi Antara dari Jakarta, Minggu.
Yanti menjelaskan sebagian besar korban yang selamat dengan kondisi luka-luka, pasalnya ombak menerjang kaca jendela penginapan saat mereka sedang tidur.
"Jadi banyak yang luka akibat terseret ombak dan pecahan kaca jendela," jelas dia.
Proses evakuasi sendiri, kata dia, sempat terhambat karena hujan deras sejak Minggu dini hari hingga Minggu pagi. Saat ini, sejumlah korban yang luka juga sudah dibawah ke rumah sakit.
Sejumlah kendala yang dihadapi seperti jauhnya klinik dari lokasi kejadian. Yanti menyebut jarak klinik terdekat mencapai 10 kilo meter dari lokasi kejadian.
"Saya berharap, relawan-relawan yang membantu akses komunikasi korban, karena mereka sulit menghubungi keluarganya," harap dia.
Bencana tsunami menerjang pantai sekitar Selat Sunda, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) malam.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi tsunami disebabkan oleh longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama.
Baca juga: Pakar jelaskan timbunan material vulkanik anak krakatau permudah longsor
Baca juga: Pakar jelaskan timbunan material vulkanik anak krakatau permudah longsor
Baca juga: Sistem peringatan dini BMKG hanya pantau tsunami akibat gempa
Korban yang selamat kesulitan menghubungi keluarga
23 Desember 2018 14:15 WIB
Kondisi pasca-tsunami Selat Sunda di pesisir kawasan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, jalan menuju arah pantai Carita (ANTARA/Susmiatun)
Pewarta: Indriani
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018
Tags: