Pertanian organik di Gorontalo Utara perlu terus dikembangkan pemda
23 Desember 2018 05:46 WIB
Menambah lapisan pupuk Matasan (42) menambah lapisan pupuk organik pada permukaan lahan tomat miliknya di Desa Bokor, Malang, Jawa Timur, Senin (12/12). Makin berkurangnya unsur hara di lahan pertanian membuat sejumlah petani di kawasan tersebut menambah lapisan pupuk hingga tiga lapis sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah. (FOTO ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
Gorontalo, (ANTARA News) - Legislator Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mendorong pemerintah daerah lebih banyak mengembangkan pola pertanian organik, yang dinilai lebih ramah lingkungan dan menguntungkan petani.
"Produksi pertanian organik, terbukti lebih tinggi dari segi kuantitas dan kualitas, maka pemerintah daerah perlu terus mengembangkannya," kata anggota DPRD Gorontalo Utara, Ridwan Riko Arbie, di Gorontalo, Sabtu.
Ia menilai, daerah itu cocok untuk pengembangan pertanian organik, seperti komoditas padi dan cabai rawit.
Apalagi, katanya, para petani seperti di Kecamatan Kwandang, Anggrek dan Tolinggula, telah berhasil memroduksi padi organik dengan capaian produksi yang cukup baik.
Produksi padi organik, bisa mencapai 8-9 ton per hektare atau lebih tinggi dibanding produksi padi anorganik yang mencapai rata-rata 5,5-6,5 ton per hektare, tambahnya.
Termasuk, kata dia, komoditas cabai rawit yang mampu diproduksi dengan masa panen yang lebih panjang.
Hal itu, kata dia, terbukti dengan banyaknya petani mulai menikmati keuntungan menanam cabai rawit organik dengan harga jual yang baik di kisaran Rp30 ribu per kilo gram.
Kondisi itu juga didukung dengan tingkat permintaan konsumen yang cukup tinggi.
Karena itu, kata Ridwan, DPRD sangat mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan pola pertanian organik yang diakuinya tidak hanya ramah lingkungan namun ramah di kantong petani dan juga diminati pasar.
Ia pun berharap, lahan-lahan tidur di daerah itu, mampu dikembangkan menjadi areal tanam produktif.
Pemerintah daerah pun, katanya, perlu meningkatkan dukungan pembangunan infrastruktur maupun permodalan bagi petani, seperti bibit, alat dan mesin pertanian, selain berupaya memutus rantai ketergantungan petani kepada tengkulak, melalui penyaluran bantuan pupuk dan obat-obatan.
Baca juga: Gorontalo tetap jadikan pertanian sebagai sektor unggulan
Baca juga: Akademisi : jangan takut gunakan pupuk organik
"Produksi pertanian organik, terbukti lebih tinggi dari segi kuantitas dan kualitas, maka pemerintah daerah perlu terus mengembangkannya," kata anggota DPRD Gorontalo Utara, Ridwan Riko Arbie, di Gorontalo, Sabtu.
Ia menilai, daerah itu cocok untuk pengembangan pertanian organik, seperti komoditas padi dan cabai rawit.
Apalagi, katanya, para petani seperti di Kecamatan Kwandang, Anggrek dan Tolinggula, telah berhasil memroduksi padi organik dengan capaian produksi yang cukup baik.
Produksi padi organik, bisa mencapai 8-9 ton per hektare atau lebih tinggi dibanding produksi padi anorganik yang mencapai rata-rata 5,5-6,5 ton per hektare, tambahnya.
Termasuk, kata dia, komoditas cabai rawit yang mampu diproduksi dengan masa panen yang lebih panjang.
Hal itu, kata dia, terbukti dengan banyaknya petani mulai menikmati keuntungan menanam cabai rawit organik dengan harga jual yang baik di kisaran Rp30 ribu per kilo gram.
Kondisi itu juga didukung dengan tingkat permintaan konsumen yang cukup tinggi.
Karena itu, kata Ridwan, DPRD sangat mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan pola pertanian organik yang diakuinya tidak hanya ramah lingkungan namun ramah di kantong petani dan juga diminati pasar.
Ia pun berharap, lahan-lahan tidur di daerah itu, mampu dikembangkan menjadi areal tanam produktif.
Pemerintah daerah pun, katanya, perlu meningkatkan dukungan pembangunan infrastruktur maupun permodalan bagi petani, seperti bibit, alat dan mesin pertanian, selain berupaya memutus rantai ketergantungan petani kepada tengkulak, melalui penyaluran bantuan pupuk dan obat-obatan.
Baca juga: Gorontalo tetap jadikan pertanian sebagai sektor unggulan
Baca juga: Akademisi : jangan takut gunakan pupuk organik
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018
Tags: