Pengamat prediksi permintaan ruang mal turun
20 Desember 2018 09:20 WIB
Pengunjung bermain 'ice skate' di Winter Wonderland, Pondok Indah Mall, Jakarta, Rabu (19/12/2018). Pusat perbelanjaan Pondok Indah Mall menggelar program musim dingin bertema "Winter Wonderland" dalam rangka menyemarakan Natal dan Tahun Baru. ANTARA FOTO/Dede Rizky Permana/aww.
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat properti Anton Sitorus memperkirakan maraknya perdagangan elektronik (e-commerce) dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan dampak turunnya permintaan ruang mal sampai beberapa tahun ke depan.
"Kalau ada pemilik mal atau pusat belanja di Jakarta yang menyebut e-commerce bukan ancaman, namun data menunjukkan sebaliknya ruang kosong mencapai 10-20 persen dalam dua tahun terakhir," kata Anton yang juga menjabat sebagai Kepala Riset dan Konsultasi Savills Indonesia di Jakarta, Kamis.
Ruang kosong di mal dan pusat belanja juga dapat dilihat langsung oleh pengunjung dengan telihat banyaknya penyewa yang menutup tokonya dengan alasan melakukan renovasi atau pembenahan barang dagangan.
Padahal, jelas Anton, ruang mal dan pusat belanja dalam beberapa tahun terakhir ini belum ada penambahan, hanya ada satu yang akan masuk yakni SOHO Pancoran,
Menurut Anton fenomena e-commerce ini mulai dirasakan terutama untuk produk baju dan aksesoris apalagi e-commerce saat ini gencar berpromosi. Dampak ini paling dirasakan oleh pengelola departemen store, perlu perubahan format dan barang dagangan agar dapat bertahan.
"Kalau melihat kondisi sekarang banyak konsep departemen store yang ditinggalkan disamping penataan barang dagangannya kurang menarik, kenyamanan kurang karena koridornya sempit, serta harganya juga tidak murah," ujar dia.
Anton mengatakan pemilik mal harus segera mengubah konsep untuk mempertahankan tenant selain dengan cara mendesain kembali juga dengan menerapkan insentif khusus pada harga sewa.
Ia melihat sulitnya perizinan di mal membuat sejumlah pengembang melakukan inovasi melalui konsep podium.
"Kalau selama ini kita kenal mal sebagai bagian dari komplek super blok yang di dalamnya terdapat kantor, hotel, dan hunian. Maka kini dikenal podium dalam artian yang dibangun hanya perkantoran atau hunian saja, tetapi di dalamnya terdapat mal," ujar Anton.
Anton menilai kehadiran mal ini ke depannya masih sangat besar terutama untuk menarik pariwisata, salah satunya yang telah berhasil adalah Singapura, bahkan dibanding Malaysia dan Thailand, ruang mal di Indonesia masih tertinggal. Mungkin bisa dicontoh Thailand yang mengkombinasikan mal dengan wisawatan dengan memanfaatkan areal hijau sehingga pengunjung merasa nyaman.
Anton mengatakan kehadiran mal terutama di Jakarta masih sangat penting bagi warga untuk dapat berinteraksi dan mendapatkan hiburan.
Baca juga: Ada festival kuliner-belanja di 150 mall
Baca juga: Daftar mal yang akan gelar Midnight Sale saat Festival Jakarta Great Sale
"Kalau ada pemilik mal atau pusat belanja di Jakarta yang menyebut e-commerce bukan ancaman, namun data menunjukkan sebaliknya ruang kosong mencapai 10-20 persen dalam dua tahun terakhir," kata Anton yang juga menjabat sebagai Kepala Riset dan Konsultasi Savills Indonesia di Jakarta, Kamis.
Ruang kosong di mal dan pusat belanja juga dapat dilihat langsung oleh pengunjung dengan telihat banyaknya penyewa yang menutup tokonya dengan alasan melakukan renovasi atau pembenahan barang dagangan.
Padahal, jelas Anton, ruang mal dan pusat belanja dalam beberapa tahun terakhir ini belum ada penambahan, hanya ada satu yang akan masuk yakni SOHO Pancoran,
Menurut Anton fenomena e-commerce ini mulai dirasakan terutama untuk produk baju dan aksesoris apalagi e-commerce saat ini gencar berpromosi. Dampak ini paling dirasakan oleh pengelola departemen store, perlu perubahan format dan barang dagangan agar dapat bertahan.
"Kalau melihat kondisi sekarang banyak konsep departemen store yang ditinggalkan disamping penataan barang dagangannya kurang menarik, kenyamanan kurang karena koridornya sempit, serta harganya juga tidak murah," ujar dia.
Anton mengatakan pemilik mal harus segera mengubah konsep untuk mempertahankan tenant selain dengan cara mendesain kembali juga dengan menerapkan insentif khusus pada harga sewa.
Ia melihat sulitnya perizinan di mal membuat sejumlah pengembang melakukan inovasi melalui konsep podium.
"Kalau selama ini kita kenal mal sebagai bagian dari komplek super blok yang di dalamnya terdapat kantor, hotel, dan hunian. Maka kini dikenal podium dalam artian yang dibangun hanya perkantoran atau hunian saja, tetapi di dalamnya terdapat mal," ujar Anton.
Anton menilai kehadiran mal ini ke depannya masih sangat besar terutama untuk menarik pariwisata, salah satunya yang telah berhasil adalah Singapura, bahkan dibanding Malaysia dan Thailand, ruang mal di Indonesia masih tertinggal. Mungkin bisa dicontoh Thailand yang mengkombinasikan mal dengan wisawatan dengan memanfaatkan areal hijau sehingga pengunjung merasa nyaman.
Anton mengatakan kehadiran mal terutama di Jakarta masih sangat penting bagi warga untuk dapat berinteraksi dan mendapatkan hiburan.
Baca juga: Ada festival kuliner-belanja di 150 mall
Baca juga: Daftar mal yang akan gelar Midnight Sale saat Festival Jakarta Great Sale
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: