Alutsista Indonesia tak terdeteksi radar jika gunakan cat spesifik
19 Desember 2018 19:00 WIB
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Ridwan menyampaikan pemaparan dalam acara Ekspose Produk Inovasi sebagai Capaian Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Jawa Barat, Rabu (19/12/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Bogor (ANTARA News) - Kepala Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Ridwan mengatakan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di Indonesia dapat tidak terdeteksi radar lewat penggunaan cat spesifik yang dikembangkan BATAN.
"Kita bisa memasuki daerah pertahanan lawan tanpa diketahui lawan, caranya dengan membuat sistem pertahanan kita tidak terlacak oleh radar," kata Ridwan kepada wartawan dalam acara Ekspose Produk Inovasi sebagai Capaian Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Jawa Barat, Rabu.
Dia mengatakan pihaknya telah mengembangkan bahan cat anti radar untuk kapal. "Kita menghasilkan cat anti radar yang sudah berhasil," ujarnya.
Cat tersebut dibuat dengan menggunakan 85 persen bahan lokal dan dia berharap dapat membuat cat itu dengan 100 persen bahan lokal tanpa ada impor.
Ridwan mengatakan agar tidak terdeteksi radar, kapal dilapisi cat spesifik tersebut secara menyeluruh. Cat itu berfungsi untuk menyerap gelombang radar yang mendeteksi keberadaan kapal sehingga gelombang elektromagnetik tersebut tidak kembali pada radar lawan dan akhirnya keberadaan kapal yang dilapisi cat khusus tersebut tidak terdeteksi. Cat itu menyebabkan kapal seperti "siluman" karena tidak terdeteksi radar.
Pihaknya akan melakukan uji coba kapal "siluman" dengan sistem anti radar itu pada pertengahan Januari 2019.
Dia mengatakan pihaknya juga berkeinginan untuk mengembangkan cat untuk sistem anti radar pada kapal terbang untuk pertahanan udara.
Dia berharap pemerintah akan membuat suatu lembaga khusus untuk penelitian itu di bawah Kementerian Pertahanan RI yang dapat dipakai untuk alutsista negara baik di darat, laut dan udara.
Lembaga itu kemudian akan fokus mengembangkan bahan cat yang sesuai spesifikasi masing-masing alutsista demi keamanan dan pertahanan negara Indonesia.
Baca juga: Batan: teknologi nuklir berpotensi dikembangkan Kaltim
Baca juga: Batan: desain reaktor daya eksperimental libatkan konsorsium
"Kita bisa memasuki daerah pertahanan lawan tanpa diketahui lawan, caranya dengan membuat sistem pertahanan kita tidak terlacak oleh radar," kata Ridwan kepada wartawan dalam acara Ekspose Produk Inovasi sebagai Capaian Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Jawa Barat, Rabu.
Dia mengatakan pihaknya telah mengembangkan bahan cat anti radar untuk kapal. "Kita menghasilkan cat anti radar yang sudah berhasil," ujarnya.
Cat tersebut dibuat dengan menggunakan 85 persen bahan lokal dan dia berharap dapat membuat cat itu dengan 100 persen bahan lokal tanpa ada impor.
Ridwan mengatakan agar tidak terdeteksi radar, kapal dilapisi cat spesifik tersebut secara menyeluruh. Cat itu berfungsi untuk menyerap gelombang radar yang mendeteksi keberadaan kapal sehingga gelombang elektromagnetik tersebut tidak kembali pada radar lawan dan akhirnya keberadaan kapal yang dilapisi cat khusus tersebut tidak terdeteksi. Cat itu menyebabkan kapal seperti "siluman" karena tidak terdeteksi radar.
Pihaknya akan melakukan uji coba kapal "siluman" dengan sistem anti radar itu pada pertengahan Januari 2019.
Dia mengatakan pihaknya juga berkeinginan untuk mengembangkan cat untuk sistem anti radar pada kapal terbang untuk pertahanan udara.
Dia berharap pemerintah akan membuat suatu lembaga khusus untuk penelitian itu di bawah Kementerian Pertahanan RI yang dapat dipakai untuk alutsista negara baik di darat, laut dan udara.
Lembaga itu kemudian akan fokus mengembangkan bahan cat yang sesuai spesifikasi masing-masing alutsista demi keamanan dan pertahanan negara Indonesia.
Baca juga: Batan: teknologi nuklir berpotensi dikembangkan Kaltim
Baca juga: Batan: desain reaktor daya eksperimental libatkan konsorsium
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018
Tags: