Trump akan lihat kemungkinan ekstradisi ulama Turki
19 Desember 2018 09:39 WIB
Dokumen foto polisi Turki menangkap sesama polisi yang diduga terkait dengan gerakan Fethullah Gulen dalam upaya kudeta gagal terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Juli 2016. (twitter.com/anadoluagency)
Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan kepada rekan sejawatnya dari Turki, Tayyip Erdogan, bahwa Washington "akan melihat" kemungkinan mengekstradisi ulama, yang Ankara tuduh berada di balik usaha kudeta tahun 2016, kata Gedung Putih, Selasa (18/12).
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa Trump tidak menyatakan komitmen soal kemungkinan ekstradisi.
"Apa yang dia (Trump, red) katakan hanyalah bahwa kami akan melihatnya," kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih kepada wartawan. "Tak ada yang lain mengenai hal ini ... tak ada komitmen sama sekali dalam proses itu."
Menteri Luar Negeri Turki pada Ahad (16/12) mengungkapkan Trump mengatakan kepada Erdogan bahwa Washington sedang bekerja untuk mengekstradisi ulama itu, Fethullah Gulen, mantan sekutu Erdogan yang tinggal mengasingkan diri sendiri selama hampir dua dekade di AS.
Ketika ditanya mengenai komentar itu pada Senin (17/12), seorang pejabat lain Gedung Putih hanya mengatakan Trump tidak berkomitmen untuk mengekstradisi Gulen ketika dia berbicara dengan Erdogan di konferensi tingkat tinggi G20 di Buenos Aires bulan lalu. Pejabat itu tak memberi rincian mengenai pembicaraan tersebut. Baca juga: Gedung Putih: Trump tidak janjikan Erdogan untuk ekstradisi Gulen
Para pejabat Turki menuding Gulen berada di balik kudeta yang gagal di Turki. Dalam aksi tersebut, para tentara yang bertingkah laku aneh menyerang parlemen dan menembaki warga sipil tak bersenjata.
Gulen membantah terlibat dalam insiden itu.
Ekstradisi Gulen hanyalah salah satu dari beberapa isu yang telah membuat renggang hubungan antara kedua negara. AS dan Turki, sekutu NATO, melalui masa sulit pada 2018, akibat penahanan seorang pastor AS Turki. Pembebasan pastr itu, Andrew Brunson, adalah "langkah luar biasa" ke arah perbaikan hubungan, kata Trump pada Oktober, sementara membantah bahwa ia membuat kesepakatan dengan Ankara untuk langkah tersebut.
Tetapi ketegangan muncul lagi pekan lalu mengenai sikap kedua negara atas Suriah. Pentagon memperingatkan bahwa aksi militer sepihak ke bagian timur laut Suriah pihak mana pun tidak akan diterima setelah Turki menyatakan akan melancarkan operasi militer baru di kawasan tersebut.
Trump menyatakan bulan lalu ia tidak mempertimbangkan untuk mengekstradisi Gulen sebagai bagian dari usaha-usaha meredakan tekanan Turki atas Arab Saudi terkait pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul.
Baca juga: Turki buru 121 tersangka yang terkait upaya kudeta gagal 2016
Sumber: Reuters
Editor: Mohamad Anthoni
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa Trump tidak menyatakan komitmen soal kemungkinan ekstradisi.
"Apa yang dia (Trump, red) katakan hanyalah bahwa kami akan melihatnya," kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih kepada wartawan. "Tak ada yang lain mengenai hal ini ... tak ada komitmen sama sekali dalam proses itu."
Menteri Luar Negeri Turki pada Ahad (16/12) mengungkapkan Trump mengatakan kepada Erdogan bahwa Washington sedang bekerja untuk mengekstradisi ulama itu, Fethullah Gulen, mantan sekutu Erdogan yang tinggal mengasingkan diri sendiri selama hampir dua dekade di AS.
Ketika ditanya mengenai komentar itu pada Senin (17/12), seorang pejabat lain Gedung Putih hanya mengatakan Trump tidak berkomitmen untuk mengekstradisi Gulen ketika dia berbicara dengan Erdogan di konferensi tingkat tinggi G20 di Buenos Aires bulan lalu. Pejabat itu tak memberi rincian mengenai pembicaraan tersebut. Baca juga: Gedung Putih: Trump tidak janjikan Erdogan untuk ekstradisi Gulen
Para pejabat Turki menuding Gulen berada di balik kudeta yang gagal di Turki. Dalam aksi tersebut, para tentara yang bertingkah laku aneh menyerang parlemen dan menembaki warga sipil tak bersenjata.
Gulen membantah terlibat dalam insiden itu.
Ekstradisi Gulen hanyalah salah satu dari beberapa isu yang telah membuat renggang hubungan antara kedua negara. AS dan Turki, sekutu NATO, melalui masa sulit pada 2018, akibat penahanan seorang pastor AS Turki. Pembebasan pastr itu, Andrew Brunson, adalah "langkah luar biasa" ke arah perbaikan hubungan, kata Trump pada Oktober, sementara membantah bahwa ia membuat kesepakatan dengan Ankara untuk langkah tersebut.
Tetapi ketegangan muncul lagi pekan lalu mengenai sikap kedua negara atas Suriah. Pentagon memperingatkan bahwa aksi militer sepihak ke bagian timur laut Suriah pihak mana pun tidak akan diterima setelah Turki menyatakan akan melancarkan operasi militer baru di kawasan tersebut.
Trump menyatakan bulan lalu ia tidak mempertimbangkan untuk mengekstradisi Gulen sebagai bagian dari usaha-usaha meredakan tekanan Turki atas Arab Saudi terkait pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul.
Baca juga: Turki buru 121 tersangka yang terkait upaya kudeta gagal 2016
Sumber: Reuters
Editor: Mohamad Anthoni
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: