Dinas PUPR Bangka Belitung sebut pohon ramin punah
17 Desember 2018 17:34 WIB
Pemulihan Kawasan Hutan Menhut Zulkifli Hasan (kiri) didampingi oleh Muhammad Iqbal Manager Restorasi RER (kanan) menyaksikan contoh tanaman hutan alam seperti Ramin, Jelutung dan Pulai di sela-sela acara peluncuran Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Jakarta, Selasa (7/5). Menhut menegaskan bahwa program restorasi ekosistem merupakan jawaban atas masalah degradasi dan deforestasi hutan di Indonesia dan dengan peluncuran program Restorasi Ekosistem Riau (RER) diharapkan dapat merestorasi kawasan hutan di Semenanjung Kampar. (FOTO ANTARA/HO)
Pangkalpinang, (ANTARA News) - Pohon ramin, salah satu tumbuhan asli Kepulauan Bangka Belitung sudah punah karena penebangan hutan secara liar di daerah itu, kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Kepulauan Babel, Noviar Ishak.
"Tanaman ramin sudah punah dan tidak ada lagi ditemukan di Bangka Belitung," katanya saat menanam pohon di kolam retensi di Pangkalpinang, Senin.
Dalam literatur disebutkan bahwa kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak hal.
Kolam buatan ini akan menampung air hujan secara langsung dan juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Ia mengatakan ramin yang lebih dikenal masyarakat sebagai "pohon putih" itu punah karena penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan perkebunan sawit secara besar-besaran, dan penambangan bijih timah di kawasan hutan.
"Pohon ini ditebang secara besar-besaran dan setelah itu tidak ditanam lagi pada akhirnya punah," ujarnya.
Dia menjelaskan tanaman ramin tumbuh di tanah gambut, tanah berpasir, dan tanah liat yang sewaktu-waktu tergenang air. Tinggi pohon khas daerah setempat itu bisa mencapai 40 hingga 50 meter dengan batang lurus.
"Ramin banyak ditebang dan dicari masyarakat, karena kayunya berwarna kekuningan agak putih dengan tekstur halus dan rata sehingga cocok untuk membuat pintu,jendela, langit-langit, serta sekat pengganti dinding antarkamar yang memerlukan konstruksi ringan," katanya.
Ia menambahkan tanaman khas Babel lain yang saat ini diambang kepunahan, yaitu pinang merah, ketuyut atau kantong semar, dan pulai.
"Pohon pinang merah, ketuyut, dan pulai daerah ini lebih bagus dibanding Jambi, Kalimantan sehingga banyak pengembang perumahan mengambil tanaman tersebut untuk ditanam di Jakarta, pada akhirnya tanaman khas daerah berkurang drastis dan sulit dicari," demikian Noviar Ishak.
Baca juga: Kayu Ramin Banyak Diselundupkan ke Malaysia
Baca juga: WWF: tindak perusahaan penebang kayu ramin ilegal
"Tanaman ramin sudah punah dan tidak ada lagi ditemukan di Bangka Belitung," katanya saat menanam pohon di kolam retensi di Pangkalpinang, Senin.
Dalam literatur disebutkan bahwa kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak hal.
Kolam buatan ini akan menampung air hujan secara langsung dan juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Ia mengatakan ramin yang lebih dikenal masyarakat sebagai "pohon putih" itu punah karena penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan perkebunan sawit secara besar-besaran, dan penambangan bijih timah di kawasan hutan.
"Pohon ini ditebang secara besar-besaran dan setelah itu tidak ditanam lagi pada akhirnya punah," ujarnya.
Dia menjelaskan tanaman ramin tumbuh di tanah gambut, tanah berpasir, dan tanah liat yang sewaktu-waktu tergenang air. Tinggi pohon khas daerah setempat itu bisa mencapai 40 hingga 50 meter dengan batang lurus.
"Ramin banyak ditebang dan dicari masyarakat, karena kayunya berwarna kekuningan agak putih dengan tekstur halus dan rata sehingga cocok untuk membuat pintu,jendela, langit-langit, serta sekat pengganti dinding antarkamar yang memerlukan konstruksi ringan," katanya.
Ia menambahkan tanaman khas Babel lain yang saat ini diambang kepunahan, yaitu pinang merah, ketuyut atau kantong semar, dan pulai.
"Pohon pinang merah, ketuyut, dan pulai daerah ini lebih bagus dibanding Jambi, Kalimantan sehingga banyak pengembang perumahan mengambil tanaman tersebut untuk ditanam di Jakarta, pada akhirnya tanaman khas daerah berkurang drastis dan sulit dicari," demikian Noviar Ishak.
Baca juga: Kayu Ramin Banyak Diselundupkan ke Malaysia
Baca juga: WWF: tindak perusahaan penebang kayu ramin ilegal
Pewarta: Aprionis
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018
Tags: