Duta besar Rusia minta Indonesia tunggu proses produksi Sukhoi Su-35
17 Desember 2018 16:29 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva (kanan), dalam wawancara eksklusif di Kantor Berita ANTARA, Jakarta, Senin (17/12/2018). (ANTARA News/Azizah Fitriyanti)
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, meminta Indonesia untuk menunggu proses produksi pesawat Sukhoi Su-35 Flanker E yang dilakukan setelah kontrak negosiasi pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 dengan pemerintah Indonesia ditandatangani.
"Saya tidak dapat memastikan kapan pesawat itu akan tiba di Indonesia karena perlu diproduksi lebih dulu, tetapi semoga kontraknya dapat dipenuhi," kata Vorobieva, di Jakarta, Senin (17/12).
Sukhoi Su-35 Flanker E digadang-gadang akan menggantikan jajaran F-5 E/F Tiger II di Skuadron Udara 14, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Ada kesamaan di antara kedua pesawat tempur ini, bahwa keduanya sama-sama didorong dua mesin.
Negosiasi Indonesia untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia telah selesai dan kontraknya ditandatangani kedua belah pihak pada Februari 2018.
Vorobieva mengatakan, ada beberapa masalah teknis yang menjadi kendala, namun kedua belah pihak sepakat hal itu dapat diselesaikan pada 2019.
Baca juga: Kalau kontrak efektif, dua Sukhoi Su-35 tiba tahun depan
Perempuan diplomat yang menyerahkan surat kepercayaan pada Presiden Jokowi pertengahan 2018 itu juga optimistis kerja sama pertahanan kedua negara akan semakin kuat dan Rusia berkomitmen menjadi mitra yang setia bagi Indonesia.
"Rusia memproduksi berbagai perlengkapan pertahanan yang apapun Indonesia butuhkan akan kami sediakan dengan kualitas produk pertahanan Rusia sudah dikenal dunia," kata dia.
Rusia juga mendukung peran Indonesia untuk menjaga stabilitas dan perdamaian dunia yang ditunjukkan dengan memberikan suara bagi Indonesia dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (UNSC) 2019-2020 pada Juni 2018.
Terkait hal itu, secara khusus Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyampaikan kampanye Indonesia sebagai anggota UNSC dalam kunjungan ke Rusia pada Maret 2018.
"Saya yakin hubungan kita berkembang ke arah yang baik dan kita dapat melakukan lebih banyak lagi untuk meningkatkannya," kata Vorobieva.
"Saya tidak dapat memastikan kapan pesawat itu akan tiba di Indonesia karena perlu diproduksi lebih dulu, tetapi semoga kontraknya dapat dipenuhi," kata Vorobieva, di Jakarta, Senin (17/12).
Sukhoi Su-35 Flanker E digadang-gadang akan menggantikan jajaran F-5 E/F Tiger II di Skuadron Udara 14, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Ada kesamaan di antara kedua pesawat tempur ini, bahwa keduanya sama-sama didorong dua mesin.
Negosiasi Indonesia untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia telah selesai dan kontraknya ditandatangani kedua belah pihak pada Februari 2018.
Vorobieva mengatakan, ada beberapa masalah teknis yang menjadi kendala, namun kedua belah pihak sepakat hal itu dapat diselesaikan pada 2019.
Baca juga: Kalau kontrak efektif, dua Sukhoi Su-35 tiba tahun depan
Perempuan diplomat yang menyerahkan surat kepercayaan pada Presiden Jokowi pertengahan 2018 itu juga optimistis kerja sama pertahanan kedua negara akan semakin kuat dan Rusia berkomitmen menjadi mitra yang setia bagi Indonesia.
"Rusia memproduksi berbagai perlengkapan pertahanan yang apapun Indonesia butuhkan akan kami sediakan dengan kualitas produk pertahanan Rusia sudah dikenal dunia," kata dia.
Rusia juga mendukung peran Indonesia untuk menjaga stabilitas dan perdamaian dunia yang ditunjukkan dengan memberikan suara bagi Indonesia dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (UNSC) 2019-2020 pada Juni 2018.
Terkait hal itu, secara khusus Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyampaikan kampanye Indonesia sebagai anggota UNSC dalam kunjungan ke Rusia pada Maret 2018.
"Saya yakin hubungan kita berkembang ke arah yang baik dan kita dapat melakukan lebih banyak lagi untuk meningkatkannya," kata Vorobieva.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: