Padang Panjang (ANTARA News) - Berada di jalur utama Padang menuju Bukittinggi, Kota Padang Panjang yang dikelilingi gunung dan perbukitan merupakan daerah terkecil di Sumatera Barat dengan luas hanya 23 kilometer persegi.

Kota berjuluk Serambi Mekah ini berada di ketinggian antara 650 sampai 850 meter di atas permukaan laut, cocok untuk usaha peternakan sapi perah.

Dan peternakan sapi perah memang sudah menjadi salah satu andalan di sana, yang selain menghasilkan susu dan berbagai produk olahan juga menghadirkan peluang wisata edukasi.

Kelompok tani Permata Ibu di Jalan Syeh Ibrahim Musa, Kelurahan Ganting, Padang Panjang Timur, termasuk yang menangkap peluang wisata edukasi di sektor peternakan Padang Panjang.

Mereka mulai mengembangkannya tahun 2006, namun baru membenahi pengelolaannya pada 2017 dalam upaya meraih keuntungan lebih besar bagi pelaku usaha pengolahan susu.

"Di sini keuntungan lebih yang dimaksud karena sekalian kami bisa meningkatkan penjualan susu di samping penjualan melalui kios, ke sekolah-sekolah atau ke pelanggan tetap yang dipasarkan secara mandiri oleh peternak," kata Ridwansyah, pengelola wisata edukasi Permata Ibu.

Permata Ibu menyediakan paket wisata edukasi bagi kalangan pelajar dan masyarakat umum dengan jumlah peserta minimal 20 orang.

Dalam paket itu, setiap peserta cukup membayar biaya Rp20.000 untuk menikmati satu botol susu dan paket wisata yang meliputi beberapa kegiatan, termasuk pengenalan budidaya sapi perah, pemberian pakan, pemerahan susu, serta pengenalan pengolahan susu dan pembuatan kompos.

Lewat layanan wisata edukasi, kelompok tani juga menyampaikan beragam informasi mengenai manfaat dan pentingnya mengonsumsi susu dengan harapan bisa mendorong peningkatan konsumsi susu masyarakat.

"Yang penting masyarakat mau konsumsi susu. Harapan kami dengan minat konsumsi susu meningkat, ini juga bisa bantu menambah penjualan susu peternak termasuk di luar Permata Ibu," katanya.

Untuk menikmati wisata edukasi, calon pengunjung mesti mengontak Ridwansyah terlebih dahulu melalui nomor 081363605530 supaya kelompok tani bisa mempersiapkan kebutuhan susu untuk calon peserta.

Biaya hanya dibebankan jika calon pengunjung memesan paket wisata.

Pengunjung yang datang berbelanja ke gerai Permata Ibu lalu ingin melihat-lihat dan berbincang tentang usaha peternakan juga akan dilayani.

"Tapi layanannya tentu beda. Kadang ada yang datang siang hari, kami tentu tidak bisa melayani jika pengunjung ingin coba beri makan atau memerah susu," katanya, menambahkan kegiatan pemberian pakan dan pemerahan biasa dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pangan dan Pertanian Padang Panjang Wahidin Beruh menyebutkan pada 2017 tercatat ada 2.000 lebih pengunjung yang menikmati wisata edukasi di peternakan sapi perah Padang Panjang.

Pengunjung menjadikan area usaha kelompok Permata Ibu, Rearing Unit milik pemerintah daerah setempat, serta kelompok peternak seperti Lembu Alam Serambi, Tunas Baru, Yuza, Serambi Karya Mandiri dan Lembah Makmur Hijau sebagai tujuan wisata.

Para penikmat wisata edukasi itu di antaranya berasal dari Bukittinggi, Padang Pariaman, Solok dan daerah luar Sumatera Barat seperti Jambi, Riau, Jawa Barat hingga Kalimantan Barat.



Berkoperasi

Usaha peternakan sapi perah sudah berjalan di Padang Panjang sejak 1981.

Setelah bertahun-tahun para peternak bekerja sendiri-sendiri dalam usaha tersebut, pada September 2017 Ridwansyah berusaha mengorganisasi kelompok peternak dengan membentuk Koperasi Peternak Sapi Perah Merapi Singgalang (KPSP Mersi).

Dalam wadah koperasi itu, para peternak saling berbagi pengalaman usaha dan solusi masalah peternakan sapi perah.

Mereka kemudian memproduksi susu yang diberi merek Serambi Milk dan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan penjualan lewat program makanan tambahan bagi anak TK dan SD.

Dengan berkoperasi, Ridwansyah mengatakan, para peternak juga menjadi lebih mudah mengakses bantuan untuk mengembangkan usaha, termasuk bantuan dana dari Bank Indonesia untuk membangun Unit Pengolahan Susu (UPS).

"Bantuan tersebut adalah hal yang paling kami butuhkan. Sebelumnya kami belum punya tempat untuk mengolah susu yang sesuai standar sehingga kesulitan mengurus izin BPOM, padahal ini penting sebagai jaminan keamanan bagi konsumen," katanya.

Kelompok peternak itu juga mendapat bantuan dari Fonterra Brands Indonesia pada Mei 2018. Bantuan itu berjangka tiga tahun, dengan bantuan tahun pertama mencakup peningkatan kualitas produksi, pembinaan standar operasional prosedur pemerahan dan peralatan untuk menjaga kualitas susu tetap baik.

"September lalu pihak Fonterra sudah uji kualitas susu yang dihasilkan dan dinyatakan berkualitas baik," katanya.



Berharap dari wisata

Wahidin menerangkan Padang Panjang memiliki 289 sapi, dan dari jumlah itu ada 115 yang menghasilkan susu.

Setiap hari produksi susu sapi Padang Panjang sekitar 1.312 liter, lebih rendah dibanding pada awal 2018 ketika produksi susu ada di kisaran 1.400 sampai 1.800 liter per hari dari 341 sapi.

Penurunan itu terjadi karena sedang ada peremajaan induk di kandang para peternak.

Di tengah penurunan produksi, para peternak berjuang melanjutkan usaha dengan penghasilan yang tidak seimbang dengan biaya operasional yang tinggi.

"Melalui wisata edukasi sapi perah ini kami punya harapan bisa meningkatkan serapan susu sehingga bisa pula menambah pendapatan para peternak sehingga usahanya tetap hidup," kata Wahidin.

Di samping itu, pemerintah daerah membina peternak untuk menghasilkan produk olahan susu seperti kefir, yogurt, stik susu, keju, permen susu, dan es krim.

Produk-produk itu dipasarkan melalui Rumah Susu yang berada beberapa meter dari terminal Bukit Surungan.*


Baca juga: Kementan salurkan 1.225 sapi indukan ke peternak

Baca juga: Ini bukti jualan susu sapi murni menjanjikan