Banda Aceh, Aceh (ANTARA News) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menyatakan, jalan Trans Papua yang direncanakan sepanjang 4.000 kilometer tidak ditolak masyarakat Papua di satu titik pun.

"Tidak ada penolakan dari semuanya, tidak ada satu titikpun yang ditolak masyarakat," kata dia, di Banda Aceh, Sabtu.

Ia mengatakan demikian, berkaitan penyerangan pada pekerja proyek jalan Trans Papua oleh kelompok sipil bersenjata, pada para pekerja proyek dari PT Istaka Karya (Persero) hingga menyebabkan belasan korban jiwa.

"Insiden ini hanya di Wamena, Habema, Kenya, Mamubu, 278 km. Sedangkan sisanya kan 3.500 km dan itu harus dicatat tidak ada penolakan," kata dia.

Atas insiden itu, pengerjaan proyek Jalan Trans Papua sempat terhenti. Namun dia mengatakan, pengerjaan akan kembali dimulai pada Januari 2019 dengan tingkat keamanan lebih baik.

"Mulai lagi Januari nanti, ini karena kebetulan ada natal dan sebagainya, sambil menunggu kondisi disana tapi pak Wakapolri bilang ke saya bisa menjamin keamanan di kantor wakil presiden dengan penambahan personil di semua titik. Insya Allah akan kita mulai pelaksanaannya di awal Januari," ujarnya.

Saat ini, kata dia, di daerah itu tinggal mengerjakan penyambungan infrastruktur yakni jembatan, karena jalannya sudah rampung.

"Itu karena memang jalannya sudah tersambung, saat ini tinggal pasang 35 jembatan tinggal akan koordinasi dengan pihak-pihak terkait," ucap dia.

Para pekerja jalan Trans Papua pada 2 Desember lalu, sehari setelah perayaan HUT OPM 1 Desember diaerang kelompok sipil bersenjata.

Pada masa Orde Baru berkuasa, kelompok-kelompok ini lazim disebut Gerakan Pengacau Kampung dan dihadapi ABRI. Pada masa itu juga, saban ada proyek sarana-prasarana yang di pedalaman --baik meneruskan apalagi membuka area baru-- selalu ada pengamanan fisik bersenjata melekat dari ABRI, sebagai bagian jaminan keamanan pekerja dan agar pengerjaan proyek itu bisa selesai tepat waktu.

Kejadian di Kabupaten Nduga baru-baru ini menelan korban sebanyak 25 orang, terdiri dari 24 orang karyawan PT Istaka Karya (Persero) dan satu orang pegawai Kementerian PUPR. 17 di antara mereka ditemukan tewas, empat orang selamat dan empat lainnya hingga kini masih dicari.

Ke 25 orang ini tengah mengerjakan pembangunan jembatan di kali Yigi dan Aurak, yang merupakan bagian dari proyek pembangunan jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga.