Kota Mamuju-Sulbar alami kelangkaan BBM
15 Desember 2018 00:06 WIB
Sebuah papan pemberitahuan tentang Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium yang telah habis habis, terpampang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Tole Iskandar, Depok, Jawa Barat, Selasa (20/2/2018). Seiring dengan rekomendasi perusahaan otomotif agar kendaraan terbaru menggunakan BBM Ron diatas 88, akibatnya permintaan bahan bakar minyak jenis Pertalite dan Pertamax Series meningkat, sedangkan permintaan BBM jenis Premium berkurang sehingga pasokan ke SPBU sedikit. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Mamuju, (ANTARA News)- Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) karena tutup dan tidak melayani pembeli selama hampir tiga terakhir.
Berdasarkan pemantauan Jumat, di SPBU Mamuju yang mengalami kelangkaan BBM sejak tiga hari terakhir membuat sejumlah masyarakat kesulitan melakukan pengisian bahan bakar kendaraannya.
Masyarakat merasa kecewa karena justru BBM banyak terdapat pada sejumlah pedagang pengecer berjumlah puluhan yang berada di Mamuju.
"BBM selalu langka di SPBU, dan SPBU selalu tutup ini sudah sering terjadi tanpa ada antisipasi pemerintah, kalaupun buka pada malam hari pasti BBM cepat habis dan juga masyarakat harus melakukan antrean panjang hingga berjam-jam untuk mendapatkan BBM," kata Erwin salah seorang warga.
Ia mengatakan, masyarakat di Mamuju mengeluh karena bensin yang terdapat di pedagang pengecer harganya tinggi sekitar Rp10.000 per liter.
"Bensin eceran setiap botol yang ditakar pengecer sama dengan satu liter harganya mencapai Rp10.000 per liter dan sangat membebani ekonomi masyarakat," katanya.
Menurut dia, masyarakat menduga penimbunan BBM di Mamuju terjadi karena terdapat pengecer yang menjual BBM dengan harga tinggi sementara persediaan BBM di SPBU habis.
"Ini aneh sekali, karena stok BBM di SPBU kosong sementara di pengecer masih ada namun dijual mahal, dan lancar. Makanya kami curiga telah terjadi penimbunan BBM, dan pemerintah seolah tutup mata, padahal sangat kelihatan di lapangan," kata Anca warga lainnya.
Ia berharap aparat berwajib menyelidiki kelangkaan BBM di Mamuju, sehingga jangan sampai telah terjadi praktik penimbunan BBM yang akan sangat merugikan masyarakat dan tidak tinggal diam.
"Seharusnya pemerintah tidak membuat masyarakat kesulitan BBM yang dapat menganggu aktivitas, janji politik pada musim politik ini sudah terlalu banyak padahal kelangkaan BBM di depan mata justru tidak bisa diselesaikan," katanya.
Baca juga: Warga Mamuju kesulitan dapat bahan bakar
Berdasarkan pemantauan Jumat, di SPBU Mamuju yang mengalami kelangkaan BBM sejak tiga hari terakhir membuat sejumlah masyarakat kesulitan melakukan pengisian bahan bakar kendaraannya.
Masyarakat merasa kecewa karena justru BBM banyak terdapat pada sejumlah pedagang pengecer berjumlah puluhan yang berada di Mamuju.
"BBM selalu langka di SPBU, dan SPBU selalu tutup ini sudah sering terjadi tanpa ada antisipasi pemerintah, kalaupun buka pada malam hari pasti BBM cepat habis dan juga masyarakat harus melakukan antrean panjang hingga berjam-jam untuk mendapatkan BBM," kata Erwin salah seorang warga.
Ia mengatakan, masyarakat di Mamuju mengeluh karena bensin yang terdapat di pedagang pengecer harganya tinggi sekitar Rp10.000 per liter.
"Bensin eceran setiap botol yang ditakar pengecer sama dengan satu liter harganya mencapai Rp10.000 per liter dan sangat membebani ekonomi masyarakat," katanya.
Menurut dia, masyarakat menduga penimbunan BBM di Mamuju terjadi karena terdapat pengecer yang menjual BBM dengan harga tinggi sementara persediaan BBM di SPBU habis.
"Ini aneh sekali, karena stok BBM di SPBU kosong sementara di pengecer masih ada namun dijual mahal, dan lancar. Makanya kami curiga telah terjadi penimbunan BBM, dan pemerintah seolah tutup mata, padahal sangat kelihatan di lapangan," kata Anca warga lainnya.
Ia berharap aparat berwajib menyelidiki kelangkaan BBM di Mamuju, sehingga jangan sampai telah terjadi praktik penimbunan BBM yang akan sangat merugikan masyarakat dan tidak tinggal diam.
"Seharusnya pemerintah tidak membuat masyarakat kesulitan BBM yang dapat menganggu aktivitas, janji politik pada musim politik ini sudah terlalu banyak padahal kelangkaan BBM di depan mata justru tidak bisa diselesaikan," katanya.
Baca juga: Warga Mamuju kesulitan dapat bahan bakar
Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018
Tags: