Pengamat ingatkan TNI-Polri tidak terpancing lakukan keributan jelang pemilu
14 Desember 2018 14:04 WIB
Garis polisi terpasang di depan Polsek Ciracas yang dirusak dan dibakar oleh massa di Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur,Rabu (12/12/2018). Perusakan dan pembakaran Polsek Ciracas yang dilakukan ratusan orang itu terjadi pada Rabu dini hari (12/12/2018), yang dipicu ketidakpuasan atas penanganan kasus pemukulan seorang anggota TNI. ANTARA FOTO/Kahfie kamaru/hp.
Lombok (ANTARA News) - Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati mengingatkan TNI dan Polri agar tidak terpancing untuk melakukan keributan menjelang pelaksanaan Pemilu 2019.
"Jagalah NKRI ini agar tetap damai dan aman," kata Susaningtyas, ketika dikonfirmasi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat, menanggapi aksi pembakaran Mapolsek Ciracas, setelah sebelumnya terjadi pengeroyokan anggota TNI oleh tukang parkir.
Wanita yang biasa disapa Nuning ini, menyebutkan, secara kekinian TNI harus menjaga tertatanya dengan baik mulai dari integrasi sistem informasi, interoperability sistem informasi hingga composability sistem informasi.
"Semua itu agar informasi perkembangan keadaan yang ada dapat terintegrasi dan diterima dengan tepat dan cepat oleh prajurit utamanya yang berada di lapangan sehingga tak ada kesalahpahaman," tuturnya.
Adapun kejadian di Ciracas itu, menurut dia, harus ada analisa intelijen dari Polri maupun TNI yang dapat menguak embrio penyebab kejadian.
"Jangan hilangkan fakta apabila ada peran pihak ketiga entah itu preman ataupun oknum yang ingin membuat citra keamanan nasional kita buruk. Ingat saat ini tahun politik bisa saja ada oknum yang sengaja mengadu domba atau memancing perkelahian dengan tujuan tertentu," paparnya.
Peristiwa pembakaran Mapolsek Ciracas itu, kata lulusan doktor bidang komunikasi intelijen ini, jangan langsung dikatakan awal dari hancurnya sinergitas TNI dan Polri, tetapi harus dapat dilihat sebagai ujian yang harus diselesaikan hingga ketingkat dasar masalah agar tidak terulang kembali.
"Karena kedua institusi itu bersenjata, akan sangat berbahaya. Apa yang selama ini dilakukan saya rasa sudah baik dalam penyelesaian masalah perseteruan. Tapi, saya lihat selalu saja seolah-olah semua sudah akur dan damai kembali hanya dengan mempertontonkan olah raga, bernyanyi dan makan bersama tanpa kita ketahui apa yang jadi masalah perkelahiannya. Apakah itu masalah ekonomi, sosial, politik atau budaya?," tuturnya.
Namun demikian, dirinya mengapresiasi sinergitas TNI Polri yang digagas oleh Panglima TNI dan Kapolri berhasil menciptakan rasa aman bagi masyarakat.
Nuning meyakini meski terjadi pembakaran Polsek Ciracas yang diduga dilakukan oleh oknum TNI, namun tidak akan sampai merusak sinergitas TNI dan Polri.
"Karena kedua belah pihak kan sudah punya sumpah jabatan dan aturan (SOP) dalam bertugas yang didalamnya juga dituntut menjaga persatuan kesatuan bangsa negara. Lebih dari itu semua tahu ini perbuatan oknum bukan institusi," paparnya.
"Jagalah NKRI ini agar tetap damai dan aman," kata Susaningtyas, ketika dikonfirmasi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat, menanggapi aksi pembakaran Mapolsek Ciracas, setelah sebelumnya terjadi pengeroyokan anggota TNI oleh tukang parkir.
Wanita yang biasa disapa Nuning ini, menyebutkan, secara kekinian TNI harus menjaga tertatanya dengan baik mulai dari integrasi sistem informasi, interoperability sistem informasi hingga composability sistem informasi.
"Semua itu agar informasi perkembangan keadaan yang ada dapat terintegrasi dan diterima dengan tepat dan cepat oleh prajurit utamanya yang berada di lapangan sehingga tak ada kesalahpahaman," tuturnya.
Adapun kejadian di Ciracas itu, menurut dia, harus ada analisa intelijen dari Polri maupun TNI yang dapat menguak embrio penyebab kejadian.
"Jangan hilangkan fakta apabila ada peran pihak ketiga entah itu preman ataupun oknum yang ingin membuat citra keamanan nasional kita buruk. Ingat saat ini tahun politik bisa saja ada oknum yang sengaja mengadu domba atau memancing perkelahian dengan tujuan tertentu," paparnya.
Peristiwa pembakaran Mapolsek Ciracas itu, kata lulusan doktor bidang komunikasi intelijen ini, jangan langsung dikatakan awal dari hancurnya sinergitas TNI dan Polri, tetapi harus dapat dilihat sebagai ujian yang harus diselesaikan hingga ketingkat dasar masalah agar tidak terulang kembali.
"Karena kedua institusi itu bersenjata, akan sangat berbahaya. Apa yang selama ini dilakukan saya rasa sudah baik dalam penyelesaian masalah perseteruan. Tapi, saya lihat selalu saja seolah-olah semua sudah akur dan damai kembali hanya dengan mempertontonkan olah raga, bernyanyi dan makan bersama tanpa kita ketahui apa yang jadi masalah perkelahiannya. Apakah itu masalah ekonomi, sosial, politik atau budaya?," tuturnya.
Namun demikian, dirinya mengapresiasi sinergitas TNI Polri yang digagas oleh Panglima TNI dan Kapolri berhasil menciptakan rasa aman bagi masyarakat.
Nuning meyakini meski terjadi pembakaran Polsek Ciracas yang diduga dilakukan oleh oknum TNI, namun tidak akan sampai merusak sinergitas TNI dan Polri.
"Karena kedua belah pihak kan sudah punya sumpah jabatan dan aturan (SOP) dalam bertugas yang didalamnya juga dituntut menjaga persatuan kesatuan bangsa negara. Lebih dari itu semua tahu ini perbuatan oknum bukan institusi," paparnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: