Jakarta (ANTARA News) - Ford akan mengakhiri produksinya di pabrik Blanquefort di Perancis pada akhir Agustus tahun depan setelah menolak kesepakatan penyelamatan untuk pabrik. Langkah ini mengundang kemarahan menteri keuangan Prancis karena menimbulkan risiko PHK yang besar.

Pemerintah Prancis pada musim gugur menyatakan optimis bahwa pabrik yang berlokasi di Prancis barat daya dan 850 karyawannya akan diselamatkan, tetapi Ford mengatakan kepada dewan pabrik bahwa pihaknya menolak tawaran yang dibuat oleh pemasok transmisi Punch Powerglide.

"Meskipun pembicaraan menyeluruh dan teliti selama sembilan bulan terakhir, dan upaya terbaik dari kedua belah pihak, rencana yang diajukan oleh pembeli potensial menghadirkan risiko signifikan," kata Ford dalam sebuah pernyataan kepada dewan bekerja, seperti dilansir Reuters, Kamis (13/12).

"Kami tidak percaya rencana calon pembeli menawarkan tingkat keamanan atau perlindungan, atau membatasi risiko kemungkinan kehilangan pekerjaan di masa depan, sebagaimana yang kami inginkan untuk karyawan," tambah perusahaan.

Baca juga: Ford lakukan negosiasi dengan pekerja soal PHK di pabrik Saarlouis

Baca juga: Ford tawarkan buyout kepada para pekerja di Venezuela

Menteri Keuangan Bruno Le Maire pada bulan September telah menggambarkan Punch Powerglide sebagai "pembeli yang kredibel dan solid," namun keputusan yang dibuat Ford membuat Le Maire marah, dan meminta perusahaan AS itu untuk mengubah pikirannya.

"Saya memberontak, saya muak dengan keputusan ini yang pembenarannya hanya untuk Ford agar sahamnya naik di pasar saham," kata Le Maire kepada Senat Prancis.

“Saya ingin menyerang kepengecutan Ford. Selama tiga hari terakhir saya ingin berbicara dengan mereka, dan mereka bahkan tidak memiliki keberanian untuk berbicara dengan menteri keuangan dan ekonomi melalui telepon, ”tambah Le Maire.

Baca juga: Ford buka peluang produksi mobil Volkswagen di pabrik AS

Baca juga: Masalah jok hingga transmisi, Ford "recall" empat model sekaligus di AS