Jakarta (ANTARA News) - Tidak semua film adaptasi dari DC Comics bernuansa serius, muram dan kelam,"Aquaman" buktinya.
Arthur Curry (Jason Momoa) sama sekali tidak terlihat sebagai pahlawan super. Dengan rambut gondrong berantakan, wajah penuh brewok dan janggut kasar serta tato yang menyelimuti tubuh, dia lebih cocok menjadi seorang bintang rock.
Arthur punya kekuatan istimewa yang berhubungan dengan air, dia bisa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk di laut. Tak mengherankan, sebab ayahnya manusia dan ibunya seorang ratu negeri Atlantis dari negeri bawah laut.
Ibunya yakin Arthur bisa jadi pemersatu antara daratan dan lautan karena dia adalah bukti harmonisnya dua dunia.
Namun Arthur jadi seorang piatu karena ibunya terpaksa kembali ke laut demi nyawa suami dan anaknya di daratan.
Ketika perang nyaris terjadi antara laut dan daratan, si tengil Arthur mendapati kenyataan bahwa dia jadi satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan dunia.
Dibantu Mera (Amber Heard), pria slengean itu berusaha melindungi daratan yang selama ini jadi rumahnya.
Unsur humor cukup banyak menjadi selingan --terutama interaksi antara Arthur dan Mera-- di antara adegan-adegan pertempuran futuristik layaknya pertarungan di luar angkasa, hanya saja kali ini latar belakangnya keindahan dunia bawah laut.
Kekayaan dunia di bawah air adalah salah satu daya tarik dari "Aquaman", sebuah penyegaran di antara film-film pahlawan super yang latar belakangnya di dunia daratan atau luar angkasa.
Nikmati visual-visual memukau yang tercipta dari keindahan makhluk laut ditambah sentuhan magis serta modern, seperti kuda laut dan hiu yang dimodifikasi menjadi tunggangan keren.
Masalah lingkungan yang diakibatkan manusia juga turut disentil di sini, sebuah isu yang relevan yakni jumlah sampah yang mengotori laut semakin memprihatinkan.
Baca juga: Julie Andrews punya peran kejutan di "Aquaman"
Resensi film
"Aquaman", seru dan segar
Oleh Nanien Yuniar
13 Desember 2018 20:29 WIB
Aquaman (HO/ist)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: