ILO soroti pentingnya sistem perlindungan pekerja migran
12 Desember 2018 23:26 WIB
Kiri ke kanan---Deputi Direktur Regional Asia dan Pasifik ILO Panudda Boonpala, Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Francisco Fontan, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Sosial Budaya Kung Phoak, Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Maruli A Hasoloan, serta Wakil Tetap RI untuk ASEAN Ade Padmo dalam peluncuran Kampanye Migrasi Aman di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu. (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA News) – Deputi Direktur Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk Regional Asia dan Pasifik Panudda Boonpala menyoroti pentingnya sistem perlindungan menyeluruh terhadap pekerja migran.
Ia mengatakan, dalam acara peluncuran Kampanye Migrasi Aman di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Rabu, saat ini masih sangat banyak orang yang bekerja dengan kondisi berisiko.
“Di ASEAN sendiri terdapat sekitar 300 juta pekerja, dan dari angka tersebut, sekitar 50 persen masih berada di lingkungan kerja yang rentan dan tidak memiliki akses perlindungan,” katanya.
Pekerja migran merupakan salah satu sektor buruh yang seringkali dihadapkan dengan kurangnya perlindungan dan jaminan keselamatan.
Salah satu contoh yang digarisbawahi Panudda adalah kurangnya ruang gerak bagi pekerja migran perempuan yang seringkali memaksa mereka untuk melakukan migrasi secara illegal.
“Pekerja perempuan seringkali dihadapi dengan tantangan dalam melakukan migrasi dengan aman dan legal. Hal ini dapat mendorong mereka untuk bermigrasi secara illegal yang tentu dapat membahayakan keselamatan mereka,” katanya.
Permasalahan migrasi pekerja secara illegal masih menjadi salah satu tantangan bagi ASEAN, dan menurut Panudda, hal ini disebabkan oleh sistem migrasi yang masih belum terorganisir dengan baik.
“Akhirnya banyak orang memilih untuk melakukan migrasi secara illegal karena kurangnya opsi yang tersedia. Oleh karena itu, kanal migrasi yang sudah ada perlu untuk terus diperbaiki dan diatur dengan baik,” ujarnya.
Namun, Panudda mengatakan bahwa dirinya melihat usaha kolektif yang baik dari ASEAN untuk menghadapi isu tersebut.
ASEAN sendiri telah meluncurkan Kampanye Migrasi Aman untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap migrasi pekerja yang bermanfaat.
Video kampanye berdurasi sekitar tiga menit yang berisi pesan manfaat migrasi menggunakan jalur yang aman dan upaya ASEAN untuk melindungi hak-hak pekerja migran, diputar di Sekretariat ASEAN di Jakarta.
Peluncuran video Kampanye Migrasi Aman juga sekaligus untuk memperingati Hari Migrasi Internasional yang jatuh pada 18 Desember.
ILO berharap agar organisasinya dapat terus berkolaborasi dengan negara-negara anggota ASEAN dalam menyempurnakan sistem perlindungan bagi pekerja migran dan masyarakat umum dari masing-masing negara.
“Itulah sebabnya kami melakukan studi terhadap sistem perlindungan sosial, untuk menganalisa bagaimana ini akan berjalan ke depannya. Ini juga menjadi gambaran bagaimana negara anggota ASEAN telah bekerjasama untuk terus memperbaiki perlindungan sosial,” katanya.
Menciptakan akses untuk pekerjaan layak atau Decent Work merupakan salah satu agenda besar ILO yang juga bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.*
Baca juga: ASEAN luncurkan kampanye migrasi aman
Ia mengatakan, dalam acara peluncuran Kampanye Migrasi Aman di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Rabu, saat ini masih sangat banyak orang yang bekerja dengan kondisi berisiko.
“Di ASEAN sendiri terdapat sekitar 300 juta pekerja, dan dari angka tersebut, sekitar 50 persen masih berada di lingkungan kerja yang rentan dan tidak memiliki akses perlindungan,” katanya.
Pekerja migran merupakan salah satu sektor buruh yang seringkali dihadapkan dengan kurangnya perlindungan dan jaminan keselamatan.
Salah satu contoh yang digarisbawahi Panudda adalah kurangnya ruang gerak bagi pekerja migran perempuan yang seringkali memaksa mereka untuk melakukan migrasi secara illegal.
“Pekerja perempuan seringkali dihadapi dengan tantangan dalam melakukan migrasi dengan aman dan legal. Hal ini dapat mendorong mereka untuk bermigrasi secara illegal yang tentu dapat membahayakan keselamatan mereka,” katanya.
Permasalahan migrasi pekerja secara illegal masih menjadi salah satu tantangan bagi ASEAN, dan menurut Panudda, hal ini disebabkan oleh sistem migrasi yang masih belum terorganisir dengan baik.
“Akhirnya banyak orang memilih untuk melakukan migrasi secara illegal karena kurangnya opsi yang tersedia. Oleh karena itu, kanal migrasi yang sudah ada perlu untuk terus diperbaiki dan diatur dengan baik,” ujarnya.
Namun, Panudda mengatakan bahwa dirinya melihat usaha kolektif yang baik dari ASEAN untuk menghadapi isu tersebut.
ASEAN sendiri telah meluncurkan Kampanye Migrasi Aman untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap migrasi pekerja yang bermanfaat.
Video kampanye berdurasi sekitar tiga menit yang berisi pesan manfaat migrasi menggunakan jalur yang aman dan upaya ASEAN untuk melindungi hak-hak pekerja migran, diputar di Sekretariat ASEAN di Jakarta.
Peluncuran video Kampanye Migrasi Aman juga sekaligus untuk memperingati Hari Migrasi Internasional yang jatuh pada 18 Desember.
ILO berharap agar organisasinya dapat terus berkolaborasi dengan negara-negara anggota ASEAN dalam menyempurnakan sistem perlindungan bagi pekerja migran dan masyarakat umum dari masing-masing negara.
“Itulah sebabnya kami melakukan studi terhadap sistem perlindungan sosial, untuk menganalisa bagaimana ini akan berjalan ke depannya. Ini juga menjadi gambaran bagaimana negara anggota ASEAN telah bekerjasama untuk terus memperbaiki perlindungan sosial,” katanya.
Menciptakan akses untuk pekerjaan layak atau Decent Work merupakan salah satu agenda besar ILO yang juga bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.*
Baca juga: ASEAN luncurkan kampanye migrasi aman
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: