Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis menjadi surga bagi mikrob berkembang biak tapi masih menghasilkan nol antibiotik yang bersumber dari organisme.

Prof. Dr. Andria Agusta yang merupakan peneliti utama pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) usai pengukuhan dirinya sebagai profesor riset di Jakarta, Rabu, mengatakan ironis karena sampai saat ini belum satu pun antibiotik yang secara resmi dihasilkan oleh mikroba berasal dari Indonesia.

Bahkan, menurut dia, saat ini Indonesia masih menghadapi masalah pelik di bidang kesehatan, yaitu ketergantungan yang nyaris secara total terhadap bahan baku impor.

Tidak kurang dari 40.000 jenis tumbuhan hidup tersebar dari Sabang sampai ujung timur Indonesia di Merauke. Bahkan, menurut dia, sejak prakolonial berbagai jenis tumbuhan yang ada di Nusantara telah dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan oleh masyarakat.

Ia mengatakan diperkirakan sekitar 1,5 juta jenis mikroba hidup tersebar di berbagai belahan dunia dan baru sekitar 10 persen di antaranya sudah dikenal dan diidentifikasi.

Mikrob, lanjutnya, sejauh ini telah dikenal dengan baik sebagai organisme penghasil bahan baku obat yang potensial, terutama sebagai antibiotik. Dan penisilin menjadi antibiotik pertama yang berasal dari mikrob ditemukan oleh Ian Fleming pada 1929 yang berasal dari jamur genus Penicillium dan masih digunakan hingga kini untuk penanggulangan kasus infeksi.

Dalam kurun waktu 1929 hingga 1962 yang sering disebut sebagai the golden age antibiotik sudah ditemukan delapan golongan antibiotik yang dikembangkan dari bahan alam yang telah diintroduksi ke pasar dan digunakan sebagai golongan Beta-laktam, fenil propanaoid, poliketida tetrasiklin, aminoglikosida, glikopeptidq dan streptogramin.

Namun berdasarkan dasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) tahun 2016, disinyalir bahwa lebih dari 95 persen bahan baku obat yang beredar di Indonesia adalah barang impor dengan total nilai mencapai Rp11,66 triliun.

Dan dalam total impor bahan baku obat tersebut diketahui impor antibiotik menduduki porsi yang terbesar dengan total nilai mencapai 91,3 juta dolar AS atau sekitar Rp1,37 triliun pada 2014.

Dengan kondisi tersebut, ia mengatakan Indonesia ibarat ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.

Baca juga: Semua harus cegah resistensi antibiotik

Baca juga: INRUD : pemberian antibiotik pada pasien di Indonesia berlebihan