Save the Children bantu reunifikasi 86 anak korban gempa Palu dengan keluarga
11 Desember 2018 23:41 WIB
Sejumlah anak pengungsi korban gempa dan tsunami mengikuti program penyembuhan trauma di lokasi pengungsian di Lapangan Vatulemo di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10/2018). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/aww.
Palangkaraya, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Lembaga swadaya masyarakat Yayasan Sayangi Tunas Cilik (Save the Children Indonesia) telah membantu menyatukan kembali 86 anak korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi di Sulawesi Tengah dengan keluarga mereka.
"Ke-86 anak reunifikasi masih terus dimonitor," kata Fajar Jasmin dari Save the Children Indonesia saat dihubungi Antara dari Palangkaraya, Selasa.
Lembaga swadaya masyarakat itu menerjunkan tim Pelacakan dan Reunifikasi Keluarga (Family Tracking and Reunification) untuk menemukan anggota keluarga dari anak-anak yang terpisah dengan keluarga saat gempa dan tsunami melanda wilayah tempat tinggal mereka pada 28 September.
Yayasan menjalankan sistem pelacakan dan reunifikasi keluarga serta pengasuhan anak dalam beberapa tahapan, mulai dari penerimaan laporan mengenai anak yang terpisah atau tidak terdampingi keluarga; identifikasi dan registrasi; penilaian dan respons kebutuhan segera; perencanaan pengelolaan kasus; penelusuran keluarga; verifikasi dan reunifikasi; serta kegiatan pasca reunifikasi dan terminasi.
Yayasan melakukan kunjungan-kunjungan untuk menemukan keluarga atau kerabat anak, juga melakukan verifikasi data reunfikasi dengan keluarga atau kerabat, memantau perkembangan anak serta menyiapkan pengasuhan jangka panjang.
Baca juga: Rehabilitasi anak korban gempa Sulteng jadi prioritas
"Ke-86 anak reunifikasi masih terus dimonitor," kata Fajar Jasmin dari Save the Children Indonesia saat dihubungi Antara dari Palangkaraya, Selasa.
Lembaga swadaya masyarakat itu menerjunkan tim Pelacakan dan Reunifikasi Keluarga (Family Tracking and Reunification) untuk menemukan anggota keluarga dari anak-anak yang terpisah dengan keluarga saat gempa dan tsunami melanda wilayah tempat tinggal mereka pada 28 September.
Yayasan menjalankan sistem pelacakan dan reunifikasi keluarga serta pengasuhan anak dalam beberapa tahapan, mulai dari penerimaan laporan mengenai anak yang terpisah atau tidak terdampingi keluarga; identifikasi dan registrasi; penilaian dan respons kebutuhan segera; perencanaan pengelolaan kasus; penelusuran keluarga; verifikasi dan reunifikasi; serta kegiatan pasca reunifikasi dan terminasi.
Yayasan melakukan kunjungan-kunjungan untuk menemukan keluarga atau kerabat anak, juga melakukan verifikasi data reunfikasi dengan keluarga atau kerabat, memantau perkembangan anak serta menyiapkan pengasuhan jangka panjang.
Baca juga: Rehabilitasi anak korban gempa Sulteng jadi prioritas
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: