Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi mikro irigasi untuk mendukung peningkatan produktivitas hortikultura.

Kepala Balai Bioteknologi BPPT Agung Eru Wibowo di Jakarta, Selasa, mengatakan mikro irigasi dapat diterapkan secara efisien dan efektif berdasarkan kebutuhan air tanaman, ketersediaan air setempat, musim tanam, cara budidaya, pola tanam, harga air dan kuantitas kebutuhan pasar untuk mendukung agribisnis bernilai jual tinggi.

"Teknologi mikro irigasi ini mampu menyediakan air irigasi suatu komoditi hortikultura dengan hemat berdasarkan media tanah ataupun kondisi iklim tanaman yang dibudidayakan," katanya.

Sistem mikro irigasi bisa digunakan dalam jangka lama. Jika dikelola dan dirawat dengan baik, bisa optimal hingga lima tahun menurut Agung.

Ia menjelaskan pula bahwa teknologi mikro irigasi sudah dikenal luas di kalangan pelaku pertanian internasional, namun belum banyak pelaku pertanian di Indonesia yang mengetahuinya.

"Metode irigasi ini dilakukan dengan cara pemberian langsung air untuk tanaman pada area perakaran, sehingga menekan jumlah penggunaan air," kata Agung.

Teknik irigasi mikro ada beberapa, antara lain irigasi tetes, irigasi percik, bubbler irrigation, irigasi bawah permukaan, dan mini sprinkler.

"Masing-masing jenis irigasi tersebut dapat dibedakan dari cara pengeluaran air. Cara irigasi ini dapat dilakukan di lahan terbuka dan rumah kaca. Selain itu, penerapannya juga sangat fleksibel," jelas Agung.

Teknologi mikro irigasi, menurut dia, bisa menjadi solusi masalah petani saat menghadapi kekeringan lahan dan keterbatasan pasokan air.

Kendati demikian, ia menjelaskan, karena ketersediaan air makin terbatas dan nilai ekonominya yang kian tinggi, di seluruh dunia irigasi mikro tidak hanya diterapkan di daerah kering, namun juga di daerah perkotaan dan daerah-daerah dengan harga air tinggi.

Perekayasa Balai Bioteknologi BPPT Roni Kartiman mengatakan produk holtikultura Indonesia masih terkendala masuk ke pasar yang lebih besar.

"Masih terkendala jumlah produksi dan kualitas. Selain itu manajemen usahanya juga belum optimal," katanya.

Baca juga:
Mentan lepas ekspor tiga komoditas hortikultura
Mekanisasi pertanian modern untuk hortikultura